26. Apa yang salah?

141 9 0
                                    

Nala membaringkan tubuhnya di samping Luth setelah selesai mandi. Bisa memandang wajah Luth secara langsung sebelum tidur rasanya mampu menyingkirkan lelahnya, kini yang ada hanya perasaan bahagia dan penuh syukur. Sejak menikah, Luth terlihat jauh lebih tampan menurut Nala, bahkan meski hanya mengenakan t-shirt dengan rambut berantakan.

"Eum, M-mas ...."

Luth yang semula tengah sibuk menyelesaikan pekerjaannya di laptop akhirnya menoleh pada Nala dengan alis bertaut.

"Kenapa?"

"Masih sibuk?"

"Iya. Kalo udah ngantuk tidur duluan aja."

Luth kembali fokus pada layar laptopnya, dan Nala hanya bisa menghela napas kecewa. Apakah ada yang salah dengan dirinya, kenapa sampai sekarang Luth belum mau menyentuhnya? Nala mulai mempertanyakan hal itu, karena dari cerita-cerita temannya yang sudah menikah, biasanya pengantin baru itu akan sangat romantis dan nempel terus di mana saja. Namun, sejak menjadi seorang istri, Nala bahkan tidak pernah merasa dipeluk duluan oleh Luth. Jujur saja, dia tipe physical touch yang tidak betah jika tidak menyentuh orang didekatnya jika lama-lama bersama, terlebih Luth sekarang sudah menjadi suaminya.

Menit demi menit berlalu, Nala sudah terlelap ketika Luth kembali menoleh padanya. Luth menutup laptopnya, kemudian dia simpan di atas meja. Baru jam 10 malam, dan dirinya belum mengantuk. Dia mengecek ponsel, terlihat ada beberapa pesan masuk, mulai dari rekan kerja, teman-temannya yang masih menggoda membahas pernikahan, dan masih banyak lagi. Namun, dari semua itu yang menarik perhatiannya hanya satu nama dengan foto wajah cantik yang tersenyum ke arah kamera dengan boneka Stitch dalam pelukannya. Tentu saja Luth ingat sekali foto itu, foto yang dia ambil sendiri menggunakan ponselnya, dan boneka yang dia dapatkan hasil dari bermain mesin capit.

Karena rasa penasaran dan rindu yang membuncah, akhirnya Luth buka pesan-pesan yang sejak lusa belum dia baca itu.

My Primrose:

Luth, bagus kamu gk undang aku krn aku juga gak akan sanggup jika ada di sana

Aku harap ini mimpi buruk yg gak akan terjadi

tapi ternyata bukan ya?

Kamu beneran mau nikah? Jadi kita gak akan bisa bareng-bareng lagi?

Luth aku mau batalin pertunangan ku dan nikah aja sama kamu

tolong jangan jatuh cinta sama siapapun selain aku...

aku nyesel Luth, benget

batalin aja ya pernikahan kamu?

Sayang, please reply

:') ':) :')

Banyak sekali pesan yang Celia kirim sampai Luth bingung harus membalasnya dari mana. Dia bahkan belum sempat mengganti nama kontak gadis itu.

Kak Sasha bilang kamu sudah sah menikah

Kak Sasha juga kirim foto kamu sama perempuan itu, dan ternyata aku memang gak kenal sama dia

hatiku remuk liatnya

kamu beneran udah cinta sama dia? sejak kapan Luth? Jadi sebenarnya siapa yg disakiti?!

tapi gpp aku gk berhak tanya itu, nanti walaupun kita udah sama-sama punya pasangan, tetap berhubungan baik ya:)

Thank you for anything, i will never forget you, babe

Luth tanpa sadar menyunggingkan senyum setelah membaca semua pesan yang Celia kirim. Dia tidak menyangka jika Celia memberikan respons seperti ini atas tindakannya, dan memang inilah yang dia mau. Sekarang Celia telah menyesal, dan Luth merasa puas. Luth memilih membuka pesan-pesan lain, tanpa berniat untuk membalas pesan Celia, untuk saat ini dia ingin menjaga jarak dulu dengan gadis itu.

...

Nala bangun lebih pagi, membersihkan tubuhnya lalu menyiapkan segala keperluan untuk Luth bekerja, semoga saja kemeja yang dia siapkan akan Luth pakai.

"Selamat pagi, Sayang," sapa Nala dengan senyuman hangat.

Luth mengucek matanya, jujur dia masih kaget melihat wajah seorang wanita begitu bangun tidur. Terlebih wanita itu bukan yang dia harapkan sejak awal untuk menjadi istrinya. Sapaan Nala tidak dibalas apapun, tapi Nala tidak menyerah begitu saja.

"Aku udah siapin baju sama berkas kerja kamu."

"Kapan aku nyuruh?"

"Enggak pernah, tapi aku kan istri kamu jadi udah kewajiban ku untuk melayani kamu."

Luth kemudian bangkit dan melihat tumpukan pakaian yang sudah Nala siapkan, lalu berdecak.

"Kemeja ini tuh kebesaran, gak cocok buat ke kantor. Lain kali gak usah urusin hal pribadiku, karena belum tentu apa yang kamu pilih itu akan aku suka."

"Kenapa kamu ngomong kayak gitu?"

Bukannya menjawab, Luth malah masuk ke kamar mandi dengan wajah ketusnya, membuat Nala hampir akan menangis jika saja tidak mendengar teriakkan Bu Anne yang memintanya untuk membantu bibi di dapur.

Luth sama sekali tidak menyentuh pakaian yang Nala siapkan, dia malah membuka lemari dan mencari pakaian lain. Jujur, hati Nala sakit ketika melihatnya, apalagi ketika dia pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun dan memilih untuk tidak ikut sarapan dengan alasan buru-buru.

...

Setelah dipikir-pikir, Nala merasa jika dirinya yang salah, seharusnya dia tanya dulu apa saja yang Luth suka dan tidak sebelum menyiapkannya. Nala sudah mengirimkan pesan permintaan maaf, dan beruntung Luth membalasnya. Sebenarnya Nala sudah masak dan hendak makan bersama Luth, tapi Luth malah memintanya makan duluan karena dia harus lembur, dan akan makan di luar.

Jam di atas meja sudah menunjukkan pukul 9 malam lebih 15 menit, Nala sudah menunggu kepulangan Luth sejak tadi di dalam kamar, dengan riasan wajah yang segar. Nala tidak berani menceritakan masalah rumah tangganya pada siapapun, jadi dia hanya bisa mencari solusi dari internet. Dalam sebuah artikel yang dia baca, katanya seorang istri harus selalu tampil menarik di hadapan suaminya, dan ketika pulang kerja alangkah baiknya jika suami disambut dengan wajah cantik sang istri agar lelahnya bisa sedikit berkurang.

Jantung Nala berdegup kencang begitu Luth membuka pintu dan masuk ke dalam, dia segera menyambutnya dengan mencium tangan Luth dan mengambil tas lelaki itu.

"Kamu pakai make up, mau ke mana?"

Nala gelagapan saat mendapati pertanyaan itu, dia bingung harus menjawab apa. Luth malah terkekeh melihat ekspresi lucu Nala, dengan gemas Luth mencubit pipinya.

"Cepat mandi, sudah malam."

"Iya," jawab Luth lalu menggoda Nala sekali lagi dengan mencolek dagunya.

Luth menelan air liurnya dengan kedua mata membulat begitu keluar dari kamar mandi dan melihat Nala sudah membaringkan tubuhnya, dengan kimono pendek yang menampilkan paha mulusnya. Seingat Luth, tadi Nala masih mengenakan pakaian biasa, dan apa maksudnya ini? Sebagai seorang lelaki normal, tentu saja Luth tidak tahan melihatnya.

Luth mendekat, mengusap pelan paha mulus sang istri membuat pemiliknya yang tengah pura-pura tertidur merinding dengan degup jantung menggila. Namun, Luth segera menggeleng saat yang terbayang dalam benaknya malah wajah Celia. Nyatanya, dia belum melupakan gadis itu, dan meski Nala telah menjadi istrinya, dia tidak mau membuat Nala hanya menjadi pemuas nafsunya. Dengan cepat, Luth menarik selimut untuk menutupi tubuh Nala hingga bagian dada. Diam-diam Nala menahan tangis dan kecewanya, kembali mempertanyakan dalam hati, sebenarnya apa yang salah? Apa tubuhnya tidak menarik untuk Luth, jika begitu lalu kenapa Luth menikahinya?!

Rasanya ingin marah, tapi Nala lebih memilih diam dan kembali bersabar menunggu sampai kapan Luth akan memperlakukannya seperti ini.

Pilihan Kedua Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang