1

17.3K 1K 21
                                    

Halo,ini cerita pertama saya jadi mohon maaf bila ada kesalahan pada setiap kalimat.

.

.

.

   Cahaya jingga memasuki sebuah ruangan melalui celah jendela yang tertutup pertanda matahari akan bergantikan bulan dan bintang.

   Terdapat seorang pemuda yang terbaring lemah dan hanya ditemani oleh alat bantu pernapasan di sebuah ruangan yang didominasi warna putih,ia hanya menatap tanpa ekspresi cahaya itu.

   Pandangan dari sang pemuda beralih menatap langit-langit didalam ruangan. Mata indah nan sayu menulusuri setiap sudut dari ruangan untuk sekian kalinya lalu berhenti pada sebuah jam putih yang tergantung indah di dinding.

   Sang pemuda memandang jarum pendek pada jam itu yang menunjuk pada angka lima. Ia menghela napas,itu berarti ia telah menunggu selama dua jam untuk kedatangan seseorang. Ia kemudian mengangkat lengan kirinya yang terdapat infus dan hanya menatapnya lekat.

'Sakit..'

   Batin pemuda itu kemudian menurunkan kembali lengan kirinya dan perlahan-lahan menutup mata indahnya,entah itu hanya sekedar menutup mata atau tertidur dan bisa saja untuk lainnya.

.

   Disuatu tempat,terdapat seorang anak laki-laki dengan netra indahnya yang terbuka perlahan dan berusaha untuk menyesuaikan dengan cahaya sekitar.

   Tubuh kecil nan lemah itu ia sandarkan pada pohon yang tepat berada di sampingnya. Ia mulai memandang sekeliling dengan alis yang berkerut.

'Dimana?'

  Batinnya lalu menatap kedua telapak tangannya yang pucat.

'Anak kecil?'

   Anak itu meremas perutnya di saat nyeri ia rasakan,rasanya seperti tertusuk ribuan jarum di bagian perutnya seakan ia belum makan selama beberapa hari.

  Beberapa saat kemudian,nyeri diperutnya perlahan menghilang,ia menghela napas lega dan sedikit bingung karena pihak rumah sakit selalu memberikan makanan yang sehat setiap hari untuk di konsumsi oleh pasien sepertinya tapi mengapa ia sangat kelaparan?

   Netra indahnya kembali mengamati sekeliling,terdapat padang rumput yang luas dengan beberapa pohon rindang dan pegunungan yang terlihat dari kejahuan. Anak itu memicingkan matanya di saat melihat pegunungan berwarna putih yang sedikit samar karena tertutup awan dan kabut di sekelilingnya.

'Gunung salju?'

"Benar."

   Anak itu terkejut disaat mendengar suara yang seakan menyahut apa yang dia pikirkan. Ia menatap sekeliling tapi tidak menemukan siapa-siapa selain dirinya. Dia berpikir bahwa itu hanyalah halusinasi semata.

"Bukan halusinasi."

   Matanya terbelalak saat ia kembali mendengar suara itu,ia menyembunyikan tubuh kecilnya pada mantel berbulu yang sudah berada di punggungnya sejak ia terbangun. Ia lemah akan hal-hal berbau hantu,mungkin saja suara itu adalah hantu penghuni pohon tempat dia bersandar.

"Siapa?"

"Sistem anda."

"Sistem?"

   Katanya dengan raut bingung,apa maksudnya dengan sistem? Dia tidak melihat alat elektronik di sekelilingnya.

"Benar,sebuah perangkat untuk memandu anda didunia ini."

"Apa maksudmu dengan 'didunia ini'?"

"Anda akan mengetahuinya sendiri nanti."

"Kau tidak tahu?"

"Tahu."

"Maka katakanlah."

"Tidak."

   Anak itu hanya menghela napas saat mendengar jawab singkat dari sebuah sistem yang tidak di kenalnya. Apa sistem ini berada di pikirannya? Dia tidak menemukan sistem itu disekitarnya. Beberapa saat kemudian,nyeri diperutnya kembali menyerang,ia meringkukkan tubuhnya.

"Sistem,perutku sakit."

"Kesehatan anda menurun,tubuh anda sedang kelaparan."

"Berikan solusi."

"Tujuh meter kearah barat."

   Anak itu mengikuti instruksi dari sistem. Ia berusaha menopang berat tubuhnya yang tertutup mantel berbulu menuju arah barat. Ia terus berjalan hingga indra pendengarannya menangkap suara aliran air.

   Tak jauh dari tempat ia berdiri terdapat air jernih yang mengalir. Anak itu melepaskan mantelnya dan meletakkan mantel itu di atas rumput lalu berjalan menuju air itu. Ia berlutut di sisi air yang mengalir.

"Apa ini aman?"

"Aman."

   Anak itu menggunakan kedua telapak tangannya sebagai wadah untuk menampung air lalu meminumnya. Rasa segar dan dingin menjalar di tenggorokan nya hingga ke perutnya.

   Setelah puas meminum air,ia kemudian membersihkan tangan dan kakinya yang sedikit kotor lalu membilas wajahnya. Sesaat kemudia ia terpaku dengan rupa wajah barunya.

"Albino?"

.

.

.

Bersambung...

Just a Dream?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang