10. Pertengkaran keluarga

60 7 0
                                    

Luth tengah menikmati sarapan di meja makan bersama keluarganya, ada ayah ibu serta kakak perempuannya. Luth adalah anak bungsu dari dua bersaudara, dia memiliki kakak perempuan berusia 29 tahun bernama Sasha Farhana.

Sasha adalah seorang designer kondang yang sudah menjadi langganan orang-orang ternama di Indonesia, dan juga memiliki butik dengan banyak cabang di berbagai kota. Dia merupakan wanita karier yang jarang sekali berada di rumah, dalam seminggu perempuan itu bisa sampai tiga kali pergi ke luar kota, atau tidak jarang juga ke luar negeri. Untuk meninjau butiknya, atau menghadiri event baik lokal maupun internasional, demi menambah wawasan serta relasi pertemanannya.

Perbedaan usia yang hanya berjarak 3 tahun, membuat Sasha dan sang adik sering sekali bertengkar jika ada di rumah. Namun, bukan pertengkaran hebat seperti ketika masih kecil. Melainkan hanya pertengkaran kecil yang dimulai karena kejahilan sang adik. Bila ada di rumah, Sasha memang tidak pernah bisa merasa tenang, karena selalu mendapat gangguan dari Luth. Heran sekali, padahal Sasha memiliki raut wajah yang tegas dan cuek, sampai para pekerjanya pun segan padanya. Namun, itu tidak berlaku untuk Luth. Malah cowok itu senang jika sudah berhasil membuat sang kakak marah.

Seperti pagi ini, suasana yang semula tenang mendadak kacau saat Sasha berteriak memanggil nama Luth dengan begitu keras, padahal Luth ada di sampingnya dan kini tengah tertawa puas melihat raut muka sang kakak yang memerah penuh keringat dengan mata berair.

Sebelumnya, Sasha begitu senang dan terharu saat Luth menyiapkan roti untuknya, dia memasukkan roti itu ke dalam mulut tanpa rasa curiga sama sekali. Namun, rasa senang itu berubah jadi murka begitu mulutnya menyentuh saus cabai yang sangat pedas. Rupanya bukan selai yang Luth oleskan pada rotinya, melainkan saus. Sasha paling tidak suka makanan pedas, hanya memakan sedikit saja itu bisa membuatnya berkeringat dan menangis.

Kedua orang tuanya hanya bisa memperhatikan dengan ekspresi lelah.

"Luth, kamu tuh ya seneng banget jahil-in kakakmu, udah besar juga," omel Bu Anne.

Luth masih tertawa, tapi karena tidak tega melihat kakaknya tersiksa, dia pun segera menyodorkan segelas susu untuk di minum sang kakak.

"Iya maaf, habis kapan lagi coba kayak gini, mumpung Kakak ada di rumah," ujar Luth.

"Tau ah, nyebelin banget punya adik," ketus Sasha setelah menenggak habis minumnya, lalu mencubit lengan Luth sebagai pembalasan dendam.

Se-menyebalkan apapun Luth, di mata Sasha dia tetap adik kecilnya yang harus disayang. Walau jarang bertemu, tidak pernah absen setiap hari dia selalu menyempatkan waktu untuk menghubungi Luth. Malah Sasha merasa, persaudaraan mereka lebih baik jika berjauhan. Ah, tapi lama-lama jauh juga dia merasa rindu.

"Kalian tuh udah dewasa, kapan coba mau kasih cucu ke kita, masa Mama liat pertengkaran kalian terus sih, Mama juga kan mau liat pertengkaran anak kecil di rumah ini. Iya kan, Pa?" tanya Bu Anne sambil melirik sang suami.

Luth tidak akan berani untuk menyuruh kakaknya duluan. Karena 5 tahun lalu sang kakak pernah menikah, tapi hubungannya hanya bertahan selama satu tahun, setelah tahu jika sang suami berselingkuh sampai membuatnya keguguran. Sampai saat ini, Luth tahu kakaknya belum tertarik untuk jatuh cinta lagi.

"Kalian kan tau, aku cuma cinta sama Celia. Kalo mau dia cepat-cepat jadi istri ku, coba bantu cari jalan keluar."

Pak Firdaus jelas mengenal dengan baik keluarga Celia, terutama Pak Chao. Mereka adalah keluarga yang taat kepada agamanya. Rasanya tidak mungkin Celia mau ikut dengan Luth begitu saja, sekalipun mereka saling cinta. Lagipula, Pak Firdaus tidak akan mau hubungan persahabatannya dengan Pak Chao harus renggang karena hal ini. Itulah sebabnya, selama ini dia selalu bersikap seolah tidak tahu tentang hubungan Luth dan Celia.

"Lebih baik cari perempuan lain saja, Luth." ujar Pak Firdaus begitu ringan.

"Perempuan di luaran sana masih banyak, jangan mengejar apa yang tidak bisa jadi milik kamu. Papa rasa, hubungan kamu sama Celia memang baiknya jadi sahabat." lanjutnya.

Luth membanting sendok di tangannya ke piring hingga menimbulkan suara nyaring, dia memandang wajah sang ayah dengan raut tidak habis pikir.

"Papa bicara seperti itu seperti gak pernah jatuh cinta."

"Papa bicara begini karena gak mau kamu terluka."

"Halah bohong, Papa cuma terlalu takut jika persahabatan Papa dengan Pak Chao berakhir, karena itu akan berdampak besar pada perusahaan."

"Luth, jangan bicara sembarangan!"

"Justru berpisah dengan Celia adalah luka buat aku, Pa!"

Sekarang ruang makan yang semula diisi kehangatan keluarga, kini penuh dengan kemarahan. Luth meninggalkan meja makan begitu saja, naik ke lantai atas menuju kamarnya dengan ekspresi dongkol.

Tidak berselang lama, Sasha menyusul, kemudian duduk di samping sang adik.

"Enggak usah ngomong apa-apa kalo Kakak sama aja kayak Papa," kata Luth dingin.

"Dek, Kakak paham kok perasaan kamu, tapi coba pikir lagi mau sampai kapan hubungan kamu sama Celia seperti ini?"

"Celia cinta sama aku, Kak, dan aku yakin cepat atau lambat hatinya pasti akan tergerak untuk masuk ke keluarga kita."

"Rasanya mustahil Dek, karena Celia sangat mencintai orang tuanya. Dia gak akan sanggup dibenci oleh mereka."

"Kak, kalo mereka sayang sama Celia, mereka pasti paham dan dukung apapun pilihan Celia."

"Coba berpikir realistis, kalaupun itu terjadi, pasti butuh waktu yang sangat lama. Mau sampai kapan kamu nunggu? Dek, cukup Kakak aja yang udah mengecewakan Mama sama Papa, kamu jangan."

"Kak-"

"Mereka ingin sekali punya cucu, dan keluarga ini juga butuh pewaris. Papa benar, coba belajar buka hati kamu untuk gadis lain."

"Kakak bisa bicara begini sama aku, emang Kakak udah bisa melakukannya untuk diri Kakak sendiri?"

Maaf, kali ini mungkin ucapan Luth terdengar lancang, salah sendiri karena kakaknya juga tidak bisa memahami perasaannya.

"Maaf Kak, tapi aku rasa sampai kapanpun perasaan ku hanya untuk Celia, tidak akan berubah apalagi pindah ke lain hati."

Luth kemudian bangkit, memandang ke arah jendela dan menghela napas berat saat tiba-tiba muncul bayangan Nala dengan senyum cerahnya. Sial, bisa-bisanya gadis itu muncul ketika pikiran Luth sedang kusut. Apa maksudnya coba? Bikin pikiran makin kusut saja! Padahal sudah beberapa hari ini, mereka tidak pernah bertemu dan bahkan Luth sudah jarang sekali membalas pesannya.

Mungkinkah Luth merindukan gadis itu? Tidak mungkin, pasti gadis itu yang merindukan Luth.

Tidak ingin terlalu lama memikirkan hal yang baginya tidak penting, Luth bergegas untuk siap-siap pergi bekerja. Sementara itu, sang kakak masih duduk di tempatnya sambil merenung.

"Aku mau berangkat."

Sasha lalu mendongak. "Maafin Kakak, Luth. Kakak yang salah, harusnya memang gak perlu bicara seperti itu. Sekarang apapun keputusan kamu selama itu yang terbaik, pasti akan Kakak dukung. Lupain aja ucapan Kakak sebelumnya ya?"

Luth mendekat, lalu memeluk penuh sayang tubuh kakaknya.

"Aku juga minta maaf, Kak. Pasti ada jalan terbaik untuk semua ini, aku percaya itu."

Pilihan Kedua Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang