Luth sudah pergi kemarin, dan ketika diantar pulang ke rumahnya, sepanjang perjalanan Nala terus menangis dan menggenggam tangan Luth, tidak mau ditinggalkan. Namun, Luth sama sekali tidak berubah pikiran, dia tetap pergi dan meyakinkan Nala akan pulang secepatnya begitu pekerjaan di sana selesai.
Saat ini Nala sedang berada di kantin, tengah makan siang bersama Suraya, dan dia merasa bersyukur karena mual yang dialaminya hanya ketika bangun pagi, jadi dia bisa bekerja dengan tenang.
"Na, beneran waktu itu kamu cuma masuk angin?" tanya Suraya penasaran, yang tentu menjadi saksi bagaimana Nala muntah-muntah begitu parah beberapa hari lalu.
Nala hanya tersenyum, bukan maksud mau menyimpan rahasia, tapi dia tidak akan memberitahukan kepada siapapun dulu sebelum Luth tahu, dan dia juga tidak akan memberi tahu Luth hanya lewat sambungan telepon. Jadi, Nala akan memberitahunya ketika pulang nanti, baru dia beritahu juga teman-temannya.
"Aku pikir kamu hamil, eh tapi kalo kamu hamil akan tetap kerja?"
"Kenapa?"
"Luth kan kaya, punya banyak uang, ngapain kamu masih kerja begini? Luth pasti gak akan ngizinin kan nantinya?"
"Aku gak tau, tapi kalo gak kerja aku bakal bosen banget, gak tau harus ngapain."
"Iya sih, kalo gak kerja juga nanti kita akan sulit buat ketemu."
"Iya ya."
Nala terkekeh, tapi Suraya hanya diam. Sejak pagi Nala memang menyadari ada yang berbeda dari raut sahabatnya hari ini, seperti ada sesuatu yang ingin dia ceritakan.
"Ya, kamu gak ada masalah kan sama Rakha?"
"Kenapa tiba-tiba nanyain itu?"
"Akhir-akhir ini aku liat kamu gak pernah diantar-jemput, selalu bawa motor sendiri."
Suraya kemudian menghela napas berat. "Emang gak bisa ya sembunyi-in rahasia lama-lama sama kamu," keluhnya.
"Jadi kalian kenapa?"
"Aku udah putus sama Rakha."
Nala membelalakkan matanya begitu terkejut, mulutnya bahkan sampai terbuka.
"Kenapa?"
"Semakin kesini aku malah ngerasa kita gak cocok, dan sekarang aku lagi dekat dengan seseorang. Dia memang jauh lebih tua dari aku, tapi aku rasa dia lah sosok yang aku cari selama ini."
"Siapa, Ya?"
"Kamu juga udah kenal banget sama dia."
"Siapa?"
"Pak Keenan."
"Apa?!"
Nala tentu mengenalnya. Pak Keenan merupakan General Manager di hotel ini, usianya 42 tahun, seorang duda beranak satu. Memang tidak lagi muda, tapi dia dikenal sebagai sugar dady dikalangan pekerja hotel, sampai banyak perempuan yang mengidolakan. Sungguh Nala tidak percaya, jika Suraya menjadi salah satu di antara perempuan itu.
"Terus sekarang Rakha gimana?"
Suraya hanya mengangkat kedua bahunya tampak tidak acuh. Namanya juga pacaran, jadi hal biasa jika putus. Suraya bahkan tidak menyesali keputusannya untuk memilih Pak Keenan, karena dia merasa Pak Keenan jauh lebih baik dari Rakha. Bahkan ketika minta putus, dan menjelaskan apa alasannya, Rakha terkesan legowo dan tidak mengemis agar hubungan mereka dipertahankan. Sepertinya bukan hanya dia yang merasa hubungannya mulai hambar, Rakha pun demikian.
...
Nala sedang menonton TV di ruang tamu bersama sang ibu, dengan tertidur menyamping dan menjadikan paha ibunya sebagai bantalan, sementara itu kepalanya sejak tadi terus diusap dengan lembut. Mau sebesar apapun anaknya, seorang ibu akan menganggap dia anak kecil, seperti yang tengah ibu Nala lakukan saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilihan Kedua
RomanceSejak 2 tahun terakhir impian terbesar Nala adalah menikah dengan Luth, lelaki terbaik yang dia kenal, lelaki yang berhasil memenuhi ruang hatinya. Sederhana saja, mereka menikah lalu memiliki keluarga kecil yang bahagia. Namun, itu hanya menjadi an...