Nala masih duduk di beranda rumah dengan wajah gelisah dan ponsel yang terus berada dalam genggaman. Sekarang sudah malam, tapi Luth belum juga datang, dan sejak tadi nomornya sulit dihubungi.
Bu Riris memperhatikan anaknya sejak tadi dari ambang pintu, hingga akhirnya menghampiri karena Nala tidak kunjung masuk.
"Na, ayo masuk sudah malam," ajaknya.
Nala menoleh sebentar. "Sebentar lagi, Ma." jawabnya.
"Sudahlah, Luth kalau pulang juga kan bisa langsung masuk, tunggu di dalam aja."
"Iya, Ma. Sebentar lagi ya, nanti aku masuk, Mama kalo udah ngantuk tidur duluan aja."
"Yasudah, benar ya? Soalnya diluar dingin, takutnya kamu masuk angin nanti."
"Iya, Ma." balas Nala dengan senyum, akhirnya Bu Riris kembali masuk ke dalam karena tidak kuat menahan dingin.
Bukannya masuk, Nala malah pergi mencari Daniel, dan setelah ditemukan, kucing itu dia bawa untuk menemaninya menunggu Luth di luar. Nala memeluk kucing yang semakin gempal itu, berusaha menahan hawa dingin. Sampai akhirnya, dia tersenyum lebar saat dari kejauhan melihat cahaya terang dan suara mobil, sudah pasti itu Luth.
Nala langsung menghampiri begitu Luth keluar dari mobilnya.
"Mas, akhirnya kamu datang juga!" seru Nala sambil memeluk tubuh Luth dengan erat.
Luth baru bisa pergi meninggalkan Celia setelah mencoba membujuknya beberapa kali, karena demam gadis itu juga sudah sembuh. Setelah dari sana, Luth pulang ke rumahnya sebentar untuk membersihkan tubuh. Di perjalanan tadi, dia sadar jika apa yang dilakukannya salah, maka dengan inisiatif sendiri dia pergi ke sebuah kafe, membelikan Nala kopi dan beberapa cemilan sebagai permintaan maaf.
"Nih, buat kamu."
Nala tersenyum menerima paper bag itu, tapi senyumnya perlahan sirna saat melihat isinya.
"Kenapa?"
Nala langsung tersenyum kembali dan menggeleng. "Gak apa, aku cuma terharu," ujarnya setelah memberikan senyum palsu.
Padahal dia kecewa, karena sudah sering sekali dia katakan pada Luth jika dia tidak suka kopi. Kopi akan membuatnya mual dan sakit perut, meski hanya diminum sedikit, jenis apapun intinya tidak cocok dengan dirinya. Namun, sepertinya kali ini Luth lupa lagi.
"Kenapa nomor kamu gak aktif?"
Celia sengaja menonaktifkan ponselnya agar Luth hanya fokus padanya, dan sampai sekarang Luth belum sempat mengaktifkannya kembali.
"Baterai lowbat," alasannya.
"Tadi udah ke rumah sakit?"
"Udah, terus aku suruh Pak Abdul buat langsung pulang lagi abis nganter ke rumah sakit."
"Mama sekarang udah tidur?"
"Iya."
"Ya udah, toh sekarang kita juga nginep disini."
"Kalo nginep nya tiga hari boleh gak?"
"Mau ngapain?"
"Aku masih pengen disini, boleh ya?"
"Tapi aku gak bisa."
"Gak apa-apa."
"Kondisi Mama baik-baik aja, kan?"
Nala terdiam. Jika memikirkan perkataan dokter siang tadi, pikirannya kembali tidak tenang. Tubuh ibunya semakin kurus, karena alih-alih sembuh penyakit yang diderita malah kian menyebar. Luth mengusap bahu Nala saat melihat mata perempuan itu berkaca-kaca dan memerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilihan Kedua
RomanceSejak 2 tahun terakhir impian terbesar Nala adalah menikah dengan Luth, lelaki terbaik yang dia kenal, lelaki yang berhasil memenuhi ruang hatinya. Sederhana saja, mereka menikah lalu memiliki keluarga kecil yang bahagia. Namun, itu hanya menjadi an...