Pagi seperti sekarang, mansion Hwang masih tenang. Makanan sudah tinggal disajikan ke meja makan. Kekurangannya, Dara masih belum melihat kehadiran keempat putrinya untuk sarapan.
Di kamar Lisa, Chaeyoung kesulitan membangunkan kembarannya itu. Chaeyoung tidak percaya dia telah menghabiskan waktu dua puluh menit hanya untuk membangunkan Lisa, dan itu pun belum menunjukkan hasil. Lisa masih setia pada alam mimpi dan bantalnya.
Chaeyoung agak lega melihat ibunya datang ke sana. Senin adalah hari yang sibuk, setidaknya itu yang dirasakan Chaeyoung.
"Lisa belum bangun juga?"
"Eomma, dia selalu begadang setiap malam. Aku lelah selalu jadi alarm berjalannya setiap hari."
"Biar Eomma yang membangunkannya. Jadwalmu penuh kan hari ini? Chaeyoung pergi bersiap-siap saja dan segera turun untuk sarapan." Dara mengecup dahi Chaeyoung sebagai ucapan selamat pagi dan untuk memberinya semangat.
Setelah Chaeyoung pergi, perhatian Dara berpusat penuh pada putri bungsunya yang masih begitu nyaman terlelap dalam selimut. Lisa bahkan tidak terusik oleh percakapan Dara dan Chaeyoung.
"Lisa-ya, ayo bangun." Suara Dara masih lembut. Sayang sekali tidak mempan membangunkan Lisa. "Lisa, katanya kau ada kelas pagi. Cepat bangun." Dara menarik selimut Lisa dengan harapan itu bisa sedikit menyadarkan Lisa dari tidurnya.
"Lima menit lagi, Eomma. Aku mohon, aku masih sangat mengantuk. Rasanya aku baru saja tidur." Suara Lisa memang agak tidak jelas, tapi masih bisa dimengerti oleh Dara.
"Kau menonton TV hingga larut malam?"
"Hmm ...." Bahkan untuk menjawab saja sebenarnya Lisa ogah. Dia hanya ingin tidur, sungguh.
"Bangun atau Eomma akan membuang TV itu sekarang juga."
"Buang saja, lakukan sesuka Eomma. Aku bisa minta lagi pada Appa."
"Kau semakin berani melawan Eomma. Rasanya agak panas kan di sini. Akan Eomma ambilkan air supaya kau tidak kepanasan."
Merasakan kasurnya agak bergerak yang menandakan ibunya tidak main-main, Lisa sekuat tenaga duduk meninggalkan bantal nyamannya.
"Aku sudah bangun! Lihat." Lisa memang sudah duduk, tapi dengan mata masih terpejam.
Dara mencium dahi Lisa. "Segera mandi dan bersihkan kandang ini. Eomma akan menunggu di bawah. Jangan tidur lagi."
"Iya, Eomma." Lisa tumbang lagi ke kasurnya.
Lisa belum punya cukup tenaga bahkan untuk membayangkan dirinya membersihkan kamar yang ibunya sebut sebagai kandang ini. Itu terlalu berlebihan.
Meski ada beberapa bungkus makanan beserta reremahannya, dan beberapa barang yang tertata tidak pada tempatnya, tetap saja ini sebuah kamar, kamar Hwang Lalisa. Menyebut ini sebagai kandang itu terlalu kejam. Beruntung dirinya tidak baperan.
Sementara di kamar dengan pintu berstiker JJ4EVA, Jisoo berbaring di ranjang. Bukan karena dia malas untuk bangun. Jisoo sudah siap dengan outfit-nya, tapi harus menunggu Jennie yang tidak biasanya menghabiskan waktu begitu lama hanya untuk mandi. Entah apa saja yang anak itu lakukan di kamar mandi.
"Jendeukie!"
"Tidak perlu sampai berteriak," sahut Jennie yang kebetulan baru keluar dari ruang ganti mengenakan bathrobe bersama handuk putih membungkus rambutnya.
"Kau lama sekali. Aku lelah menunggumu."
"Tidak ada yang menyuruhmu menungguku." Jennie membuka balutan handuk di kepalanya, lalu menepuk-nepuk rambutnya menggunakan handuk itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Twins
Hayran Kurgu[REMAKE VERSION] Pasti akan ada satu titik di mana kita semua dipaksa bersatu, benar-benar bersatu.