Bagian 7🕊️

64 10 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Minggu pagi, Nana dan Raja sudah siap dengan pakaian olahraga mereka. Mereka berdua berniat untuk jogging bersama hari ini. Awalnya mereka mengajak kedua temannya yang lain, namun mereka menolak dengan alasan malas katanya.

"Gue sama Raja berangkat dulu ya, Bang," pamit Nana kepada Bang Mark.

Jika kalian bertanya, di manakah oknum bernama Echan? Tentu saja jawabannya sedang tertidur pulas di kasur miliknya saat ini.

Bang Mark mengangguk. "Hati-hati kalian berdua, pulangnya gue nitip makanan ya, sekalian buat si Echan. Uangnya nanti dikasih pas kalian pulang."

"Oke, siap!"

"Yok, Ja!" Raja mengangguk.

Keduanya berjalan bersama sembari bercerita banyak hal. Namun, tepat di pertengahan tangga langkah mereka terhenti sebab berpapasan dengan sosok yang jarang sekali mereka temukan di kamar mereka, siapalagi kalau bukan Jeno.

"Minggir," ketus Jeno.

Raja meliriknya sinis. "Monggo, Tuan. Kita udah buka jalan kok ini," ucap Raja berpura-pura tersenyum.

Tanpa memperdulikan mereka lagi, Jeno langsung melenggang begitu saja.

"Dih? Dasar orang gajelas," cibir Raja.

Nana memukul pelan tangan temannya itu. "Jangan cari ribut pagi-pagi, mau lo di bogem lagi kayak waktu itu?"

"Ya, enggak sih. Yaudahlah berangkat sekarang yok, keburu siang nanti," ajak Raja.

"Iya, ayok."

Raja dan Nana berkeliling komplek sembari berlari kecil. Mereka sesekali menyapa warga sini dengan ramah, padahal mah enggak kenal siapa mereka.

"Na, laper. Cari makan yok," ucap Raja.

Nana mengangguk. "Yaudah, ayok. Mau makan apa?"

"Hm, apa ya?" Raja terlihat berpikir sejenak.

"Oh iya, gue tahu mau makan apa," lanjut Raja dengan sumringah.

Nana mengangkat alisnya sebelah. "Makan apa?"

"Seblak!" seru Raja terlewat senang.

Nana sontak tertawa pelan mendengar jawaban Raja. "Masih penasaran lo sama rasa seblak?"

Raja mengangguk cepat. "Udah lama banget gue pengen makan seblak, nah sekarang ayok kita makan seblak!"

"Tapi enggak papa emang makan seblak pagi-pagi?"

"Udah, itu urusan belakangan," ujar Raja tak peduli.

"Haha, iya ayok. Tapi kalau lo sakit perut, jangan salahin gue lho ya."

"Iya-iya, enggak."

Raja dan Nana kembali berjalan menuju warung seblak. Ngomong-ngomong Nana sudah punya langganan seblak disini, rasanya tak jauh beda dengan seblak buatan Ibunya, tapi tetap buatan Ibunya yang nomor satu.

Mai[son] ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang