Nala memandang dirinya di balik cermin dengan satu tangan menopang dagu, dan terus tersenyum lebar seperti orang gila. Kegiatan itu sudah dia lakukan sejak sepuluh menit lalu. Semua karena kejadian kemarin, yang membuatnya sulit tidur dan masih memikirkannya hingga pagi ini.
Saat Luth mengusap kepalanya, memberikan senyuman hangat, juga memuji masakannya. Semua masih berputar-putar di kepala, dan efeknya mampu membuat hati berbunga-bunga. Namun, lamunan itu kemudian buyar saat sang ibu mengetuk pintu kamarnya dengan cukup keras.
"Nala, kamu kerja kan hari ini, kok belum keluar? Ini udah siang loh!"
Nala kemudian melirik jam di layar ponselnya, dan ternyata sudah jam setengah 7. Biasanya dia sudah sarapan dan siap-siap untuk berangkat, tapi sekarang dia malah masih bersantai di meja rias.
"Iya Ma, sebentar!"
Bergegas Nala menyisir rambutnya, tapi gadis itu masih sempat-sempatnya melirik wallpaper ponsel yang baru dia ganti semalam, yang menampilkan visual menarik seorang Luth Daniel meski hanya nampak dari samping. Lagi-lagi, senyum itu mengembang.
Sambil terus tersenyum dan sesekali menggeleng, atau menggigit bibir bawahnya, Nala kini sibuk menepuk-nepuk pipinya dengan spons. Kemudian setelah dirasa penampilannya sudah rapi, dia segera memasukkan ponselnya ke dalam tas yang disandang dan berjalan meninggalkan kamar.
"Udah gila kamu, Na."
Ya Tuhan, Nala benar-benar hanya ingin menikah dengan Luth, bukan lelaki lain, bahkan sekalipun ada yang lebih baik dari Luth. Pokoknya bagi Nala, jika tidak dengan Luth maka tidak dengan siapapun. Iya, sepertinya Nala memang sudah gila karena cinta.
...
Nala tiba di hotel, dan begitu kecewa karena ternyata Luth sudah check out. Padahal, gadis itu sudah membawakan bekal yang dimasak ibunya dan membayangkan mereka akan sarapan bersama.
"Udah gak usah cemberut, kayak gak bakal ketemu lagi aja," celetuk Suraya sambil mengelap meja kerjanya.
"Lagian, semalam kan juga udah ketemu, masa udah kangen lagi sih?"
"Bukan gitu Ya, masalahnya aku udah bawain dia makanan."
"Bingung amat, mending buat aku, kebetulan belum makan, hehe," ujar Dimas, lelaki berperawakan tinggi itu langsung mengambil kotak bekal di hadapan Nala dan membawanya ke dalam pelukan.
Dimas adalah rekan kerja Nala juga Suraya, bagian Housekeeping, dan lelaki itu memang sudah terkenal jahil.
Menyadari hal itu, Nala hanya bisa menghela napas panjang dan mengikhlaskannya. Sementara Suraya kini tengah berusaha merebutnya kembali, tapi Dimas malah berputar-putar sambil tertawa menyebalkan membuat Suraya makin dongkol.
"Udah biarin aja buat Dimas, Ya," kata Nala malas memperpanjang masalah.
Suraya dan Dimas kompak memasang wajah bingung, karena tidak biasanya Nala terlihat seperti tidak punya semangat hidup begini. Mereka mengenal Nala sebagai gadis ramah bintang lima yang selalu menebarkan aura positif, jadi tentu saja sikapnya pagi ini terlihat bukan Nala banget.
"Biasa, masalah percintaan," ucap Suraya memberitahu Dimas.
...
Luth tengah berada di bioskop bersama Celia, keduanya terlihat fokus menyaksikan film bergenre horor. Sebelah tangannya sibuk menyuapi Celia, sementara tangan satunya sejak tadi berada dalam pelukan gadis itu.
Celia memakan popcorn yang disuapi Luth sedikit demi sedikit, tapi saat hantu muncul di layar dia akan menjerit dan menyembunyikan wajahnya dalam pelukan Luth, hal itu tentu saja membuat Luth merasa gemas.
"Kalo takut, harusnya jangan nonton film begini," ucap Luth sambil terkekeh, lengannya dipeluk begitu erat sampai-sampai dia kesulitan bergerak.
"Tapi seru tau, aku gak takut kok!"
Celia berusaha mengelak, tapi detik berikutnya dia kembali berteriak bersama beberapa penonton lain, membuat tawa Luth kembali pecah.
Di pertengahan film, adegan-adegan yang ditunjukkan semakin terasa seram, dan Celia sudah tidak berani lagi menatap layar bioskop. Luth berusaha menikmati film itu, tapi kemudian fokusnya teralihkan saat menyadari tangan Celia dingin dan bergetar.
"Sel, kamu kenapa?" tanya Luth khawatir.
"Aku ... takut," cicitnya.
Kali ini Luth tidak lagi tertawa, karena melihat wajah Celia yang memucat dan benar-benar ketakutan. Dia kemudian meletakkan sisa popcorn ke kursi sebelahnya yang kosong, lalu menyodorkan minuman pada Celia.
"Minum dulu."
Dengan tangan yang masih bergetar, Celia meminum sedikit air itu, kemudian cepat-cepat memeluk kembali tubuh Luth.
Luth mengeratkan pelukan Celia, kemudian mengusap lembut puncak kepala gadis itu, dan mengecupnya penuh kasih. Berharap dengan cara itu, Celia bisa sedikit lebih tenang. Celia adalah gadis yang selalu ingin Luth lindungi, setelah ibu dan kakaknya. Melihat Celia sakit, adalah luka untuk Luth.
Setelah keluar dari bioskop, Luth membawa Celia ke Timezone agar Celia bisa mengalihkan ingatannya dari hantu-hantu di film yang baru dia tonton.
Permainan pertama yang mereka coba adalah bom bom car, dan keduanya terlihat begitu menikmati permainannya. Setelah bosan, Celia kemudian mengajak Luth untuk bermain pump it up, mereka menari, bernyanyi dan tertawa bersama. Tidak sampai disitu, Luth juga unjuk kebolehannya bermain bowling, lalu mencoba mesin capit dan mendapatkan sebuah boneka Stitch berukuran sedang yang langsung dia berikan pada Celia. Celia tersenyum senang menerima boneka itu, hingga dia pulang ke rumah dengan perasaan bahagia dan melupakan semua ketakutannya saat di bioskop.
Celia tidak pernah menyesal jatuh cinta pada Luth, meski dia tidak tahu hubungan mereka akan sampai di mana. Namun untuk sekarang, dia hanya ingin menikmati hari-hari bahagia bersama pemuda itu, tak peduli dengan status apapun, janji dia bahagia.
Nyatanya, bukan hanya Celia yang merasa bahagia malam ini, Luth juga begitu, malah mungkin jauh lebih bahagia.
Hari-hari yang dia lalui tanpa Celia begitu hambar, dan kini gadis itu kembali. Tidak akan Luth sia-siakan waktu lagi untuk bersamanya. Meski risiko terbesarnya, dia akan semakin jatuh cinta pada Celia.
Luth mulai berandai-andai, jika saja tidak ada tembok penghalang itu, mungkin sekarang Celia sudah menjadi istrinya, karena sungguh dia hanya mengharapkan gadis seperti Celia yang akan menemani hari-harinya hingga tua.
'Aku mencintai kamu, tapi untuk merebut kamu dari Tuhanmu, sampai kapanpun aku tidak akan melakukannya.'
Kalimat yang Celia ucapkan lima tahun lalu masih tersimpan rapi dalam ingatan. Celia memiliki iman yang kuat dalam kepercayaan nya, dan Luth pun begitu meski dia tidak merasa terlalu taat.
Kadang jika memikirkan satu masalah itu, Luth bisa frustrasi sendiri, karena sepertinya dia tidak akan pernah menemukan jalan keluar, selain ada di antara salah satu yang mengalah.
"Argghhh!"
Luth mengacak rambutnya gusar, lalu menghela napas berat. Senyum dan tawa bahagianya hilang dalam sekejap karena ditampar fakta jika dirinya dan Celia terlalu sulit untuk disatukan.
"Apa aku harus berusaha lebih alim lagi, dan terus berdoa sama Tuhan agar Celia bisa ku miliki dengan cara yang benar?"
Namun, apakah itu akan berhasil?
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilihan Kedua
RomanceSejak 2 tahun terakhir impian terbesar Nala adalah menikah dengan Luth, lelaki terbaik yang dia kenal, lelaki yang berhasil memenuhi ruang hatinya. Sederhana saja, mereka menikah lalu memiliki keluarga kecil yang bahagia. Namun, itu hanya menjadi an...