..
.
Setelah beberapa saat melakukan perjalanan kini Emilie telah sampai di desanya. Terdapat beberapa warga desa yang melakukan aktivitas mereka masing-masing dan ada beberapa yang bertugas menjaga perbatasan desa.
Disaat perjalanan menuju rumahnya,Emilie bertemu dengan kedua teman sebayanya yang sepertinya mereka akan pergi memerah susu sapi karena terlihat mereka membawa masing-masing satu ember ukuran sedang yang akan digunakan untuk menampung susu sapi.
"Emilie,apa hasil panenmu cukup baik?"
Tanya salah satu wanita dengan surai hitam legam yang di ikat kuda bernama Elena.
"Tentu saja,tahun ini banyak sayuran yang tumbuh dengan baik dan subur,aku hanya memanen beberapa saja,aku tidak akan sanggup membawa semuanya."
"Tenang saja Emilie,aku akan mengabari beberapa wanita agar turut membantu untuk memanennya nanti."
"Baiklah,terima kasih Elena."
"Sama-sama." Jawab Elena dengan senyuman.
"Emilie,apa itu?"
Tanya salah satu wanita lain yang dari tadi hanya diam mendengarkan percakapan mereka. Wanita itu memiliki surai pendek berwarna hitam dan berponi bernama Kalina.
Kalina penasaran dengan sesuatu yang berada didalam gendongan Emilie yang tertutup,apakah itu juga sayuran yang dia panen?
"Ini anakku."
"Oh.. anak.. eh?"
Kata Kalina dengan ekspresi bingung karena merasa ada yang salah. Sementara itu Elena dan beberapa warga desa yang berlalu-lalang dan tidak sengaja mendengar percakapan merekapun terdiam.
Elena menjatuhkan ember yang dia bawa lalu memegang kedua bahu Emilie.
"Emilie.. kau menculik anak siapa?"
Emilie yang mendengar pertanyaan temannya itu hanya menatap bingung.
"Kau menuduhku menculik?"
"Bukan begitu Emilie,tapi anak ini.."
"Aku tidak menculiknya, bisa-bisa ayah akan mengusirku dari desa jika aku melakukan itu."
Kata Emilie mengeratkan pelukan pada Elovis dan beranjak pergi.
"Aku pergi dulu,anak ku akan terbangun nanti."
Elena,Kalina dan beberapa warga desa hanya memandang dengan ekspresi rumit kepergian Emile. Hampir semua warga desa mengetahui bahwa Emilie tidak bisa mempunyai seorang anak dan mengejutkannya kini ia membawa entah anak siapa kedalam desa.
"Lanjutkanlah aktivitas kalian,masalah ini akan ditangani oleh kepala desa."
Para warga yang mendengar kata Elina pun kembali melanjutkan kegiatan mereka.
"Hei para gadis,kemarilah."
Merasa terpanggil,beberapa gadis yang sedang duduk bersantai dibawah pohon segera menuju pada Elena dan Kalina.
"Ada apa bibi?"
Tanya salah satu gadis diantara mereka yang memiliki surai hitam yang dihias dengan pita putih bernama Nema.
"Nema,tolong peralah susu sapi lalu letakkan pada ember ini dan setelah itu,serahkan kepada para wanita yang bertugas dibagian pangan."
Kata Elena sembari memberikan dua ember yang mereka bawa tadi kepada Nema dan diterima dengan senang hati.
"Baiklah bibi."
Jawab Nema lalu beranjak pergi dan disusul oleh teman-temannya.
Setelah kepergian Nema bersama temannya, Elena dan Kalina segera menyusul Emile kerumahnya untuk mendengarkan penjelasan dari Emile karena para penghuni desa tidak akan menerima orang baru yang tidak jelas asalnya.
Emilie kini telah sampai dipekarangan rumahnya. Rumah kayu sederhana tetapi terlihat indah,tidak terlalu luas dan tidak terlalu kecil lalu dilengkapi oleh pagar kayu disekelilingnya dengan pohon apel yang berdiri kokoh di halaman rumah. Dibawah pohon apel tersebut,terdapat seorang pria yang sedang sibuk menajamkan beberapa anak panahnya.
"Geland,aku kembali."
"Selamat datang Emilie."
.
.
.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Just a Dream?
Teen FictionPada awalnya dia hanya menutup mata tetapi mengapa tiba-tiba terbangun di tempat asing? Apakah itu hanya mimpi? > Kata baku dan non baku. > Typo bertebaran. > Slow up.