⚠️
Sebuah cerita fiksi berunsur boy x boy based on Pretty Woman, dengan konten dewasa yaitu penggambaran gaya hidup bebas termasuk di dalamnya; konsumsi alkohol, penggunaan obat terlarang dan prostitusi.
Tulisan ini dimaksudkan hanya untuk tujuan hiburan semata.
Harap bijak dalam memilih bacaan.Narasi baku dengan ragam dialog non baku (lo-gue) dan bahasa kasar serta frontal.
Berlatar tempat: kota fiksi dengan kebudayaan campuran.Sumber gambar dari Pinterest, credit to the owner.
Klaim wajah hanya digunakan untuk visualisasi karakter. Tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan nyata Idol, jadi tolong jangan dikait-kaitkan dan dibawa keluar dari konteks cerita.
Apresiasi berupa vote, komen dan masukan sangat dinantikan.
Happy reading!
—
PEMANDANGAN malam pusat Kota J terlihat menawan dari rumah mewah besar di puncak bukit Dalmation Park. Kerlip cahaya lampu-lampu kota dari kejauhan begitu indah, kontras dengan lautan gelap di sisinya.
Jensen Lynx berdiri di dekat dinding kaca ruang baca. Tanpa ekspresi ia memandang ke arah keramaian di halaman belakang.
Sebuah pesta makan malam sedang digelar di kediaman Eric Sohn, sepupu sekaligus pengacaranya.
Dengan segelas sampanye di tangan, Jensen sama sekali tak berminat untuk bergabung. Ia hanya menatap tanpa ekspresi ke arah halaman.
Jensen Lynx adalah seorang pebisnis dan CEO sukses pemilik Lynx Enterprises. Ia dikenal sebagai pebisnis muda dengan kekayaan fantastis dan wajah sempurna tanpa cela. Fitur wajahnya maskulin dengan rahang tegas, hidung mancung dan tubuh tinggi proporsional sering dijadikan idaman dan menuai banyak pujian. Lekuk bibirnya indah, filtrum-nya dalam dengan kedua sudut yang terlihat selalu mengarah ke atas. Wajahnya senantiasa tampak ramah dengan mata jernih yang menyorot tajam, meskipun kini gurat kelelahan terlihat jelas tak dapat disembunyikan. Jenis lelah yang tidak bisa hilang hanya dengan tidur malam saja.
Seluruh penampilan Jensen malam ini menyiratkan bagaimana suasana hatinya. Elegan seperti biasa dengan balutan setelan jas berkancing ganda berwarna hitam. Senada dengan rambut dan matanya yang legam seperti malam tanpa bintang di luar sana. Seperti Laut Marina yang saat ini gelap gulita, tampak lebih dalam daripada kelihatannya.
Jensen menyesap sampanyenya pelan. Matanya masih terus menatap pesulap yang sedang memainkan trik koin di depan para tamu undangan. Ia sendiri sama sekali tak tertarik untuk bergabung sebab bosan terlalu sering menghadiri pesta-pesta semacam ini. Entah pesta untuk tujuan bisnis, negosiasi atau bersenang-senang, semua kini terasa monoton.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCARLET | NOMIN [END]
Fanfiction"Lima puluh juta, enam hari. Dan setelah ini selesai, aku akan melepasmu pergi." - Jensen Lynx, CEO dan pebisnis sukses yang gila kerja mengajak Natanio Jeremy untuk tinggal bersamanya selama seminggu di sebuah penthouse hotel termewah. Pada awalnya...