05. The Royal Paradise

5.5K 437 34
                                    

"SELAMAT tinggal."

Jensen mengucapkan selamat tinggal. Bukan sampai jumpa atau sampai nanti. Tapi, selamat tinggal. Sebuah kalimat perpisahan yang memiliki makna untuk tak bertemu lagi. Perpisahan final.

Jemy hanya tersenyum sekilas kemudian berbalik. Tak ingin lagi membuang waktu di tempat itu karena Jensen sendiri telah menutup pertemuan mereka dengan ucapan selamat tinggal. Tak masalah untuk Jemy. Meskipun tentu saja dia masih berharap untuk bisa bertemu lagi dengan mengucap sampai jumpa.

Inilah resiko pekerjaannya. Bila tamu yang membayar jasanya hanya menginginkan pertemuan singkat, maka Jemy harus tahu diri. Lagi pula Hazel juga sudah mengajarinya untuk tidak mengikutsertakan perasaan saat bekerja. Dan dia bukan seorang amatir. Jadi, meski Jensen adalah pria paling tampan yang pernah ia temui, Jemy tidak boleh menaruh perasaan, apalagi sampai jatuh cinta. Itu adalah hal tabu dalam pekerjaannya. Juga sangat tidak mungkin ketika kehidupan mereka seperti langit dan bumi. Jensen dengan kemewahannya dan Jemy dengan kehidupan jalanannya.

Jemy duduk di atas sandaran bangku halte. Mengistirahatkan kaki pada dudukan bangku itu sembari menyalakan sebatang rokok. Bara di ujung rokok menyala merah dan tak lama kemudian asap putih tipis terhembus ke udara. Beberapa orang bergeser menjauh saat melihat Jemy. Seorang pemuda dengan dandanan yang tidak seperti laki-laki pada umumnya. Jemy yang hanya mengenakan kaos nyaris transparan tanpa lengan dengan kerah rendah, celana ketat dan warna rambut mencolok menuai tatapan sinis menelisik. Apalagi dengan riasan berat pada wajahnya. Tentu akan mengundang prasangka buruk tentang pekerjaan dan kehidupan Jemy meski orang-orang itu tak ada yang mengenalnya.

"Nggak jadi naik taksi?"

Jemy menoleh. Senyumnya terkembang memberikan kesan bahwa ia kelewat senang yang tak bisa ditutupi kala Jensen datang menghampirinya.

"Gue lebih suka naik bus sih," jawab Jemy.

Jensen berhenti di depan Jemy. Jarak mereka cukup dekat hingga semua orang yang ada di sana bahkan petugas hotel juga ikut melirik penasaran.

"So..." ucap Jensen dengan nada ragu. "Lo beneran minta satu juta buat sejam?"

"Yap."

Jensen mengangguk singkat. Senyum tipisnya masih bertahan dan ekspresi wajahnya setenang air danau tanpa riak. Tapi tidak dengan tatapan matanya. Meski sorotnya ramah tapi Jemy tahu kalau dia tidak bisa main-main dan bertingkah sembarangan dengan pria itu.

"Lo ada janji abis ini?"

Jemy menggeleng. "Nggak sih. Gue lagi free. Day off."

"Mau nemenin gue masuk?"

"Oke." Tanpa malu, Jemy mengiyakan tawaran itu. Panggilan kerja. Tak bisa ditolak. Terlebih dengan bayaran yang lumayan.

Dengan sigap Jemy pun turun dari sandaran kursi halte. Menggerus ujung rokok pada besi plat kursi kemudian memasukkan lagi sisanya ke dalam kotaknya. Jensen mengangkat kedua alisnya samar.

"Buat orang yang dapet penghasilan satu juta sejam, lo termasuk hemat juga ya," kata Jensen.

Jemy menoleh, menatap Jensen dengan sebelah bibirnya terangkat ke atas. "Yo, Mister. Nyindir?" tanya Jemy pura-pura terluka dengan ucapan Jensen.

"Itu pujian. Gue nggak ada maksud buat nyindir elo."

"Haha... thanks, then," ucap Jemy. Keduanya pun berjalan beriringan menuju hotel.

"Satu juta sejam emang banyak tapi gue nggak bisa boros. Buat dapetin duit segitu nggak gampang. Gue harus ngelakuin hal-hal yang tamu gue minta. Nggak jarang permintaan mereka pun aneh. So, gue harus banyak belajar dan kasih service memuaskan," ucap Jemy yang didengarkan oleh Jensen dengan penuh perhatian. "Dan belajar itu juga butuh duit. Terus juga gue harus selalu main aman, cek ke dokter tiap bulan, jaga kulit, rajin olahraga dan yah... nggak bisa sembarangan ngehamburin duit. Bahkan puntung rokok sisa kalau masih bisa dipakai ya nggak bisa dibuang gitu aja," jelasnya panjang. Jensen mengangguk pelan dengan senyum yang tak pernah lekang. Senyumnya kini disertai mata yang menyipit, melengkung indah seperti bulan sabit di langit yang menelan sorot mata tajamnya.

SCARLET | NOMIN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang