17. Fitting baju

66 5 2
                                    

Celia sudah mulai menjauhi Luth, dan terhitung beberapa hari belakangan gadis itu tidak pernah datang ke kantor Luth. Bahkan jika Luth yang datang ke kantornya, yang didapat hanya kekecewaan, karena Celia selalu enggan menemuinya. Setiap kali Luth berusaha menghubungi dan mengirim pesan, tidak pernah ada balasan. Semua masalah itu membuat Luth hampir gila!

Entah bagaimanapun caranya, dia harus bertemu Celia hari ini, karena sungguh dia belum rela melihat gadis itu menikah dengan lelaki lain. Itu adalah mimpi buruk yang sangat Luth takutkan.

Luth sudah berada di rumah Celia, dan kedatangannya tidak disambut sehangat biasa oleh Bu Lilia, wanita itu terlihat agak risih dengan kehadirannya.

"Ada apa, Luth?"

"Saya ingin bertemu Celia, Tante."

Bu Lilia menghela napas berat. "Untuk apa? Jika tidak ada hal yang penting, sebaiknya kamu pulang saja."

"Ada yang ingin saya bicarakan, dan ini sangat penting."

Bu Lilia menatap Luth dengan raut yang kentara sekali terpancar ketidaksukaan. Tentu saja dia takut Luth akan merayu Celia agar tidak menjalin hubungan dengan Victor, dan kembali padanya. Bu Lilia paham, Celia dan Luth sudah lama saling mencintai, dan bukan hal mudah untuk memisahkan mereka. Dia tidak mau keputusan Celia goyah setelah kembali berbicara dengan Luth, oleh sebab itu dia selalu mewanti-wanti agar Celia menjauhi Luth, setidaknya sampai Celia sudah menikah dengan Victor.

"Celia sedang tidur."

"Tan, Celia tidak mencintai lelaki yang akan kalian jodohkan. Dia akan tersiksa jika menerima perjodohan itu. Jadi tolong, bebaskan dia."

"Punya hak apa kamu, Luth? Celia anak Tante, tentu saja Tante yang lebih tahu tentang dia. Sebaiknya, kamu gak usah ikut campur."

"Aku enggak rela, Tan. Tolong ... jangan jauhkan aku dengan Celia."

"Luth, tidak semua hal yang kita inginkan selalu dapat kita miliki. Lepaskanlah Celia, dan sebaiknya kamu juga cari perempuan lain. Maaf, Tante rasa ini keputusan terbaik untuk kalian berdua. Sebaiknya kamu pulang sekarang, sudah malam."

Bu Lilia kemudian masuk dan mengunci pintu, meninggalkan Luth yang masih berdiri mematung di depan rumahnya.

"Argghhh!"

Luth mengacak rambut frustrasi sambil menendang udara, sebelum melangkah pergi meninggalkan rumah itu. Tanpa lelaki itu sadari, sejak tadi Celia memperhatikan dari jendela kamarnya dengan air mata yang tidak mau berhenti mengalir.

...

Celia menghentikan langkahnya di depan sebuah butik luas berlantai dua yang dindingnya didominasi warna pastel, gadis itu kemudian memandang sang ibu yang hendak menarik lengannya untuk segera masuk ke sana.

"Mom, kenapa kita kesini?"

"Lho, kok masih tanya sih? Kita kan mau fitting gaun untuk acara pertunangan nanti."

"Duh, butik lain kan masih banyak Mom, kenapa harus kesini?"

"Memangnya kenapa? Kita kan sudah lama langganan di butik ini, dan Sasha pasti lebih tahu apa yang cocok buat you."

Sejujurnya Celia belum siap untuk bertemu dengan anggota keluarga Luth, dia segan dan merasa bersalah, karena sudah menyakiti Luth.

"Sel, santai saja. Luth tidak akan ada disini kok."

"Sebaiknya kita cari butik lain aja, Mom."

Bu Lilia menggeleng tidak setuju, lalu dengan terpaksa dia menarik tangan sang anak untuk segera masuk. Begitu menginjakkan kaki di dalam, kedatangan keduanya langsung disambut hangat oleh salah satu pegawai di sana.

Pilihan Kedua Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang