14. Royal Restaurant

4.1K 416 10
                                    

KEPALA Jemy pusing. Tak pernah ia tahu bahwa untuk makan saja bisa serumit dan serepot ini. Beberapa kali dia menahan diri untuk tidak meletakkan kedua sikunya di atas meja. Dimas melarang hal itu. Ia harus duduk tegak dan sekarang punggungnya terasa sangat sakit.

Jemy dan Dimas kini berada di salah satu sudut restoran The Royal Paradise. Dengan tubuh tegap, Jemy duduk di salah satu kursi. Di sampingnya, Dimas berdiri memberi arahan.

Terdapat satu set peralatan makan yang tersusun dengan rapi di atas meja. Tepat di depan Jemy ada sebuah piring putih beraksen khas Eropa dengan piring yang lebih kecil terletak di atasnya. Di sisi kanan piring terdapat dua jenis sendok dan dua jenis pisau makan, sementara itu di sisi kiri ada tiga jenis garpu dengan berbagai ukuran. Di atasnya ada empat jenis gelas kristal bertangkai, juga dengan berbagai ukuran.

 Di atasnya ada empat jenis gelas kristal bertangkai, juga dengan berbagai ukuran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Baiklah, Tuan Jemy. Mari kita ulangi sekali lagi. Dinner napkin," ucap Dimas pelan. Jemy mengambil serbet putih dengan cap emboss elegan logo hotel di sisi terluar.

"Dinner napkin," ulang Jemy seraya melirik Dimas untuk memastikan bahwa gerakannya mengambil serbet sudah benar.

Lelaki berjas hitam rapi itu menganggukkan kepala sambil tersenyum tipis. "Mm-hmm."

"...taruh pelan-pelan di atas pangkuan," gumam Jemy mengulangi lagi pelajaran etika makan yang sudah diberikan oleh Dimas sejak setengah jam lalu. Setelah itu ia tanpa sadar meletakkan lagi sikunya di atas meja, menunggu instruksi selanjutnya.

"Siku..."

"Ah, sori." Jemy kembali duduk tegak sementara Dimas berjalan mengitari pemuda yang sedang membetulkan posisi duduknya tersebut. Gerakannya kaku karena segala aturan makan itu membuatnya bingung dan rikuh. Tanpa sadar, ia selalu salah tingkah. Di kelilingi para kalangan atas membuatnya sangat gugup. Ia berusaha menjaga sikap, namun ternyata kebiasaannya hidup sebagai kalangan bawah—yang tak pernah menghiraukan etika makan—keluar dengan sendirinya.

Dimas kemudian menunjuk ketiga jenis garpu di sisi kiri Jemy satu persatu. "Seafood fork, salad fork, dinner fork."

"Ah, makan doang garpunya tiga. Garpu salad sih tahu, tapi yang lain bikin pusing," celetuk Jemy sambil mengacak pelan rambutnya sendiri. Ia pusing mengingat garpu mana yang harus digunakan untuk makanan pembuka, utama dan penutup. Terlalu banyak dan merepotkan.

Dimas kemudian mengambil garpu satu persatu. "Kalau bingung, hitung saja ujungnya. Empat berarti dinner fork, garpu salad ada tiga..."

"Terus garpu kecil yang di atas itu apa?" tanya Jemy memotong penjelasan Dimas.

"Itu garpu dan sendok untuk makanan penutup. Gunakan alat makan dari sisi terluar ke dalam. Anda tidak akan salah. Baiklah kita mulai lagi..."

"Hadeh, makan aja ribet."

Dimas terkekeh. "Manner maketh man, Young Man," ucapnya mengutip slogan terkenal dari sebuah film. "Seseorang dinilai dari caranya bersikap. Tapi sebenarnya, beberapa orang kaya yang saya kenal justru memiliki sikap yang lebih buruk. Tentu saja, Tuan Lynx sebagai old money, sudah pasti tahu etika makan yang baik. Untuk itu, sebagai sepupunya, Anda juga harus paham." Jemy menghembuskan napas kasar, mengakui ucapan Dimas. "Baik. Sekarang perhatikan dengan baik. Garpu salad..."

SCARLET | NOMIN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang