Orang pertama yang Nala beritahu kabar bahagia tentang kehamilannya adalah sang ibu, dan dia kembali menangis saat melihat dalam panggilan video ibunya menangis haru. Beliau terus berpesan agar Nala menjaga kandungannya dengan baik, dan memberikan petuah-petuah apa saja yang harus dan tidak boleh Nala lakukan selama hamil. Ini kehamilan pertama, dan karena Nala masih sangat awam, jadi Nala mencatat semua petuah-petuah itu ke dalam buku, agar dia bisa menghafalnya.
Nala belum memberi tahu kabar ini kepada orang di rumah sebelum memberi tahunya pada Luth, dan dia sangat tidak sabar menanti kepulangan Luth. Dia sangat penasaran dengan reaksi Luth nantinya, Luth pasti bahagia seperti dirinya, tidak mungkin tidak.
Begitu Luth pulang, Nala malah diserang gugup dan masih menyembunyikan surat hasil pemeriksaannya.
"Na, besok aku harus pergi ke Lombok, ada proyek baru di sana yang harus ditinjau," beritahu Luth setelah keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan long slave putih dan celana pendek, serta rambut dan wajah yang masih agak basah.
Lelaki itu menggeser pintu walk in closet dan mengambil salah satu koper di sana. Sementara itu, Nala belum memberikan reaksi apa-apa. Niatnya dia yang ingin memberi kejutan, tapi malah dirinya yang mendapat kejutan.
"Karena jauh, kayaknya agak lama aku di sana. Jadi kalo kamu gak nyaman disini, besok pagi aku antar kamu pulang."
Luth tahu Nala belum sepenuhnya nyaman tinggal disini, terlebih jika dia tidak ada, ya karena perlakuan keluarganya. Jadi Luth tidak akan memaksa untuk Nala tetap disini.
"Berapa lama?"
"Mungkin seminggu, bisa juga lebih."
Nala merasa sesak, jujur dia tidak mau ditinggal lama-lama apalagi dalam keadaan hamil muda. Dia mengharapkan suaminya selalu ada disisinya dan memberi perhatian. Namun, Luth malah begitu semangat untuk pergi.
Nala tidak boleh mempertahankan egonya, dia akhirnya mendekat dan mencegah Luth saat akan memasukkan pakaiannya ke dalam koper.
"Biar aku aja yang urus, aku udah hafal kok baju-baju mana aja yang biasa kamu pakai. Lebih baik sekarang kamu makan dulu."
Karena merasa lapar, akhirnya Luth menyerahkan pekerjaan itu kepada istrinya dan pergi untuk makan, tanpa bertanya apakah Nala juga sudah makan atau belum. Kini Nala sibuk memasukkan beberapa pakaian ke dalam koper, hingga tanpa sengaja matanya menangkap sebuah kain biru yang sedikit keluar dari laci paling bawah, bisa dipastikan laci terbawah itu adalah barang-barang yang sudah tidak Luth gunakan, sebab Nala tidak pernah melihat Luth membukanya. Karena rasa penasaran, akhirnya Nala menarik laci itu, di dalamnya ada sebuah kemeja biru muda yang ternyata masih terbungkus plastik. Tangan Nala bergetar begitu melihat logo yang masih terpasang, dan plastik yang masih rapat. Seperti ada yang menghimpit dada ketika melihatnya kembali. Tentu saja, Nala masih sangat ingat kemeja itu.
"Ini kemeja yang aku beli dulu, dan Luth belum memakainya?" Nala bertanya pada diri sendiri, masih berusaha untuk tidak percaya.
Dada Nala rasanya sesak sekali, jadi Luth berbohong saat bilang telah memakainya? Apa dia tidak menyukai kemeja ini? Jika memang begitu faktanya, lalu kenapa dia tidak pernah bilang dari awal? Meski Nala berharap Luth akan mengenakannya, tapi Nala juga tidak akan kecewa seandainya Luth jujur. Nala masih menangisi kemeja itu bahkan sampai Luth kembali. Luth menautkan alisnya ketika melihat Nala masih duduk di lantai dengan koper yang baru terisi setengah pakaian.
"Nala, masih belum selesai juga?"
Nala mendongak dengan air mata yang sudah membasahi pipi, lalu dengan penuh emosi dia lemparkan kemeja di tangannya hingga menimpuk dada Luth.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilihan Kedua
RomanceSejak 2 tahun terakhir impian terbesar Nala adalah menikah dengan Luth, lelaki terbaik yang dia kenal, lelaki yang berhasil memenuhi ruang hatinya. Sederhana saja, mereka menikah lalu memiliki keluarga kecil yang bahagia. Namun, itu hanya menjadi an...