09. Dalmation Park Mansion

5.5K 491 52
                                    

ERIC berjalan menuju ruang kerja dengan secangkir kopi di tangan. Pukul 09.00 ia telah bersiap, memulai pekerjaannya dengan menyalakan komputer dan mengecek agendanya hari ini.

Jari-jarinya kemudian lincah bergerak di atas keyboard, membalas semua surel penting. Tepat di surel ketiga, ia berhenti lalu mengambil ponselnya dan menghubungi Jensen.

Telepon Eric dijawab pada dering kelima. "Halo?"

"Halo, Jen. Gue udah atur makan malam lo sama Mr. SeoE jam delapan."

"Oh, that's good."

"Nanti dia dateng sama anaknya. You know, dia lagi ngajarin anaknya ngelola perusahaan."

"Ya, ya gue tahu... Dia ikut klub polo. Gue pernah sparring sama timnya tahun lalu."

"Oh, ya? Kapan? Kok gue nggak tahu?" tanya Eric. Dia juga ikut klub polo. Satu tim dengan Jensen namun tak ingat pernah latih tanding dengan timnya Yoru, anak sulung pemilik SHI.

"Tahun lalu. Pas elo lagi di LA."

"Ah, pantesan. But anyway, Jen... Soal makan malam nanti, sekali lagi gue ingetin kalau elo jangan dateng sendirian..."

"Betapa kucinta padamu. Katakanlah kau cinta padaku. Sematkan aku di hatimu..."

Eric menelengkan kepala. Mengernyit bingung dengan suara di belakang Jensen.

Beralih ke penthouse, Jensen sedang berada di ruang tengah, memegang sebuah dokumen di tangan. Di telepon sedang ada Eric yang mengingatkannya tentang makan malam hari ini. Ucapan terakhirnya berbaur dengan sebuah nyanyian yang keluar dari kamar mandi. Senyum tipis Jensen terbit. Ia kemudian beralih menuju sumber suara sambil terus mendengarkan ocehan Eric melalui telepon.

"Baiknya elo jangan datang sendiri. Biar nggak terlalu kaku. Lo tahu sendiri, Mr. Seo suka suasana yang hidup. Kalau elo dateng sendiri apa nggak garing. Lo kan anaknya ngebosenin."

"Sialan lo," sahut Jensen, meski begitu ia terkekeh membenarkan. "Go find a date. Biar suasananya lebih santai dan negosiasinya lebih gampang. Cewek yang ngantri buat elo ajakin pasti banyak. Pilih aja satu. How is it?"

Jensen tak menjawab. Perhatiannya teralihkan pada suara nyaring dari dalam kamar mandi yang terdengar semakin tinggi, "Jensen? Did you hear me?" panggil Eric.

"Ya, ya, gue dengerin," sahut Jensen cepat seraya berjalan pelan memasuki kamar mandi yang tak terkunci. Di sana, Jemy sedang berendam sambil mendengarkan lagu 'Aku Cinta Padamu'-nya Dato' Sri Siti Nurhaliza melalui earbud. Ia memejamkan mata, bernyanyi dengan riang menikmati waktunya.

"Hiasilah hati dengan cinta suci. Selamanya, huooooo..."

"Suara siapa tuh?" tanya Eric.

Jensen berdiri di dekat bak mandi besar yang penuh busa, tapi Jemy, terhanyut dalam dunianya dengan musik yang terlalu keras dan mata yang terpejam, tidak menyadari kedatangannya.

Eric terkejut saat mendengar nyanyian yang semakin nyaring melengking.

"Aku kan menunggu. Walaupun seribu tahun lagiiiiii..."

"Jensen?"

"Housekeeping is singing," dusta Jensen.

Eric mencoba untuk berkonsentrasi dan tak menghiraukan suara parau di belakang. Ia kembali meyakinkan Jensen supaya membawa seseorang untuk menemaninya nanti malam. "Atau lo mau gue cariin? Gue ada kenalan cewek-cewek cakep yang sesuai sama kriteria lo."

Jensen mendengkus pendek. "No. You don't. Kenalan lo gold-digger semua." Ia beralih duduk di tepi bak, menatap Jemy lekat-lekat. "Lagian, gue udah dapet."

SCARLET | NOMIN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang