Keadaan menjadi canggung setelah kejadian semalam, Nala tidak berani membuka suara lebih dulu karena masih merasa malu, begitupun dengan Luth. Mereka sejak tadi hanya diam-diam saling mencuri pandang, sampai tiba-tiba Luth mendekat, Nala tercekat menahan napas, berusaha meminimalisir kegugupannya.
"Makasih untuk tadi malam," bisik Luth sampai membuat Nala merinding.
Nala hanya bisa kembali mengangguk sambil mengeratkan selimutnya, membuat Luth terkekeh gemas. Mulai hari ini, Luth akan berusaha untuk menyadari kenyataan bahwa istrinya adalah Nala, dan menjalankan kewajibannya sebagai seorang suami.
Matahari mulai menampakkan sinarnya, Luth sudah terlihat rapi dengan pakaian kerjanya, sementara Nala memilih untuk kembali membaringkan tubuh sesuai membersihkan diri, karena hari ini dia kerja shift malam.
"Ayo keluar, sarapan dulu," ajak Luth.
"Enggak deh Mas, nanti aja."
"Kenapa?"
Nala menggigit bibir bawahnya sambil tertunduk. "Aku belum lapar," jawabnya.
"Kalo gitu aku bawain aja makanannya kesini ya, biar nanti kamu tinggal makan kalo udah laper dan sebaiknya kamu gak usah masuk kerja dulu."
"Jangan, kalo aku laper, nanti makan roti aja yang ada di kulkas. Biarin aku tetap masuk kerja ya? Aku baik-baik aja."
Di kamar ini memang ada lemari pendingin, meski tidak besar tapi terakhir Nala lihat ada banyak makanan juga minuman. Entah kenapa, hari ini Nala ingin bermalas-malasan dulu di dalam kamar dan enggan untuk keluar.
"Beneran gak apa?"
"Iya."
Luth tidak memaksa jika itu keinginan Nala, dia pun pergi dan meninggalkan Nala seorang diri di kamar, setelah sebelumnya memberikan kecupan singkat di kening sebagai ungkapan terimakasih sekali lagi karena Nala sudah melayaninya dengan baik semalam. Bagaimanapun itu adalah pengalaman pertama untuk mereka berdua.
Kedua orang tua Luth memang orang yang sibuk meski sudah tidak muda lagi, mereka selalu menggunakan waktu dengan produktif, jadi keduanya hanya ada di rumah ketika pagi dan malam saja kalau bukan hari libur. Sementara Sasha sejak kemarin belum pulang, karena sedang berada di luar kota untuk menghadiri sebuah event. Hal itu setidaknya membuat Nala lebih leluasa hari ini untuk rebahan. Karena belum merasa lapar, akhirnya Nala memilih untuk kembali tidur dan mengisi tenaganya.
...
Siang harinya, ternyata Sasha pulang, dan dia tidak heran ketika melihat keadaan rumah yang sepi. Dengan rambut panjang yang terikat ke atas, dan kacamata hitam diletakkan di kepala, Sasha menarik kopernya memasuki rumah. Kedatangan langsung disambut bibi. Bi Janah mengambil alih koper di tangan Sasha.
"Gak ada siapa-siapa di rumah, Bi?"
"Ada Non Nala, Non."
"Bi, gak usah panggil Nala dengan sebutan Non, dia itu bukan siapa-siapa di rumah ini."
"Tapi, kan-"
"Dia ada di rumah?"
"Ada Non, karena sejak pagi Bibi gak lihat dia keluar kamar."
"Apa?! Dia jam segini masih tidur?"
Bi Janah hanya menggeleng tidak tahu.
"Keterlaluan banget, mentang-mentang gak ada siapa-siapa di rumah jam segini belum bangun, dasar pemalas," omel Sasha dengan raut kesal.
"Tolong bawa koper saya ke kamar, abis itu buatin jus jeruk," perintahnya kemudian pada Bi Janah.
"Baik, Non." Bi Janah segera melangkah pergi membawa koper di tangannya ke kamar Sasha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilihan Kedua
RomansaSejak 2 tahun terakhir impian terbesar Nala adalah menikah dengan Luth, lelaki terbaik yang dia kenal, lelaki yang berhasil memenuhi ruang hatinya. Sederhana saja, mereka menikah lalu memiliki keluarga kecil yang bahagia. Namun, itu hanya menjadi an...