Selama hidup, Nana tidak pernah lepas dari segala kejadian yang diantar oleh waktu. Apapun masa yang telah berlalu, Nana dengan detail mengingatnya, kata Nana, dibanding kehilangan, ia lebih menyesal dan berani mengatai bodoh jika dirinya menghilangkan sesuatu yang teramat berharga.
Satu yang sampai kapanpun tidak bisa ditukar oleh harta sekalipun.
Kenangan. Nana memiliki banyak kenangan dimasa lalu, masa disaat Nana yang baru belajar berjalan, belajar berbicara, bersekolah yang diantar Ibu, pulang dijemput Ayah, di rumah tidak pernah kesepian, memiliki sosok Kakak perempuan yang sering mengajaknya bermain.
Melamun didepan ruangan lab. Nana disadarkan saat tangan seseorang yang menyodorkannya botol minuman dingin.
"Udah prakteknya?"
"Belum Ja, belum. Gua udah diluar yang berarti udah." meski kesal dengan pertanyaan bodoh Raja, Nana tetap membalasnya sambil menggeser sedikit posisi duduk.
Raja tertawa, pandangannya terus meliar pada setiap sudut ruangan-ruangan khusus bagi para fakultas kedokteran. Yang Raja lihat tadi, Nana baru saja keluar dari ruangan dengan tulisan Biokimia. Wajah kusut Nana sudah menjelaskan semuanya. Semester awal, Raja sudah melihat Nana yang sibuk sekali. Padahal ia ingin mengajak Nana untuk ikut organisasi di universitas ini sekedar menambah pengalaman.
Tapi, melihat temannya yang sibuk, Raja jadi tidak tega untuk mengajak Nana.
"Enggak ada kelas lo, gua lihat-lihat santai bae lo dari pagi," kata Nana sambil membuka penutup botol.
"Ini baru selesai. Oh iya Na, malam nanti kata Pak Andre bakar-bakar dong, dan lantai dua kebagian buat beli ikan di pasar. Dan sangat kebetulan lagi, kamar yang ada dilantai dua bareng kita nyerahin semuanya sama kita." Raja berkata seperti membawa kabar tak bahagia untuk Nana, raut wajah Nana tidak bisa berbohong. Ia malas, Nana inginnya tidur bukan bakar-bakar.
"Terus? Ada kebetulan lagi part dua enggak?"
"Ada. Bang Mark, sama Echan yang bantu anak-anak lain buat cari kayu dan urus bahan masakan, jadi, lo, gua sama si Jeno nak songong itu yang belanja ke pasar yey!"
Nana mendesah pelan, ia membiarkan pandangannya terus melihat pada sekitar area yang nampak tidak sepi. Ada beberapa mahasiswa yang baru keluar ruangan, ada juga yang berjalan menuju kantin kampus.
"Yaudah sih kalo lo bisa sendiri kenapa harus sama gua?"
Raja merotasikan mata malas. "Kalau gua enggak bisa?"
"Ya apalagi gua," balas Nana kembali.
"Bocah stress, emang enggak bisa kenapa si? Tinggal ke pasar beli ikan, udah deh pulang. Si Jeno gua tebak enggak bakalan mau tuh bocah," ucap Raja yang sepertinya masih tak suka dengan kehadiran si oknum Jeno.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mai[son] ✓
FanfictionBook 4🕊 [Sudah end]✓ [Belum revisi] Maison dalam bahasa Prancis artinya rumah. Didefinisikan sebagai bangunan yang tak kasat mata, atap adalah kenyamanan dan hangat adalah pertemuan. Bagi sebagian orang 'rumah' bagi mereka adalah keluarga, namun b...