Jennie, aku ingin bertemu, tapi
ada banyak wartawan
di depan rumahmu, aku
tidak bisa masuk.
Bisa kita bertemu di luar?Jennie membaca pesan itu.
"Jennie, jauhkan ponselmu saat kau ada di meja makan."
Jennie menaruh ponselnya ke atas meja, kini menatap ayahnya. "Apa gunanya, Appa? Yang lebih penting jauhkan orang-orang itu dari rumah kita. Aku harus pergi ke luar."
Jisoo memandang Jennie dengan seluruh perhatian terpusat padanya. Mereka tidak ada jadwal kuliah pagi ini, namun Jisoo tahu kenapa Jennie begitu ingin pergi ke luar.
"Kau pikir hanya kau yang butuh keluar?"
"Kalau begitu hadapi saja mereka. Bilang pada mereka kalau itu hanya foto palsu. Foto itu tidak benar, bilang saja begitu."
Jisoo kembali diserang keresahan. Wajahnya berpaling dari Jennie menuju piring di depannya.
Lisa memegang lengan Chaeyoung yang ingin angkat bicara membantah perkataan Jennie. Foto itu tidak palsu, begitu juga dengan artikel yang Chaeyoung rilis. Semua itu nyata terjadi dan asli.
Dara menatap Jeewon, ingin tahu apa yang akan suaminya lakukan sekarang. Namun, sejauh Dara mengenal Jeewon, pria itu tidak mungkin mengatakan bahwa semua yang artikel itu sajikan memang benar adanya.
Chaeyoung masih diam karena Lisa senantiasa memegangi tangannya. Sesungguhnya Chaeyoung ingin mengatakan dengan keras di depan Jisoo dan Jennie bahwa Chaeyoung dan Lisa memiliki setengah darah yang sama seperti yang ada di dalam tubuh Jisoo dan Jennie. Chaeyoung ingin semua orang tahu kalau dirinya dan Lisa tidak lagi menjadi anak yang identitas ayahnya tidak jelas. Jeewon adalah ayah mereka, ayah kandung mereka.
"Kalau kau memang ingin keluar, keluar saja. Appa akan meminta Kriss membukakan jalan untukmu."
"Ayo, Unnie."
Jisoo berdiri mengikuti ajakan Jennie.
"Tunggu dulu, Unnie. Aku ingin mengatakan sesuatu." Chaeyoung ikut berdiri, selanjutnya Lisa juga berdiri.
Dalam hati, Lisa memohon dengan sangat agar Chaeyoung jangan mengatakan apa pun tentang fakta yang baru mereka ketahui sekarang. Lisa yakin itu akan menyakiti hati Jisoo dan Jennie. Lisa menyayangi mereka berdua, dia tidak ingin Jisoo dan Jennie sakit hati, setidaknya jangan pagi ini.
"Chaeyoung ...." Lisa melangkah lebih jauh dengan memegang lengan Chaeyoung dan bertekad menariknya pergi dari ruang makan. "Silakan, pergi saja, Unnie." Lisa menarik Chaeyoung menjauh dari anggota keluarga di meja makan.
Chaeyoung memang mengikuti ke mana pun Lisa menariknya, namun matanya berkaca-kaca, hatinya bertanya-tanya, mengapa Lisa melakukan itu? Apa melindungi hati Jisoo dan Jennie lebih berharga daripada menghilangkan penghinaan yang selalu mereka berdua dan ibu mereka terima?
Jisoo sibuk memikirkan cara untuk meredakan ombak fakta yang kembali muncul ini, sementara Jennie memandang kepergian Chaeyoung dan Lisa dengan bingung.
Saat Jennie kembali menemukan wajah Jisoo yang cemas, Jennie semakin yakin bahwa ada yang salah di sini.
"Aku akan naik mobil sendiri bersama Jisoo unnie."
Jisoo pasrah mengikuti. Jisoo sampai lupa untuk berpura-pura tenang di depan Jennie.
Lisa dan Chaeyoung berada di taman belakang. Lisa merasa bersalah saat melihat air mata Chaeyoung yang menggunung di pelupuk. Lisa minta maaf untuk itu.
Chaeyoung duduk di bangku taman menghindar dari Lisa yang hanya menatapnya.
Mobil Jennie dan Jisoo akhirnya bisa melewati gerbang mansion yang dipenuhi para kuli tinta. Tidak cukup jauh mereka mengendarai, Jisoo maupun Jennie melihat Bobby yang berdiri di samping mobil pria itu. Jisoo menoleh pada Jennie karena Jennie tetap melajukan mobil tidak peduli pada Bobby.
![](https://img.wattpad.com/cover/345390776-288-k997184.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Twins
Fanfiction[REMAKE VERSION] Pasti akan ada satu titik di mana kita semua dipaksa bersatu, benar-benar bersatu.