PAGI ini Dimas Kairi, manajer The Royal Paradise Hotel mendapat sebuah kejutan. Ia sedang berdiri di dekat meja resepsionis, menyapa tamu-tamu hotelnya seperti biasa ketika kejutan itu datang. Kejutan berupa seorang pemuda tampan berparas manis yang mengenakan baju cukup menarik perhatian. Gaya berpakaiannya jelas akan langsung terlihat kontras di antara tamu yang berpenampilan elegan. Pemuda itu siapa lagi kalau bukan Jemy. Ia masih mengenakan pakaiannya kemarin.
Cara berpakaian Jemy mengingatkan Dimas dengan pramuria di Palong Street. Meski sudah beberapa kali berkunjung ke salah satu bar di sana, Dimas tidak pernah sekali pun mendapatkan tamu yang menginap di hotelnya berasal dari Palong. Ini adalah pertama kalinya ia bertemu dengan orang seperti Jemy di hotelnya.
Pemuda dengan kaus tanpa lengan berkerah rendah itu mendekati meja resepsionis. Dimas melirik sekilas lalu melanjutkan obrolannya dengan salah seorang tamu dari Italia. Mengawasi Jemy dengan ekor matanya.
Seorang wanita muda nan cantik menyapa Jemy dengan ramah.
"Selamat pagi, perkenalkan saya Arum. Ada yang bisa saya bantu?"
"Hai," balas Jemy sambil menyerahkan sebuah keycard. "Nitip ya, saya mau pergi. Takutnya ilang kalau saya bawa-bawa sendiri."
Pegawai hotel itu mengangguk dan setelahnya Jemy pun pamit. Ia berjalan melewati Dimas dengan langkah cepat. Hampir saja menabrak seorang staf yang sedang mendorong troli penuh dengan koper dan barang-barang.
Dimas menatap Jemy hingga menghilang di balik pintu masuk. Tamu yang mengajaknya bicara telah pergi dan ia pun berjalan menuju meja resepsionis.
"Barusan tadi siapa?" tanya Dimas pada Arum, resepsionis yang melayani Jemy.
"Nggak tahu, Pak. Cuma nitip kunci terus pergi," jawab Arum sopan. Dimas mengangguk tak meneruskan lagi percakapan mereka sebab muncul tamu lain yang mengajaknya bicara.
—
Rodeo Street adalah sebuah pusat belanja paling eksklusif di Marine Park atau bahkan Kota J. Jalan membentang sepanjang tiga kilometer itu adalah rumah bagi merek-merek internasional terkemuka. Hampir semua toko yang ada di sana adalah hasil rancangan para arsitektur ternama, menjadikan Rodeo Street sebagai salah satu jalan paling mahal dan artistik di seluruh dunia.
Pengunjung Rodeo Street berasal dari kalangan atas. Terlihat dari pakaian yang melekat di badan. Elegan, anggun dan cantik. Baju-baju yang dikenakan pun berasal dari merek-merek ternama itu dan mereka berjalan sambil menenteng tas-tas belanja dari butik-butik berkelas. Maka, ketika Jemy berjalan dengan outfit-nya, ia langsung menjadi pusat perhatian.
Awalnya, Jemy tak ambil pusing. Lagi pula dia datang bukan untuk mengemis. Ia punya uang. Uang di rekeningnya banyak. Apalah pandangan remeh itu, Jemy tak peduli. Ia melenggang dengan santai dan percaya diri. Seperti manusia paling kaya sedunia.
"Wow, kapan lagi gue nginjekin kaki di wilayah elit begini," gumam Jemy saat melihat papan nama yang berada di bagian depan butik.
"Louis Vuitton, Chanel, Diamonds on Rodeo, Gucci, Cartier. Holy shit..." Jemy tahu merek-merek itu. Tapi hanya sebatas nama. Bentuk dan wujudnya hanya berupa gambar digital hasil unggahan para seleb di Instagram. Tak pernah ia kira bahwa angan-angannya untuk melihat barang-barang mahal itu secara langsung bisa terwujud seperti ini.
Jemy menatap ke arah jendela display toko Cartier. Di sana terpajang satu set perhiasan bertahtakan berlian. Di dorong rasa penasaran, Jemy mendekat untuk melihat. Semuanya indah berkilau. Begitu pula harganya. Cantik dilihat tapi membuat dompet jadi tak sehat. Ia kemudian berlalu pergi dengan sebuah senyuman kecut.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCARLET | NOMIN [END]
Fanfiction"Lima puluh juta, enam hari. Dan setelah ini selesai, aku akan melepasmu pergi." - Jensen Lynx, CEO dan pebisnis sukses yang gila kerja mengajak Natanio Jeremy untuk tinggal bersamanya selama seminggu di sebuah penthouse hotel termewah. Pada awalnya...