Extra part 🕊

112 15 0
                                    

Suasana Kota Kuningan saat ini tak cerah tak juga mendung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana Kota Kuningan saat ini tak cerah tak juga mendung. Sangat cocok untuk sekedar berjalan-jalan sore. Seperti ketiga pemuda yang saat ini sedang berada di dalam mobil, tujuan mereka saat ini adalah mengunjungi rumah baru salah satu teman mereka.

"Bang, kira-kira gue bakal nangis lagi enggak ya?" celetuk Echan.

"Enggak papa kalau mau nangis, Chan. Cowok juga berhak nangis," timpal Bang Mark sembari fokus menyetir.

"Lo bilang gitu tapi enggak mempraktekkan ke diri lo sendiri, Bang. Lo selalu berusaha kuat," kata Jeno.

Bang Mark terkekeh. "Kalau gue juga nangis, siapa yang bakal tenangin kalian?"

"Kita bisa nangis bareng-bareng nanti," ucap Echan.

"Bener tuh. Pokoknya jangan ada yang sok kuat sebentar," lontar Jeno.

Setelah ucapan Jeno terlontar, mobil mereka telah tiba di sebuah pemakaman umum, tempat salah seorang teman mereka dikebumikan.

'Javier Narendra'

Senyum getir ketiganya tunjukan ketika membaca sebuah nisan di depan mereka. Empat tahun lalu, mereka kehilangan dua teman dalam satu waktu. Siapa sangka, hari itu adalah hari terakhir mereka bersama.

"Apa kabar, Na? Udah lama ya kita enggak ngunjungin lo. Maaf ya, kita sibuk sama skripsi. Tapi sekarang kita udah bebas dari skripsi." ucapan Bang Mark membuka obrolan.

"Bener, tahu enggak lo, si Jeno jadi lulusan terbaik di wisuda kemaren. Sayang banget lo sama Raja enggak bisa hadir," timpal Echan.

"Kalau si Nana dan Raja hadir, kemungkinan bukan gue yang jadi lulusan terbaik tapi mereka," kata Jeno.

"Iya sih."

Jeno maju selangkah. "Penghargaan ini gue beri buat lo sama Raja. Sesuai janji gue untuk meneruskan perjuangan kalian untuk jadi lulusan terbaik."

"Besar tuh perjuangan si Jeno, Na. Harus lo beri apresiasi sih," ucap Echan diangguki Bang Mark.

"Oh iya, besok kita bertiga mau ngunjungin si Raja juga. Sampaikan ke si Raja ya, bilang kita mau ngunjungin rumah baru dia," ujar Bang Mark.

Hembusan angin menerpa ketiganya, seakan sosok itu benar-benar berada disini dan mendengarkan semuanya.

"Empat tahun tanpa lo dan Raja ternyata bener-bener berasa ada yang kurang ya. Jujur, ini terlalu berat. Lo berdua udah gue anggap kayak adek gue sendiri, gue benar-benar berasa di tinggal adek. Mana sekaligus dua lagi," kekeh Bang Mark yang terdengar getir.

"Jahat banget, lo berdua padahal udah janji bakal langsung pulang ke kostan dan enggak akan singgah kemana-mana. Eh ini malah pergi kejauhan," timpal Jeno.

"Kita kangen lo berdua. Apalagi si Raja, tuh anak berhasil buat gue nangis kejer karena kangen, haha. Padahal gue pernah bilang kalau gue enggak bakal rinduin tuh anak kalau dia pergi jauh, eh sekarang gue kena karmanya, lucu banget emang takdir. Btw jangan bilang-bilang ke Raja ya, nanti di ledekin gue." mulut Echan mungkin terkekeh, namun matanya sudah banjir oleh air mata.

Mai[son] ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang