Bagian 2🕊️

111 18 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Langit tidak pernah terlihat secerah ini, temaram lampu yang biasanya membuat jalanan sedikit agak gelap, entah kenapa sore hari ini terlihat terang disetiap kaki Nana melangkah menyelusuri trotoar jalan.

Diselimuti para pedagang yang Nana sapa setiap ia lewat, juga beberapa kendaraan yang masih memenuhi padatnya jalanan, Nana tersenyum tipis, menanteng dua buah plastik kecil yang isinya makanan.

Tiba-tiba Nana berceletuk, sebuah imajinasi konyol secara mendadak muncul pada kepalanya. "Haha, ini tuh lagi simulasi, jalan-jalan sore sama Raja nanti pas di sana."

Yang Nana tahu, kota Yogyakarta itu kota tempat dimana orang-orang sering melakukan refreshing, berlibur kesana, lalu menghabiskan waktu bersama dengan keluarga. Saat SMP dulu, Nana dan teman-temannya sempat pergi study tour. Nana hanya tahu sebatas candi Borobudur, dan makanan-makanan khas sana.

Tin!

"Dek? Ngapain sore-sore di luar sendirian?"

Suara itu tidak asing menyapa gendang telinga Nana. Ia menghentikan langkah, lalu melihat ke samping dimana sang Ayah yang tengah berbicara padanya sambil melepaskan helm.

"Eh ada Ayah, habis beli jajan Yah, um, Ayah baru pulang? Gimana kerjaan Ayah, lancar?"

"Alhamdulillah, lancar kaya peredaran darah Ayah haha. Udah ayo naik, pulang sama Ayah." tidak membantah, Nana lantas naik ke atas motor sang Ayah, lalu setelah itu ia berada di antara beberapa kendaraan yang berlalu kesana-kemari dengan arah dan jalur yang berbeda.

Ketika Nana sedang bersama Ayah, menghabiskan waktu berdua. Terkadang, Nana sering lupa, jika ia masih memiliki keluarga yang lengkap, Nana punya Ibu, Nana juga punya Teh Luna. Saudarinya yang paling Nana sayangi. Ketimbang kumpul bersama keluarga besar, Nana lebih merasa nyaman, jika hanya berdua dengan Ayah.

Udara sore yang menjelang malam itu, terasa agak dingin. Nana yang hanya memakai kaos tipis lengan panjang menyatukan dua tangannya sambil melihat-lihat jalanan, tidak ada obrolan, namun Nana merasa aman dan nyaman jika bersama dengan Ayah.

"Adzan Na, mau nyari mushola dulu enggak?" tanya Ayah sedikit berteriak.

"Boleh, Yah. Di depan sana dekat tukang sol sepatu ada mushola," kata Nana yang diangguki oleh Ayah.

Sekitar kurang lebih 500 meter jarak yang mereka tempuh, Nana dan Ayah memasuki mushola yang sudah terlihat beberapa orang mampir kemari, melepas alas kaki, kedua laki-laki itu lantas pergi ke tempat wudhu, lalu mulai berbaris menyesuaikan shaf. Melaksanakan ibadah sholat magrib secara berjamaah dengan baik.

Tidak menyita waktu yang lama, setelah selesai, Nana dan Ayah duduk di pinggiran mushola, hanya mengobrol random yang membuat Nana sesekali tertawa saat Ayah memberikannya jokes ala bapak-bapak.

"Hah, rasanya Ayah belum siap kalau kamu nanti lolos SNMPTN. Terus kuliah disana, ngekos pulang ke sini cuman pas libur aja, nanti Ayah kangbrat tahu," ucap Ayah sambil ikut menyomot jajanan yang Nana beli tadi.

Mai[son] ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang