1. The Twins

2K 103 15
                                    

Dua pasang kaki berjalan beriringan. Wajah jelita mereka disambut kemegahan begitu pintu mansion Hwang terbuka.

Jennie menggenggam semakin erat tangan saudari kembarnya. Jisoo sebagai pemilik tangan yang Jennie genggam dengan erat memandang wajah adiknya. Jisoo tersenyum mendapati kekhawatiran dalam raut Jennie.

Jisoo begitu menyayanginya hingga apa pun yang Jennie lakukan bisa membuat Jisoo tersenyum.

Mereka memang kembar, dengan wajah dan karakter berbeda. Terkadang kepribadian mereka memang membingungkan. Jisoo tidak pendiam, tapi tidak suka perdebatan. Jennie lebih pendiam dari Jisoo, tapi selalu semangat untuk memenangkan perbantahan. Sekali Jennie bicara, ucapannya tidak boleh dibantah.

Ada satu yang sama di antara mereka berdua. Baik Jisoo atau pun Jennie, keduanya akan siap berdiri paling depan untuk melindungi satu sama lain.

"Kenapa wajahmu begitu? Tidak perlu khawatir, aku akan baik-baik saja." Jisoo berusaha agar bisa lebih meyakinkan Jennie dengan menautkan lengan mereka.

Keresahan Jennie masih tersisa, sangat banyak. Kini dibalut rasa bersalah. "Unnie, maafkan aku. Andai aku tidak sakit hari itu. Seharusnya aku bisa selalu bersamamu."

"Tidak masalah, tenanglah. Jendeukie, kau mempercayaiku, kan?" Senyum Jisoo kembali terlukis begitu Jennie mengangguk.

"Maka, tenanglah. Aku bisa mengatasinya. Aku sudah biasa melalui ini."

"Sesekali kau harus melawan untuk melindungi diri. Meski dia ayahmu, tetap saja dia itu jahat kalau sampai memukul."

Jisoo terkikik pelan. "Beberapa ayah memang suka begitu. Kau jangan ikut campur, ya. Diam saja. Masalahnya akan cepat selesai jika kita tidak melawan."

Jennie kadang ingin marah pada sifat Jisoo yang itu. Namun, bagaimana pun Jennie sangat menyayanginya. Oleh karena itu, Jennie jarang sekali atau bahkan tidak pernah menuruti Jisoo yang selalu meminta Jennie diam saat ayah mereka membuat Jisoo kesakitan.

"Biar aku ingatkan. Kau selalu dicaci-maki setiap hari. Appa juga sangat sering memukulmu. Selama itu terjadi, yang kau lakukan hanya diam. Kau bahkan mungkin akan tetap diam meski dia mau membunuhmu."

"Yak, aku sudah berulang kali bilang agar kau memperhalus kata-katamu. Aku mungkin akan memahami itu artinya kau sangat menyayangiku, tapi orang lain bisa saja salah paham."

"Kenapa aku harus peduli pada apa yang orang lain pikirkan tentangku. Kau menilaiku sebagai orang baik, itu yang penting bagiku."

Jisoo diam sengaja mengalah. Jennie memang begitu, sangat banyak bicara ketika mereka hanya berdua. Kata-kata Jennie yang sering kali keluar dengan nada pedas tidak menunjukkan dia orang yang jahat, Jennie hanya terlalu khawatir pada orang yang dia sayangi. Jisoo sangat memahaminya.

"Dari pagi aku belum sempat bertemu Chaeyoung dan Lisa, kau sempat bertemu mereka?"

"Tidak perlu membahas mereka saat kita sedang berdua. Jangan terlalu baik pada mereka, nanti mereka jadi keterlaluan seperti ibunya."

"Jennie-ya, mereka saudari kita. Mereka adik kita. Kau hanya perlu lebih dekat dengan mereka. Berikan sedikit ruang untuk mereka di hatimu. Appa yang ingin menikahi Dara eomma. Ini bukan salah Dara eomma."

"Sudah hentikan. Kau akan membuatku marah jika terus membela mereka."

Ibu Jisoo dan Jennie, Seo Seo young, telah meninggal saat usia mereka baru empat belas tahun. Enam bulan setelah ibu mereka meninggal, Hwang Jeewon, ayah mereka, memutuskan untuk menikah dengan wanita lain. Hal itu masih belum bisa diterima Jennie sampai saat ini, hingga usia mereka sudah sembilan belas tahun.

TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang