Matahari belum sepenuhnya memancarkan sinar, beberapa burung yang bertengger di dahan masih berkicau, suasana terasa begitu tenang di luar. Namun, tidak dengan kamar luas yang tampak berantakan milik Luth.
Luth masih mengenakan kaus oblong dengan celana pendek, tidak lupa rambut berantakan dan muka bantal. Sebenarnya ini masih terlalu pagi bagi Luth untuk bangun, tapi dia tidak bisa melanjutkan tidurnya setelah mendapatkan mimpi buruk.
Dalam mimpinya, Nala datang dan marah besar saat dia bilang kalau gelang yang Nala beri hilang. Baru kali ini Luth melihat Nala se-marah itu, sampai menamparnya dan enggan memandang wajahnya.
Maka dari itu, dengan kesadaran yang belum sepenuhnya terkumpul, Luth sibuk mengacak-acak keranjang pakaian kotornya, mencari gelang yang jika tidak salah ingat, dia masukkan ke dalam saku celana setelah diketahui oleh Celia tiga hari lalu.
"Mana sih," gumamnya kesal, karena tidak kunjung menemukan celana yang dicarinya.
Tanpa sadar senyumnya terbit saat gelang yang dicarinya telah berada digenggaman. Namun, senyum itu tidak lama, karena beberapa detik kemudian dia berdecak sambil mengacak rambut setelah menyadari kebodohannya.
"Kamu kenapa Luth? Ini cuma gelang murahan, dan gak berarti apa-apa," ucapnya tidak habis pikir.
"Harusnya aku seneng kan kalo mimpi itu terjadi?"
Luth merasa seperti ada yang aneh dari dirinya hari ini. Ah, mungkin faktor kelelahan. Dia harus menemui Celia, dan pergi liburan bersama gadis itu, agar pikirannya kembali waras.
...
"Cih, aneh banget," gumam Luth sambil memandang rentetan gambar kucing yang dikirim Nala.
Kucing itu adalah Daniel, yang Nala potret dari berbagai sudut dan hampir semua hasil potretannya dikirim pada Luth.
Gadis itu memang suka sekali mengirimkan gambar atau video lucu pada Luth, yang sebenarnya bagi Luth itu sungguh tidak penting. Nala selalu bilang kalo dia suka hewan yang lucu-lucu, bahkan dia juga pernah bilang pada Luth jika punya waktu libur panjang, dia ingin pergi ke kebun binatang bersama Luth. Sederhana sekali bukan keinginan gadis itu? Namun sayangnya, sampai sekarang Luth belum juga mengabulkan keinginan Nala, atau bahkan tidak akan pernah.
Nalani:
Kok cuma diliat? :(
Luth terkekeh geli. Sudah dia duga, Nala pasti akan bertanya seperti itu jika dia hanya membuka pesan tanpa membalasnya.
"Heh, anda udah mulai gila ya?"
Agam, sahabat sekaligus rekan kerja Luth yang sejak tadi duduk di depannya tentu merasa ngeri karena Luth terus senyum-senyum sendiri memandang ponselnya. Menu makan siang yang sudah dipesan bahkan sampai dingin dan sama sekali belum disentuh oleh Luth.
Karena tidak kunjung mendapat respons, dengan penuh rasa ingin tahu Agam mencondongkan tubuhnya, ikut melirik ke layar ponsel Luth. Namun, secepat kilat Luth menekan layar utama, dan meletakkan ponselnya ke meja.
"Gak usah kepo," ketus Luth dan mulai mencicipi makanannya.
"Halah, paling lagi chatting-an sama Celia," ujar Agam, mengubur dalam-dalam rasa penasarannya, karena dia yakin tebakannya pasti benar.
Hubungan Luth dan Nala terbilang cukup lama, tapi hebatnya Luth menyimpan rahasia sampai tidak ada satupun temannya yang tahu, bahkan sahabat terdekat sekalipun. Sementara kedekatannya kembali dengan Celia yang baru seumur jagung, sudah diketahui oleh seisi kantor, pun semua temannya. Ironis memang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilihan Kedua
RomanceSejak 2 tahun terakhir impian terbesar Nala adalah menikah dengan Luth, lelaki terbaik yang dia kenal, lelaki yang berhasil memenuhi ruang hatinya. Sederhana saja, mereka menikah lalu memiliki keluarga kecil yang bahagia. Namun, itu hanya menjadi an...