..
.
"Selamat datang,aku pikir kalian tidak akan mengunjungi ku hari ini." Kata Angga.
Ia mengubah posisinya menjadi duduk disisi brankar tempat ia berbaring sembari mengayunkan kakinya yang tidak sampai menyentuh lantai.
Angga terdiam sementara karena merasa ada yang salah,ia mengayunkan kakinya sekali lagi. Setelah beberapa tahun tidak menggerakkan kakinya akhirnya kini kembali ia rasakan.
Angga melirik tangannya yang sudah tidak terpasang selang infus lagi,apakah dia sudah sembuh? Tetapi ia hanya tertidur beberapa jam saja.
"Aku sudah bisa menggerakkan kakiku." Kata Angga menatap kedua sahabatnya yang hanya menatap lurus kearahnya.
"Kenapa kalian hanya berdiri disitu? Duduklah disana." Kata Angga sembari menunjuk sebuah sofa panjang di sudut ruangan akan tetapi kedua sahabatnya tidak berpindah dari tempat mereka berdiri.
"Apakah kalian mendengarkan ku?" Angga turun dari brankar nya dan menginjakkan kakinya pada lantai yang dingin.
"Maaf." Kata salah satu pemuda yang memilki surai hitam kelam.
"Tidak apa-apa Crish."
Angga berjalan kearah kedua sahabatnya dengan sedikit gemetar.
"Alan,kenapa kamu terlihat murung? Apakah telah terjadi sesuatu yang buruk?" Kata Angga kepada pemuda yang lain,ia memiliki surai hitam bergelombang.
Angga merentangkan kedua tangannya lalu memeluk sahabatnya tetapi ia tidak merasakan apapun di pelukannya.
Kekosongan yang membuat tubuhnya gemetar, ia berbalik dan mengikuti arah pandang kedua sahabatnya yang sedari tadi hanya menatap lurus pada brankar.
Matanya mulai memerah, buliran air mata yang tertahan pada kelopak mata nya,dadanya terasa aneh dan sesak saat melihat dirinya? Ya,dirinya,tubuhnya yang terbaring pucat.
Alat pemantau tanda vital disamping brankar menunjukkan garis lurus. Mengapa ia tidak menyadarinya sedari tadi.
Seakan tidak percaya apa yang telah terjadi,Angga mencoba menggenggam tangan salah satu sahabatnya,Alan. Akan tetapi,bagaikan sebuah hologram yang tidak dapat disentuh,itu menembus.
"Angga.. maaf,kami terlambat." Kata Alan mendekat menuju raga tanpa jiwa sahabatnya. Ia menggenggam erat tangan serta jemari-jemari yang dingin dan pucat milik Angga.
Beberapa tahun lalu,saat liburan musim panas. Kelas kami melakukan rencana untuk berlibur ke pantai. Aku,Angga dan Crish adalah sahabat sekelas dan saat itu kami masih berumur empat belas tahun. Singkat cerita,disaat kami sedang menikmati es kelapa,Angga mengatakan bahwa ia akan pergi membuang air kecil sebentar dan kami mengiyakannya.
Berjam-jam telah berlalu tetapi Angga belum kembali,aku segera melapor kepada guru yang memimpin liburan ini tentang hilangnya Angga. Kami mencari hingga larut malam hingga aku mendengar suara rintihan terdengar jelas pada celah batu karang yang cukup dalam. Aku memeriksa tempat itu dan menemukan Angga yang sedang menahan sakit. Aku memanggil Crish lalu kami membawa Angga kerumah sakit terdekat. Angga dinyatakan lumpuh akibat retakan tulang pada kedua kakinya.
Aku,Crish dan bersama beberapa pihak polisi menyelidiki tentang kejadian tersebut dan kami mendapatkan bahwa Angga didorong oleh seorang siswi gila disekolah kami disaat ingin menyatakan perasaannya untuk sekian kali kepada Angga. Siswi itu mengajak Angga ketempat sepi yaitu di atas batu karang dan disetujui Angga.
Angga yang tidak merasakan curiga sedikitpun menyetujuinya. Siswi itu menyatakan perasaannya lagi dan kembali di tolak oleh Angga. Tidak ada salahnya mencintai terlebih dulu tetapi jika sang lawan tidak memiliki perasaan apapun,lebih baik kita mundur.
Dengan perasaan kesal siswi gila itu mendorong Angga hingga terjatuh pada tumpukan batu karang yang tajam.
Begitu ceroboh hanya karena cinta. Siswi tersebut diserahkan kepada pihak yang berwajib dan akan mendapatkan hukuman yang pantas.
Aku dan Crish yang menjaga Angga karena keluarga Angga tidak terlihat dimanapun. Angga selalu meminta maaf karena telah merepotkan kami tetapi aku dan Crish merasa tidak direpotkan.
Kini,ia telah bebas, sahabatku yang malang telah pergi, aku merasa senang karena ia telah lepas dari penderitaannya dan sedih karena kehilangannya.
Angga mendekat kearah Alan yang sedang menggenggam tangannya dengan bahu yang bergetar,sudah dipastikan dia menangis. Begitu pula dengan Crish,ia meninggalkan ruangan dan mencari tempat untuk melampiaskan kesedihannya.
'Aku telah mati,lalu apa yang harus aku lakukan sekarang? Kemana aku harus pergi?' Batin Angga sembari memandang tubuhnya.
"Anda akan kembali dimana seharusnya anda berada."
Suara yang tidak asing menggema dipikirannya. Itu adalah suara datar sistem didalam mimpinya.
"Aku pikir kamu hanyalah bunga tidur bagiku."
.
.
.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Just a Dream?
Teen FictionPada awalnya dia hanya menutup mata tetapi mengapa tiba-tiba terbangun di tempat asing? Apakah itu hanya mimpi? > Kata baku dan non baku. > Typo bertebaran. > Slow up.