18

4.8K 626 13
                                    


.

.

.

"Ini adalah tugasku sebagai pemimpin desa." Kata ayahku lalu pergi.

   Kami tidak dapat membantah atau melarangnya lagi,aku dan yang lainnya segera berlari pergi meninggalkan desa.

   Dari kejauhan,aku dapat melihat desa kami telah hancur, desa damai yang biasanya disinari obor dan bulan dimalam hari kini telah berubah dengan disinari oleh darah yang menggenang dimana-mana.

   Kami telah berlari sekuat yang kami mampu tetapi beberapa monster mengetahui keberadaan kami dan ikut mengejar.

"Sepertinya monster itu dapat merasakan mana." Kata ibuku berhenti berlari di ikuti oleh Geland dan Valrdes.

"Kami akan menahannya,teruslah berlari lurus kedepan hingga menemukan goa itu." Kata Valrdes.

"Baik,tolong bertahanlah."

   Aku kembali berlari hingga menemukan sebuah goa yang besar. Aku memasuki goa itu lalu membaringkan anakku beralaskan mantel miliknya dibawah tanah. Aku sedikit terkejut disaat kedua bayi hewan buas milik anakku ikut tertidur disamping Elovis.

"Tolong jaga dia."

   Kataku kepada kedua hewan itu lalu mengelus mereka. Aku melepaskan cincin yang aku kenakan dan memasangkannya di jari milik anakku. Cincin itu merupakan cincin penyimpanan milikku yang terdapat berbagai benda dan makanan yang cukup untuk persediaan dalam situasi begini.

   Aku melirik sebuah anting ruby ditelinga kanan Elovis,anting itu persis seperti milik Valrdes yang sepertinya merupakan perangkat sihir yang cukup baik,benda itu akan melindunginya jika dia sedang dalam keadaan yang berbahaya,aku tidak perlu khawatir lagi.

   Aku mendengar suara gemuruh yang berasal dari luar goa. Sepertinya monster-monster itu mengetahui keberadaan kami. Aku mencium kening anakku setelah itu aku keluar dari goa dan tidak lupa aku memasang sihir penghalang di mulut goa agar para monster tidak dapat menemukan anakku.

   Tak jauh dari tempatku berdiri,terdapat tiga monster yang tingginya mencapai setengah pohon dengan rupa yang buruk. Apa yang dikatakan oleh ayahku ternyata benar. Monster itu dikendalikan oleh seseorang karena memiliki mata berwarna merah yang bersinar didalam kegelapan. Tetapi siapa yang dapat mengendalikan monster sebanyak ini,apakah dia memiliki tujuan lain?

   Monster-monster itu sepertinya sedang mencari sesuatu dan dapat ku pastikan para monster itu merasakan mana milik anakku. Aku pernah membaca buku milik ibu bahwa beberapa monster yang dikendalikan dapat menyerap mana dan mana itu akan sampai kepada tuan mereka. Aku menarik perhatian mereka agar menjauh dari goa.

"Mengincar anakku? Kalian harus melewati ibunya dulu,dasar makhluk menjijikkan."

Emilie flashback end.

"Ibu.."

   Elovis terduduk disamping ibunya dan mengecek pernapasan milik ibunya yang mulai melemah.

"Ada apa ini? Siapa yang melakukannya?"

   Elovis menggenggam tangan ibunya yang berlumuran darah. Ia ingin mengangkat ibunya ketempat yang lebih bersih tetapi tubuhnya sangatlah kecil.

"Ibu? Ibu..bangunlah." kata Elovis disaat menyadari pergerakan kecil ditangannya.

"El..kamu sudah bangun?" Lirih Emilie sembari berusaha membuka matanya.

"Iya ibu,aku disini."

"Bagaimana tidurmu?"

"Ibu,jangan mengatakan hal itu,ibu harus segera diobati,aku akan mencari beberapa tanaman obat disekitar sini."

   Elovis hendak berdiri tetapi kembali ditahan oleh Emilie.

"Tidak perlu,semuanya tertutupi oleh tumpukan salju."

  Emilie mengambil napas dan kembali menatap Elovis.

"Kamu harus meninggalkan desa,disana sangat berbahaya."

"Baik ibu,aku akan mencari cara untuk menyembuhkan mu dan kita akan pergi bersama."

"Bukan ibu,tetapi kamu."

"Aku? Tidak mungkin,aku tidak ingin meninggalkan ibu."

"Anakku,terkadang kita selalu berada di situasi dimana kita harus memilih untuk jalan yang terbaik."

   Elovis memeluk ibunya,ia tidak rela jika meninggalkan seseorang yang telah menerima keadaannya dengan setulus hati. Salah satu monster mulai mendekati mereka berdua karena merasakan mana Elovis yang bocor.

"Kendalikan mana mu,kamu memiliki banyak mana dan jika monster itu mendapatkannya mereka akan lebih sulit untuk dikalahkan."

"Aku tidak ingin meninggalkanmu ibu."

"Pergilah." Emilie mendorong Elovis menjauh darinya disaat monster itu lebih dekat dengan mereka.

   Elovis segera berlari menjauh dari Emilie. Monster itu ingin mengejarnya tetapi segera ditahan oleh sebuah lingkaran sihir api yang mengurung Emilie dan monster itu.

   Monster itu mengaum dengan keras karena kehilangan mangsanya dan merasakan api yang mulai merambat ke seluruh tubuhnya.

   Emilie membuat lingkaran api itu semakin panas hingga menghanguskan monster itu,ia melihat bahwa Elovis masih berlari sembari menatap ke dirinya.

"Maaf." Lirih Emilie lalu menutup matanya dan api miliknya melahap tubuhnya.

   Disisi Elovis,ia terus berlari tanpa arah di ikuti oleh kedua harimaunya,disaat melihat Emilie merelakan hidupnya demi keselamatannya,entah mengapa dia merasakan perasaan yang tidak asing di hidupnya.

"Hati-hati."

   Elovis tidak mendengarkan peringatan sistem,ia terus berlari hingga tanpa sadar ia telah tergelincir dan terjatuh kedalam jurang. Tubuhnya melayang bebas diikuti oleh kedua harimaunya melompat menyusulnya. Elovis berusaha untuk mencapai kedua harimau itu dan memeluknya.

   Ia pasrah pada tubuhnya yang akan menghantam derasnya arus air di bawah jurang. Tetapi,sesaat kemudian anting ruby miliknya bersinar lalu membuat sesuatu transparan mengelilingi dirinya.

.

.

.

Bersambung...

Just a Dream?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang