13. A Big Shot

441 54 10
                                    

"Setelah ini, kalian pulang saja duluan, ya. Aku dan Jennie ada urusan sebentar."

Sementara Jennie memperhatikan Chaeyoung yang sibuk memakan makanannya, Lisa menatap Jisoo cemberut.

"Sudah mau pulang? Jadi kita ke sini hanya untuk beli es krim dan makan dakgalbi?"

"Awalnya tidak begitu, tapi aku dan Jennie mendadak ada urusan. Jadi, maaf." Jisoo menatap Lisa dengan senyum penyesalan.

Jisoo memahami, pasti Chaeyoung dan Lisa tidak ingin kebersamaan mereka ini segera berakhir. Mengingat Chaeyoung dan Lisa sudah hampir melihat secara penuh diri Jennie yang berbeda.

"Kenapa tidak mengajakku dan Chaeyoung sekalian saja, Unnie? Ya, kan, Chaeyoung?" Pertanyaan Lisa dibalut nada memelas.

Chaeyoung dengan agak tak rela mendongak dari piringnya untuk mengangguk mengiyakan pertanyaan Lisa.

Jennie mengambil selembar tisu, mengulurkan tangannya untuk membersihkan sisa makanan di sudut bibir Chaeyoung. Membuat Jisoo, Lisa, bahkan Chaeyoung kembali terdiam tak bisa berkata-kata.

Lisa yang hendak kembali protes pun mematung menatap aksi manis Jennie pada Chaeyoung.

Lisa memegang tangan Jisoo yang berada di sampingnya. "Aku juga ingin seperti itu." Lisa menunjuk ke depannya di mana interaksi mesra antara Chaeyoung dan Jennie terjadi.

"Makanya jangan banyak protes. Ayo, makan dengan berantakan."

Lisa tidak berpikir dua kali. Dia makan dengan cepat dan sengaja menyisakan noda saus di ujung bibirnya.

Jisoo dan Chaeyoung menyaksikan itu sambil menahan tawa.

Di lain sisi, Jennie hanya memandang Lisa dengan tatapan lembutnya. "Maaf, tapi tisunya habis."

Jisoo tertawa paling keras meledek Lisa. Sedang Chaeyoung tergelak sampai tak terdengar.

Jennie berdiri, mencondongkan tubuh agar bisa menjangkau Lisa yang kini tengah cemberut. Sembari tersenyum, Jennie membersihkan saus itu dengan jarinya.

"Jangan sikapi ini secara berlebihan, kita masih jauh dari yang namanya ikatan persaudaraan." Perilaku dan perkataan Jennie kembali mengejutkan mereka.

Jisoo dan Chaeyoung berhenti tertawa. Mereka semua menatap Jennie tidak mengerti apa yang sebenarnya coba Jennie jelaskan. Kalau bukan untuk ikatan persaudaraan, lalu sejak tadi saat membeli es krim itu untuk apa?

Jisoo tertawa kecil untuk kembali mencairkan keadaan. "Seperti yang kubilang Jennie itu gengsian. Anggap saja kalian tidak pernah mendengar ucapan Jennie barusan." Wajah Jisoo yang mengucapkannya dengan agak tersenyum seketika diam. Ucapannya itu tadi tidak memperbaiki apa pun.

"Tapi aku menganggap kalian temanku." Kelihatannya Jennie memang tidak peduli pada apa pun yang orang lain pikirkan tentangnya. Ucapannya sebelum ini sangat bisa membuat orang berpikiran buruk tentangnya.

"Yak, kalau bicara disambung saja sekalian, jangan dipotong-potong seperti barusan." Jisoo jujur merasa lega. Kalau Jennie sampai tidak melanjutkan ucapannya tadi, itu akan membuat kebersamaan mereka berakhir dengan kesedihan.

"Itu tadi membuatku berkeringat." Chaeyoung menanggapi dengan jujur. "Bahkan teman bisa melebihi persaudaraan. Lisa?" Chaeyoung meminta respon Lisa karena adiknya itu hanya diam memandang Jennie.

"Jisoo unnie, dia bukan hanya gengsian seperti yang kau bilang, tapi juga kurang normal. Sikapnya naik turun seperti ayunan. Chaeyoung, kita harus terbiasa dengan ini."

Sementara Chaeyoung dan Lisa akan pulang ke rumah, Jisoo akan menemani Jennie bertemu Bobby.

Mereka berempat menuju mobil begitu selesai makan.

TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang