"Kau sudah dengar berita itu? Ibunya Chaeyoung dan Lisa akan menikah dengan seorang pengusaha. Akhirnya jalang berkedok model itu dapat mangsa juga."
Jisoo, Jennie, Chaeyoung, dan Lisa berada di kelas yang sama, meski meja mereka terpisah cukup jauh. Mereka sama-sama dengar apa yang yang teman mereka bicarakan.
Sembari mengusap-usap tangan Jennie agar tenang, Jisoo menatap ke arah Chaeyoung dan Lisa untuk memeriksa seperti apa reaksi mereka.
"Aku dengar pengusaha itu adalah ayahnya Jisoo dan Jennie. Bagaimana bisa sangat kebetulan begitu, ya? Mereka sama-sama kembar. Jangan-jangan mereka memang berasal dari ayah yang sama. Kenapa juga ayahnya Jisoo dan Jennie memilih wanita seperti itu? Dan kematian ibu Jennie dan Jisoo juga belum genap setahun. Aku pikir mereka berdua memang sudah menjalin hubungan gelap sebelumnya."
Jennie menghampiri meja dua siswi yang sedang bergosip tadi. Seketika menarik kerah salah satunya.
Melihat itu, Jisoo, Chaeyoung, dan Lisa ikut berdiri.
"Kalau mulutmu memang tidak bisa ditahan untuk mengatakan hal buruk, lebih baik jangan sampai aku dengar ucapan sampahmu itu." Jennie mendorong keras dada gadis itu hingga terduduk kembali ke kursinya.
Jisoo segera menarik Jennie keluar kelas. Bukan hanya untuk menghindari keributan lebih panas, namun juga karena ada beberapa hal yang tersimpan di hati dan ingatan Jisoo.
Jisoo mengajak Jennie duduk begitu menemukan sebuah bangku dengan lingkungan agak sepi. Jennie memang tidak memandang Jisoo secara intens, Jennie sibuk menata hati dan menenangkan emosinya. Namun, Jennie dapat merasakan, kalau Jisoo ingin mengatakan sesuatu tapi kelihatannya masih ragu.
"Dengar, jangan biarkan mereka mengganggu pikiranmu, dan ... jangan jauhi Chaeyoung dan Lisa. Kita berempat sudah berteman sejak sekolah dasar. Jangan benci pada mereka. Mereka hanya anak-anak tidak berdaya sama seperti kita. Kita tidak bisa menghentikan Appa untuk menikah lagi, dan mungkin saja ... Chaeyoung dan Lisa berada di posisi yang sama seperti kita."
"Aku tidak pernah menjauhi mereka. Aku tidak peduli pada mereka. Selama ini aku juga tidak terlalu menganggap mereka temanku. Aku berteman dengan mereka karena mereka temanmu, tidak pernah lebih dari itu."
"Baiklah, lupakan tentang itu. Jangan berdebat lagi dengan Appa. Bagaimana pun kau menjelaskan padanya, pernikahan itu akan tetap terjadi, Jennie-ya. Kau hanya akan berakhir dihukum dan sakit sendiri. Jangan seperti itu, aku mohon padamu."
Nafas Jennie berhembus kasar. Wajahnya berpaling dari Jisoo.
Jisoo terus memandang Jennie, hingga Jisoo melihat Chaeyoung dan Lisa berdiri di kejauhan. Jisoo mengangguk pada mereka sehingga mereka mendekat.
Jennie menengok untuk melihat siapa yang datang. Wajahnya kembali berpaling begitu dia mengetahui Chaeyoung dan Lisa kini berdiri di depannya dan Jisoo.
Melihat Jennie yang tidak mau menatap mereka, Chaeyoung dan Lisa hanya merasa bersalah. Sebelum ini pun mereka memang tidak terlalu dekat, tapi sekarang Chaeyoung dan Lisa merasa Jennie benar tidak mau dekat-dekat dengan mereka.
"Dengar, ini sangat sepi dan panas sekarang. Tapi yang pasti, kita memang tidak bisa berbuat apa-apa. Biarkan saja. Biarkan saja orang-orang bicara seenaknya. Biarkan saja orang tua kita menikah. Tidak ada yang salah dan tidak ada yang perlu merasa bersalah. Kita akan menjadi saudari sebentar lagi ... sudah seharusnya kita bisa menjadi lebih dekat lagi."
Jennie pergi tanpa sepatah kata. Jennie muak mendengar setiap ucapan Jisoo yang kini mendukung pernikahan itu dan selalu bersikap baik pada anak-anak dari wanita yang membawa citra buruk pada keluarga mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Twins
Fanfiction[REMAKE VERSION] Pasti akan ada satu titik di mana kita semua dipaksa bersatu, benar-benar bersatu.