14. The Article

374 54 6
                                    

Sudah sejak beberapa saat lalu Jisoo berdiri di depan jendela kamar yang sengaja dibuka tirainya. Tidak ada bulan ataupun bintang malam ini. Malam yang gelap, seperti malam biasanya. Namun, kehadiran hujan menciptakan suasana semakin kelam dan dingin.

Jisoo menatap ke depan, namun Jisoo sendiri tidak tahu di mana sesungguhnya titik jatuh matanya. Begini saja sudah menenangkan. Berdiri menatap air hujan dalam gelap dan membebaskan pikirannya berjalan tanpa tujuan pasti.

Matinya lampu di kamar tidak menghalangi Jennie memandang punggung itu. Mencoba mencaritahu apa yang ada di baliknya. Bahkan sampai sekarang Jisoo masih diam dan memilih berbicara dengan pikirannya sendiri, padahal masih ada Jennie di sini.

Mata Jennie memandang punggung Jisoo semakin erat seolah tersimpan harta karun di sana.

"Rasanya aneh ketika aku melihat punggungmu malam ini. Aku baru sadar kalau aku hampir tidak pernah melihat punggungmu, karena selama ini kau selalu ada di sampingku."

Jisoo reflek menoleh ketika Jennie membalutkan selimut padanya. Selimut itu memang menghangatkan, dan pelukan Jennie melipatgandakan.

"Kau belum tidur?"

Jennie menumpukan kepalanya ke punggung Jisoo. "Kau harus tidur kalau ingin aku tertidur. Batin dan tubuh kita saling terikat."

Jisoo memegang lengan Jennie yang menyelubungi tubuhnya untuk memegangi selimut. "Kalau begitu katakan, apa yang sedang aku renungkan?"

"Kau sedang memikirkanku. Kau selalu memikirkanku ... tapi sekarang ada Bobby juga di sana."

Mereka terdiam menikmati kesunyian. Beberapa orang mengatakan hubungan tanpa pertengkaran bisa membosankan. Namun, menurut Jisoo dan Jennie tidak begitu sebenarnya. Hubungan tanpa konflik yang akan membosankan.

Konflik akan selalu ada, untuk mempererat hubungan itu sendiri. Cara menyelesaikannya tidak selalu dengan bertengkar. Sampai sekarang mereka tidak pernah bertengkar dengan emosi meledak-ledak.

"Kau percaya padaku, kan?"

Jennie tidak mungkin menyangkal. "Tentu saja."

"Apakah kau akan percaya saat aku mengatakan, Bobby hanya menjadikanmu pelampiasan?" Jisoo jelas merasakan pelukan Jennie sedikit melonggar. Namun, detik berikutnya kembali merapat, menciptakan sedikit kelegaan di hati Jisoo.

"Dia ingin balas dendam padamu melalui diriku. Aku sudah mengetahuinya sejak dia menarik pinggangku di depanmu."

"Lalu kenapa kau tetap mau bersamanya bahkan membiarkanku terus mengikuti kalian dari belakang?

"Aku menunggumu memarahi Bobby. Kau terlalu menjaga hatiku sampai kau mengabaikan hatimu sendiri. Tidak apa-apa sesekali mengatakan 'tidak' padaku, jelaskan agar aku memahami, jangan diam menahan dan menyakiti hatimu sendiri. Hal seperti itu tidak akan membuatku bahagia, Unnie."

"Maaf."

Selimut itu jatuh dari tubuh Jisoo saat Jennie melepas pegangannya. "Yaa, ayolah, kau membuat suasananya jadi canggung."

Jisoo memasang wajah lesu saat Jennie mengguncang-guncang tubuhnya. Tak berlangsung lama Jisoo lantas memeluknya.

Jisoo memeluk terlalu lama, membuat Jennie bertanya, "Kenapa lagi, Unnie? Kalau perlu aku akan bilang pada Bobby sekarang juga."

Jennie sedikit mendorong Jisoo dan pergi mengambil ponselnya. Jennie hampir saja menekan ikon aplikasi berkirim pesan ketika matanya membaca sekilas judul notifikasi dari sebuah blog.

Hwang Jeewon Menikahi Sandara Park untuk Memenuhi Tanggung Jawab yang Ditunda.

Tanpa sadar penuh Jennie menekan notifikasi itu. Jennie tidak membacanya secara keseluruhan, dia hampir tidak membacanya sama sekali hingga dia hampir mencapai bagian akhir dan menemukan sebuah foto berisi wajah-wajah tidak begitu asing.

TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang