Empat Tahun Kemudian ....
Keadaan yang terasa memaksa, membuat rasa terbiasa, seiring waktu berlalu dan beradaptasi dengan itu.
Bagi beberapa orang, masa lalu adalah luka. Bagi yang lainnya, kenangan itulah sumber kebahagiaan mereka. Ada lagi yang menilainya sebagai pembelajaran. Ada juga yang memahami masa lalu sebagai campuran dari luka, bahagia, dan pelajaran.
Mencapai pengetahuan dari luka memang terasa berat, sehingga masa lalu yang mengandung duka terasa lebih mudah dikesampingkan dan ditinggalkan.
Demikian pula yang terasa mudah dalam benak Jennie dan Chaeyoung. Rumah mereka penuh dengan masa lalu, yang dalam kebanyakan waktu mengarahkan pada kepahitan. Lebih mudah juga memunggungi dan meninggalkan rumah itu.
Seperti dua karyawan yang dipaksa keadaan sehingga bertemu dalam perusahaan yang sama, seperti dua orang tak saling kenal yang sedang melakukan pendekatan untuk pertemanan, hubungan Jisoo dan Chaeyoung bertolak pada titik itu.
"Jadi, kapan Lisa pulang?"
"Eomma bilang dia akan sampai minggu depan."
Bagi Jisoo dan Chaeyoung, satu kalimat dari masing-masing saja cukup untuk mengingatkan mereka adalah saudari dengan bentangan jarak.
Chaeyoung telah menjadi seorang aktris, yang sempat membintangi film dengan Jisoo sebagai asisten penyusun naskahnya.
Di tempat lain dalam kota yang sama, Jennie berdiam di ruang kerjanya. Memejamkan mata dengan kedua tangan menyangga dagu. Semakin hari merasa semakin terdesak karena bibinya selalu memaksa agar nama pemimpin perusahaan segera diganti dengan namanya secara resmi.
Jennie merasa tidak mampu, namun juga berhenti berharap pada Jisoo. Dia mengingatnya lagi, padahal Jisoo saja mungkin sudah lupa pada kembarannya.
"Nona Jennie——"
"Tidak bisakah kau mengetuk dulu sebelum masuk?" Jennie membuka mata, menemukan itu hanya asisten pribadinya. "Kukira kau orang lain."
"Paket blu-ray pesanan Anda sudah tiba."
"Aku tidak memesannya secara pribadi. Itu hanya hadiah dari klien yang mengira aku dekat dengan penyusun naskahnya."
"Anda tidak perlu menjelaskannya kepada saya, Nona Jennie. Saya hanya asisten pribadi Anda, bukan Nona Hwang Jisoo itu sendiri."
"Mencoba sok pintar di depanku?"
Wanita itu tersenyum lantas membungkuk sebelum keluar dari ruangan Jennie.
Jennie mengangkat paket itu dari meja. Mendekatkan pada jangkauan mata. "Apa kau tidak pernah mengingatku? Kau pasti sudah hidup dengan baik."
Jennie memang tahu tempat tinggalnya. Namun, Jisoo yang mendadak kembali menjauhinya. Jennie mencoba menghubungi melalui panggilan ponsel pun tidak digubris.
Jennie menghentikan getaran ponselnya dengan menjawab panggilan itu. Menarik nafas sebelum memulai dengan menyapa duluan.
"Siang, Eomma. Semua baik?"
"Eomma hanya ingin tau, apa kau bisa makan malam di rumah seminggu dari sekarang? Lisa akan sampai di rumah, Eomma ingin kita berkumpul bersama."
Jennie mempertimbangkan. Seharusnya tidak butuh waktu terlalu lama. Dia tinggal menolak kalau memang sibuk atau tidak ingin datang. Namun, ini kesempatan terbaik untuk melihat seperti apa wajah Lisa sekarang tanpa terasa terlalu mencolok ingin tahu.
"Aku akan berusaha datang, Eomma."
"Jennie-ya ...."
Jennie menunggu, dengan setiap detik semakin bisa menebak hal yang ingin dikatakan ibunya selanjutnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Twins
Fanfiction[REMAKE VERSION] Pasti akan ada satu titik di mana kita semua dipaksa bersatu, benar-benar bersatu.