23. Deceitful

529 62 11
                                    

Jennie baru selesai mencuci wajah, kini menatap diri di depan cermin. Dia duduk di kursinya, menutupi wajah dengan lengan kembali menangis.

"Sial." Tarikan nafas Jennie terdengar lebih jelas sebab adanya ingus yang menghalangi. "Sial, sial, sial." Jennie memaksa tangisnya berhenti. Menghapus bersih air mata di wajah.

Dia menuju kulkas. Tangannya tertahan di pegangan kulkas karena melihat catatan di sana.

'Jangan minum yang tidak benar.'

"Sialan. Apa pedulimu." Jennie bergumam dengan hati terluka. Dia tetap membuka kulkas itu.

Ada catatan lain di dalamnya.

'Keras kepala sekali.'

Jennie tetap tidak peduli. Dia mengambil botol tequila yang masih berisi. Meminumnya langsung dari botol itu. Aliran dari botol itu terhenti beberapa saat, Jennie sadar ada yang salah. Rasanya berbeda. Melepas botol itu dari bibirnya, melihat botolnya kalau-kalau dia salah ambil.

Botolnya sama, isinya yang berbeda. Jennie menatap catatan di kulkas itu lagi.

"Hwang Jisoo gila!"









❁✿✿✿✿✿✻TWINS✻✿✿✿✿✿❁





Satu hari ini dan mungkin banyak hari-hari selanjutnya, Jisoo akan menghabiskan sebagian besar waktunya bekerja di restoran Suho.

Bagaimana pun, Jisoo harus bertemu Ahn Jaehwa siang ini. Seulgi sudah membantu Jisoo menyampaikan itu pada Suho. Dari rencana yang sudah dari kemarin itu, Jisoo tahu satu hal yang pasti akan dia hadapi. Sangat besar kemungkinan dia akan bertemu Jennie.

Jisoo mengesampingkan pikiran itu. Mendekati sebuah meja yang baru ditempati seseorang. Beranggapan kehadirannya yang sebagai pelayan pasti dibutuhkan.

"Apakah Anda sudah siap untuk memesan-" Senyum dan nada ramah Jisoo berhenti ketika melihat seseorang yang duduk di sana.

Jisoo berbalik dengan niat melarikan diri, namun tangan orang itu lebih cepat menghentikannya. Kelopak mata Jisoo menutup rapat menduga keadaan pasti akan semakin keruh dan ramai.

Jisoo kembali menghadap wanita itu dengan pasrah.

"Jisoo-ya, apa yang kau lakukan di sini?" Hyunjin berdiri dari tempat duduknya yang belum hangat. Sedikit mengguncang lengan Jisoo menginginkan jawaban dengan cepat. "Kau bekerja di sini?!"

Jisoo menarik nafas, menetralkan rasa panik. "I-imo, i-ni tidak-"

"Kenapa? Kenapa kau bekerja di sini, Jisoo-ya?"

Jisoo harus segera menjelaskan karena suara Hyunjin terdengar semakin tidak sabar. Namun, Jisoo merasa tidak bisa menemukan penjelasan yang tepat, atau kebohongan yang tepat.

"Jawab Imo! Apa yang terjadi? Ini karena ayahmu? Di mana Jennie? Jisoo-ya!"

"Aku yang ingin pergi dari rumah. Aku meninggalkan rumah. Aku kabur dari rumah, Imo, atas keinginanku sendiri."

"Tidak, kau berbohong. Katakan yang sejujurnya, Jeewon yang memintamu pergi?"

"T-tidak, tentu saja tidak, Imo. Aku ... ingin hidup sendiri. Itu saja." Jisoo memegang lembut lengan bibinya, untuk meyakinkan dan menenangkannya.

"Tidak, Imo yakin tidak begitu, Jisoo-ya. Imo akan bicara dengan Jeewon. Apa haknya mengusirmu dari sana? Itu rumahmu, kau berhak tinggal di sana, tapi dia justru melakukan ini padamu? Dia pikir-"

TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang