Bagian 18🕊

42 8 0
                                    

Anindita itu artinya sempurna, Nayanika mata yang indah dan memancarkan daya tarik,  Nirmala artinya cacat, cela, bersih dan tidak bernoda, sementara itu Lusiana Indriyani bukan kata diksi, melainkan sosok gadis pemilik rambut hitam legam, panjang...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anindita itu artinya sempurna, Nayanika mata yang indah dan memancarkan daya tarik,  Nirmala artinya cacat, cela, bersih dan tidak bernoda, sementara itu Lusiana Indriyani bukan kata diksi, melainkan sosok gadis pemilik rambut hitam legam, panjang yang memiliki tiga makna kata didiksi pada dirinya.

Sempurna, mata yang indah, bersih dan tidak bernoda.

Munafik rasanya, jika tidak pernah ada seorang laki-laki yang menaruh hati pada sosoknya. Selama Raja hidup, tak pernah sekali pun, ia merasa resah perihal kata hati.

Menaruh perasaan pada seseorang memang sudah menjadi hasrat seorang manusia, Raja pernah jatuh cinta pada masa SMP dulu, sosok gadis yang berhasil membuatnya pertama kali mengenali apa itu cinta. Dan sekarang, terjadi kembali.

"Woi! Ini slogan siapa nyangkut di atas pintu kamar kita woy!"

"Maksud gua, spanduk siapa ini! Kalau enggak ada yang ngaku gua bakar ya!"

Spanduk. Bang Mark menitipkan spanduk yang baru dicucinya pada Raja, spanduk yang Bang Mark pasang, untuk para anggota kamar delapan. Bertuliskan pesan, jangan malas, yang malas anak setan. Setiap hari Minggu, kamar harus bersih. Kurang lebih seperti itu.

Mendengar teriakan itu kembali, Raja buru-buru keluar sambil celingak-celinguk mencari sumber suara.

"Habis gua, mana lagi itu orang yang teriak-teriak. Jangan-jangan, spanduk nya beneran di bakar." Raja panik sendiri, ia berencana untuk mengecek pada setiap kamar dilantai dua.

Baru dua kakinya melangkah, pesan masuk membuat Raja tak bisa mengalihkan lebih dulu pada pesan dengan nama kontak yang membuat Raja tersenyum. Buru-buru mengantungi ponsel dan kembali pergi menuju kamar kost. Melupakan tentang spanduk yang tiba-tiba hilang, mungkin ia akan mendapat ceramah panjang Bang Mark.

Itu belakangan, yang paling depan adalah bertemu dengan seseorang.

Echan baru saja datang setelah melakukan lari pagi dihari Minggu yang cerah ini, diikuti Bang Mark dan Jeno. Nana? Entah, perginya anak itu hanya diketahui oleh Bang Mark yang katanya Nana mau bertemu dengan seseorang. Dan sedikit ada perlu diluar.

"Ngapain lo kibas-kibas rambut, lagi, mau kemana? Hari ini kita harus beres-beres kamar," kata Echan sambil berdiri di samping Raja.

"Gua mau keluar. Dan, gua hari ini absen enggak ikut bersih-bersih ya guys, Babang Raja mau ketemuan."

"Sama cewek," bisik Raja setelahnya.

"HAH?!"

Raja memukul bahu Echan. "Berisik, enggak usah kaget kali. Muka gua yang ganteng gini, siapa sih yang enggak suka?"

"Penyakit pede nya kambuh," ucap Bang Mark langsung disambut tawa Echan dan Jeno.

"Yaudah bye semua! Bentar lagi gua enggak jomblo yuhu, buru dah kalian cari pacar juga yaa." Raja berucap sambil berlari ketika Echan yang sudah siap menimpuknya oleh bantal.

Mai[son] ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang