20. Polo Field

3.8K 370 20
                                    

"JEMY, hai."

Seorang lelaki menghampiri Jemy yang sedang duduk sendiri di salah satu bangku. Lelaki tersebut mengenakan sepatu berkuda hitam, celana putih serta kaos merah dengan nama tim Dauntless dan angka dua di punggungnya. Lelaki itu memegang sebuah helm dan sarung tangan kulit.

Jemy berdiri menyambut pria yang baru datang.

"Yoru?" tanya Jemy dengan alis nyaris bertaut. Ia tersenyum tak mengira akan melihat Yoru di sini. Ah, maksudnya akan dihampiri oleh lelaki itu. Terlebih lagi, Yoru ternyata salah satu pemain tim Dauntless.

"Yes, yes... It's me Yoru Seo. Glad to know you still remember me," ucap Yoru seraya mengulurkan tangan dengan senyum lebar. "Apa kabar?" imbuhnya.

"Baik, baik. Aku baik. Kamu sendiri?" balas Jemy menjabat tangan Yoru.

"Couldn't be better! You look good, by the way"

Jemy menanggapi dengan senyuman. "Makasih. Kamu juga. Aku nggak tahu kalau kamu salah satu pemain," ucapnya kemudian. Dengan nada terkesan yang sangat kentara. Yoru melihat dirinya sendiri sekilas lalu menjawab, "kebetulan acara ini yang ngadain tim Kennan dari Jacobs Group dan pas barengan sama jadwal latih tanding bareng Dauntless jadi sekalian aja," jelas Yoru. "Sendirian aja? Jensen ke mana?" sambungnya.

Jemy refleks menunjuk sebuah tenda di ujung lapangan. Berada di bawah pohon flamboyan dengan pemandangan langsung ke arah lapangan polo. Salah satu tenda VIP tempat untuk para tamu undangan penting.

"Ah, doing boring things, eh?" kata Yoru, melihat ke arah yang ditunjuk. Terlihat sekumpulan orang sedang berbincang. Di antaranya ada Jensen. Jemy mengangguk dengan kekehan ringan. "Iya... Boring. Aku mana nyambung, jadi nggak ikut."

"Aku juga kadang nggak ngerti. Lebih seru seneng-seneng di luar. How about you come with me? Aku kasih lihat kudaku," kata Yoru.

"Tapi, Jensen..." sahut Jemy sambil menoleh ke arah tenda dengan tatapan tak enak hati.

"Cuma di situ kok. Tuh dia. Kuda yang lagi dikasih makan," timpal Yoru menunjuk ke arah kuda putih besar dengan surai berkilau sedang makan rumput tak jauh dari tempat mereka berada. Rasa ragu menyergap Jemy. Beberapa kali ia pandangi tenda VIP dan kuda putih itu bergantian.

"Ah, it's okay kalau kamu keberatan. Aku nggak maksa kok," sambung Yoru cepat saat melihat keraguan pada wajah Jemy.

"Umm... Oke deh. Aku... mmm lihat bentar ya," tukas Jemy pada akhirnya. Kuda putih yang berada di lain sisi lebih menarik untuk dilihat daripada duduk diam sendirian. Lagi pula ia hanya beramah tamah dengan Yoru. Tak ada salahnya.

"Good. Let's go then. You're gonna love Rhiannon," ucap Yoru senang. Mereka berjalan pergi. Jemy sekali lagi melihat ke arah tenda VIP namun Jensen sama sekali tak berpaling ke arahnya. Ia terlihat sangat fokus dengan pembicaraan bersama orang-orang penting itu.

"Oh, betina ya?" tanya Jemy tertarik. Yoru mengangguk. "Iya... banyak pemain polo yang lebih milih kuda betina daripada yang jantan."

"Kenapa gitu?"

"Temperamen kuda betina lebih bagus. Dalam pertandingan polo, temperamen kuda itu salah satu faktor penting. Mereka harus selalu responsif di bawah tekanan dan harus mudah dikendaliin."

Jemy mengangguk-anggukan kepalanya lalu mengelus surai lembut milik Rhiannon. "Jadi gitu. Kamu udah kerja keras hari ini, Cantik. You deserve a good treats. Kamu harus minta makan yang enak ke Yoru. Jangan mau kalau cuma dikasih rumput."

Tawa Yoru berderai mendengar celetukan Jemy. Ia lalu mengelus punggung Rhiannon sayang dan menatap pemuda di depannya dengan sorot mata teduh. Keduanya kembali melanjutkan obrolan mereka. Hanya obrolan ringan, sekedar basa-basi, namun ternyata menarik perhatian seseorang. Keduanya tak sadar bahwa interaksi mereka tengah diawasi oleh seorang pria di dekat tenda VIP.

SCARLET | NOMIN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang