27. Pertunangan Celia

98 9 2
                                    

Pertunangannya akan digelar lusa, tapi Celia sama sekali tidak merasakan kebahagiaan. Dia semakin yakin jika pilihannya salah, dan menyesal telah menyakiti Luth. Sekarang Luth sudah menjadi suami orang, apa Celia masih berhak untuk mendekatinya?

Siang ini Celia bersama Victor kembali meninjau tempat acara pertunangan mereka, yang sudah 90 persen hampir selesai. Begitu mewah karena telah menghabiskan dana yang tidak sedikit, tapi Victor sama sekali tidak menyesal untuk membuat acara di hotel berbintang lima ini.

"Bagaimana Sel, you like this?"

Celia hanya mengangguk dengan senyum terpaksa, tentu saja Victor menyadari akhir-akhir ini wajah Celia selalu menampilkan kesan tidak baik. Sebenarnya apa yang terjadi, kenapa dia tidak pernah mau menceritakannya? Apa karena lelaki bernama Luth itu?

"You masih memikirkan lelaki itu?" tanya Victor.

Keduanya masih berjalan di sekitar hotel.

"Lelaki yang mana?"

"You tau maksud i, apa you masih mencintai dia?"

"Vic, i minta maaf ...."

Victor membawa Celia dalam pelukan lalu mengusap lembut punggungnya.

"I kasih waktu you untuk lupain dia, tapi hanya sampai acara pertunangan kita. Ingat sayang, setelah kita bertunangan dan menikah, jangan pernah memikirkan apalagi berhubungan dengan dia lagi, oke?"

Celia mendongak memandang wajah Victor, terlihat lelaki itu tidak main-main dengan ucapannya, dan seperti ada maksud tersirat di dalam tatapannya. Namun Celia tidak ingin memperpanjang masalah, jadi dia hanya mengangguk, meski dia tidak yakin bisa menjauh dari Luth.

"Nice girl," puji Victor, lalu mengecup kening Celia.

...

Celia nekad, karena keesokan harinya secara diam-diam dia datang menemui Luth dan mengajak lelaki itu makan siang bersama. Luth tidak bisa menolak, terlebih saat Celia bilang setelah ini mungkin mereka akan semakin sulit bertemu.

Kini dua orang itu sudah berada di sebuah kafe yang jaraknya tidak begitu jauh dari kantor Luth, dengan makanan juga minuman yang sudah terhidang di meja, mereka menikmati makan siang sambil bercengkrama.

"Aku kangen banget makan bareng kayak gini sama kamu."

"Tapi kita gak akan bisa selalu seperti ini lagi, Sel," ujar Luth.

"Pertunangan kamu besok, kan? Kenapa masih menemui aku?"

"Karena aku gak yakin setelah ini, masih bisa bertemu kamu."

"Apa kamu akan pergi lagi?"

"Enggak, kok, tapi kan kita udah sama-sama punya pasangan, hehe," jawab Celia sambil tersenyum miris.

"Meski begitu, sampai kapanpun kamu akan selalu jadi orang penting buat aku, Sel."

Celia memandang Luth, mencari kejujuran dalam pandangannya, dan ternyata dia hanya menemukan ketulusan di sana, sama sekali tidak ada kemarahan lagi seperti sebelumnya. Apa itu berarti, Luth sudah memaafkannya?

"Kamu akan datang, kan?"

Luth memaksakan diri untuk tersenyum. "Tentu, aku bukan lelaki pengecut, masa di hari penting sahabatku, aku gak datang sih?" Ada nada getir dibalik candaan itu, dan Celia tidak suka mendengarnya.

"Terima kasih, Luth."

"Luth, apa kamu bahagia dengan pernikahanmu?" tanya Celia terdengar pelan dan berat.

Luth diam sejenak, lalu tersenyum memandang wajah cantik itu. "Tentu saja, aku bahagia," bohongnya.

Celia hanya bisa membalas dengan tersenyum kecil, menutupi hatinya yang rapuh.

...

Hingga malam yang tidak pernah Luth harapkan itu datang, di depan matanya Luth melihat Celia dengan gaun yang begitu anggun serta wajah sangat cantik, tapi berdiri bersama lelaki lain. Tidak bisa ditampik, jika keduanya tampak cocok.

Para tamu yang hadir tampak memberikan tepuk tangan juga sorakan kebahagiaan begitu dua insan itu saling bertukar cincin, tapi tidak dengan hati Luth yang merasa tercabik-cabik melihatnya.

Acara berlangsung dengan baik, Luth berusaha bersikap baik-baik saja, kebetulan dia hadir bersama teman-teman masa kuliah S1-nya yang juga merupakan teman Celia.

"Ternyata kalian gak berjodoh ya," ujar salah satu temannya pada Luth.

"Iya, gue pikir cerita cinta kalian bakal kayak di novel-novel yang endingnya ada salah satu yang ngalah."

"Padahal kalian cocok banget loh."

Mereka bahkan tidak tahu jika Luth sudah menikah karena Luth belum pernah mempublikasikannya kecuali pada teman-teman terdekatnya. Bahkan foto-foto pernikahannya saja, tidak begitu Luth hiraukan, dan dia sama sekali tidak tertarik untuk mengunggahnya ke sosial media.

Luth memilih diam saja menanggapi perkataan teman-temannya, lalu menenggak minuman yang berada di meja. Tanpa dia sadari, sang pemeran utama malam ini datang menghampiri.

"Makasih kalian udah mau datang."

Gadis itu kemudian mendapatkan banyak ucapan selamat dari teman-temannya juga pujian betapa cantiknya dia malam ini.

"Luth," panggil Celia karena sejak tadi yang dia tunggu hanya ucapan dari lelaki itu.

Luth akhirnya memberikan senyuman lalu menjabat tangan Celia.

"Selamat ya," ucapnya singkat.

Celia ingin bertanya kenapa Luth tidak membawa istrinya, tapi dia rasa pertanyaan itu tidak penting, karena yang terpenting sekarang Luth mau hadir kesini. Celia belum rela tangan itu terlepas, dia masih berharap yang menjadi pasangannya malam ini adalah Luth. Namun, tanpa sempat mengucapkan balasan Luth sudah melepaskannya dan pamit pulang.

Begitu meninggalkan area ballroom, dan masuk ke mobil Luth memukul stir dengan penuh emosi, kemudian mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

...

Luth tiba di rumah dengan kemeja yang sudah kusut dan rambut berantakan, matanya juga terlihat memerah dan sedikit sayu, entah karena pengaruh minuman di acara tadi atau karena menahan tangis. Nala menyambutnya seperti biasa, tapi kali ini dia terlihat khawatir begitu memperhatikan penampilan Luth yang kacau.

"Kamu kenapa, Mas?"

Luth mengunci pintu kamarnya, kemudian kembali berbalik memandang Nala.

"Hari ini sangat melelahkan," keluh Luth, lalu menjatuhkan kepalanya ke atas bahu Nala, membuat Nala terpaku di tempat dan perlahan mengusap lembut kepala Luth.

Luth melingkarkan kedua tangannya di pinggang Nala, dan memeluk tubuh perempuan itu saat mencium aroma parfumnya yang begitu menenangkan. Nala tidak tahu apa yang terjadi pada suaminya, tapi dia paham saat ini suaminya sedang tidak baik-baik saja. Apa karena pekerjaan yang begitu banyak?

"Istirahat ya, kalo kamu capek ambil libur dulu, jangan dipaksa kerja terus, Papa juga pasti paham kok."

Luth tidak mengucapkan apapun, dia malah mengeratkan pelukannya. Setelah merasa sedikit lebih tenang, Luth kemudian melepaskan pelukannya perlahan dan memandang dalam wajah Nala. Nala sudah kembali bekerja, dan Luth tahu dia juga lelah. Namun, dia masih selalu memberikan penampilan terbaik untuk Luth.

"Na ...," panggil Luth dengan suara yang parau.

Sepertinya karena efek segelas alkohol yang Luth habiskan, Nala jadi terlihat begitu cantik dan seksi malam ini. Nala sudah menahan napasnya dengan detak jantung tidak terkontrol, apa malam ini Luth akan melakukannya? Sungguh, perasaan Nala benar-benar tidak jelas.

Luth mendekatkan wajahnya pada wajah Nala sampai tidak ada jarak di antara mereka, dan kemudian bibir mereka bertemu, keduanya tampak menikmati kemesraan satu sama lain, sampai akhirnya malam itu mereka melakukannya setelah beberapa minggu sah menjadi pasangan suami-istri.

Pilihan Kedua Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang