6

6.9K 833 0
                                    


.

.

.

"Hutan di pegunungan?"

   Heran Geland disaat Emilie mengatakan bahwa anak yang dia bawa berasal dari hutan.

"Benar,aku telah menceritakan semuanya dan tidak ada kebohongan yang aku ungkapkan ayah."

   Kata Emilie memandang ayahnya yang sedang menampilkan ekspresi ragu.

"Dia bahkan memanggilku ibu."

   Kini Monna menatap putrinya dengan mata berbinar.

"Dia memanggilmu ibu? Apa dia juga dapat memanggilku nenek?" Kata Monna.

"Tentu saja ibu."

   Ekspresi Monna menjadi lebih berseri-seri mendengar jawaban dari putrinya.

"Dimana dia Emilie? Ibu ingin melihatnya."

"Aku akan membawanya kesini,tunggulah sebentar."

   Sebelum Emilie berdiri dari duduknya, tiba-tiba seorang anak memanggilnya dan berjalan kearahnya sembari mengusap mata.

"Ibu.."

.

Elovis flashback.

   Tubuhku bergerak tak nyaman pada benda empuk tempatku berbaring karena aku mendengar suara berisik yang berasal dari luar.

   Aku membuka mataku dengan enggan dan mengubah posisi tidurku menjadi duduk. Aku mengangkat kedua tanganku keatas untuk merenggangkan otot-otot tubuhku yang terasa kaku lalu menatap sekeliling dengan mata yang belum sepenuhnya terbuka.

'Kamar?'

"Benar,anda berada dirumah wanita yang bersama dengan anda tadi."

'Rumah ibu.'

   Aku turun dari kasur lalu berjalan menuju pintu sembari menyeret mantelku. Terasa sangat panas jika tanpa mantel milikku.

'Sangat berisik,aku harus mencari ibu.'

   Aku keluar dari kamar dan menuju sebuah ruangan yang terdapat beberapa orang dan kupastikan ibu juga berada disana.

"Ibu.."

Elovis flashback end.

.

   Emilie segera bangkit dan menuju kearah Elovis yang memanggilnya tadi. Tepat disaat ia ingin menggendong Elovis,Monna dengan sigap mendahului Emilie.

"Ya ampun,ini cucuku? Lihatlah Ferroz,cucu kita sangat cantik!" Kata Monna dengan penuh kegembiraan.

'Cucu? Cantik?' Bingung Elovis.

"Ibu,dia laki-laki."

   Kata Emilie membenarkan apa yang dikatakan ibunya kepada Elovis dengan sebutan 'Cantik'.

   Ferroz dan Geland menjadi sedikit tertarik setelah mendengar bahwa anak itu laki-laki.

"Monna,bawa dia kesini."

   Monna segera menuruti perkataan suaminya. Ia membawa Elovis kedalam gendongannya dan kembali duduk disamping suaminya begitu pula dengan Emilie.

   Ferroz mengambil alih Elovis dari Monna dan menempatkan Elovis dipangkuannya.

'Kenapa? Ada apa ini? Sistem apa kau disana?' Panik Elovis.

"Anda tidak perlu khawatir,mereka adalah orang tua dari ibu anda dan mereka tidak berniat menyakiti anda." Kata sistem menenangkan Elovis.

   Ferroz mengamati anak dipangkuannya, ia merasa familiar dengan ciri-ciri yang dimiliki oleh Elovis. Rambut putih,bola mata dengan netra biru muda dan kulit putih pucat.

   Setelah beberapa menit mengamati,Ferroz segera membalikkan Elovis lalu membuka sebagian baju di punggung Elovis. Ferroz melebarkan matanya saat melihat sesuatu di punggung Elovis,yaitu sebuah kepingan salju kecil yang bersinar berada dipunggung kanan Elovis.

   Tanpa curiga,Ferroz menyentuh kepingan tersebut dan sesaat kemudian jarinya mulai membeku secara perlahan. Ia segera menarik tangannya kembali sebelum seluruh lengannya membeku.

"Ferroz tanganmu!"

   Panik Monna disaat melihat jari suaminya membeku,ia ingin membantu suaminya tapi Ferroz segera menjauhkan tangannya dari Monna.

"Jangan menyentuhnya Monna." Tolak Ferroz.

"Ayah.."

   Geland dan Emilie terlihat khawatir sedangkan Elena dan Kalina hanya berdiri tapi juga dengan perasaan panik.

"Tidak apa-apa,ini akan segera pulih."

   Ferroz menutup kembali punggung Elovis dan memindahkan kepangkuan Monna. Ia memberikan kode kepada Elena dan Kalina agar segera meninggalkan ruangan.

.

.

.

Bersambung...

Just a Dream?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang