25

2.2K 242 11
                                    


.

.

.

   Makan siang berlangsung dengan baik. Suasana meja makan terasa tenang.

   Saat makan siang, Teo mengajak Elovis untuk menemaninya menanam bunga nanti sore, ia menyuruh Elovis untuk menemuinya di taman kecil belakang kediaman.

   Saat ini Elovis sedang berdiri di bawah pohon rindang sembari menyapa beberapa pelayan yang berlalu lalang. Taman kecil yang di maksud oleh Teo terletak di sekitar tempat tinggal untuk pekerja kediaman.

"Kakak." Dari kejauhan Teo berlari sembari membawa beberapa tanaman bunga utuh di pelukannya serta beberapa pelayan yang membawa alat menanam serta pupuk tanaman.

"Apakah aku terlalu lama?" Ucap Teo.

"Tidak juga, aku baru saja sampai."

"Baiklah, mari kita menanam!"

   Teo berjalan menuju lahan kosong untuk di tanami bunga. Dia menanam dengan sangat hati-hati.

   Elovis sesekali membantu dan memperhatikan bahwa Teo sangat ahli dalam hal ini.

"Kau sangat menyukai bunga?" Tanya Elovis.

   Teo memberhentikan kegiatannya sementara.

'Bukan aku tapi dia.'

"Ya, aku sangat menyukai bunga. Mereka indah." Jawab Teo sembari membelai bunga yang di tanamnya.

"Mereka sangat indah jika kita merawatnya dengan penuh perhatian." Ucap Elovis yang membuat Teo terdiam.

"Mereka akan lebih indah, jika kau merawatnya dengan penuh perhatian."

"Kau benar, kakak."

   Melihat wajah Teo yang sedikit suram Elovis segera bertanya hal lain, Elovis pikir perkataannya tadi membuat Teo sedikit tersinggung.

"Kau sangat ahli, apakah kau selalu menanam bunga?"

"Tidak, aku melakukannya jika aku punya waktu luang."

   Waktu berlalu begitu cepat, Teo dan Elovis telah menanam puluhan bunga. Di saat mereka berdua sedang berbincang, Luna datang menghampiri.

"Tuan muda Teo, tuan muda Elovis, ayo kembali, hujan akan turun."

   Elovis memandang langit yang mendung menandakan hujan akan turun.

"Baiklah Luna." Elovis menepuk celananya yang sedikit berdebu lalu mengulurkan tangannya kepada Teo.

"Ayo, kita bisa lanjutkan besok."

   Teo menatap tangan Elovis sejenak lalu menerima uluran itu.

"Baiklah, kakak."

   Mereka bertiga kemudian meninggalkan taman. Untuk sisanya akan diselesaikan pelayan yang bertugas.

.

   Malam hari disertai hujan dan gemuruh langit yang menggelegar membuat suasana redup didalam kamar Elovis sedikit mencekam. Tetapi hal itu tidak menggangu tidur nyenyak Elovis. Dia sedang bermimpi indah sekarang.

   Suara kecil dorongan pintu menyatu dengan suara menggelegar petir di langit. Seseorang melangkah masuk lalu berdiri di samping tempat tidur Elovis.
Dia menatap lamat Elovis dan tenggelam pada pikirannya sendiri.

"Guru.."

   Mata yang sedari tadi menajam mulai berembun sedikit demi sedikit.

"Guru, kamu egois."

Just a Dream?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang