Bagian 24🕊

46 11 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Suatu Rabu, Raja pernah menuliskan isi hati lewat aksara yang ia tulis diatas kertas. Kertas itu Raja rakit dari serat-serat waktu yang telah berlalu, dulunya, Raja memiliki hobi atau bahkan memiliki bakat dalam merangkai kalimat per kalimat menjadi sebuah puisi yang indah.

Diksi itu menjadi pilihannya, dan sajak menjadi teman Raja disetiap situasi. Jika pelukis, menyatakan emosinya lewat gambar, maka Raja menyatakan lewat tulisan.

Namun, sudah sangat lama, bahkan sudah tidak pernah lagi, Raja menuliskan kalimat-kalimat yang dulu banyak disukai oleh temannya. Ketika Raja beranjak dewasa, bukan hanya perihal waktu yang setengahnya hilang, tetapi, sepertinya Raja juga sudah banyak kehilangan moment.

Atau bahkan, Raja lupa caranya untuk tertawa, tanpa menaruh topeng yang lain dibelakangnya.

"Gimana, dilihat enggak sama adek gua?" tanya Raja sambil ikut melirik ponsel Bang Mark yang menyala.

Laki-laki penyuka semangka itu menggeleng, sambil merebahkan tubuhnya diatas kasur. "Adek lo ngambeknya kaya cewek, mainnya blokiran."

Raja terkekeh saat balasan dari Bang Mark yang terkesan jujur.

"Adek gua 'kan masih dalam masa pertumbuhan eakk, makanya kelihatan kaya masih kekanak-kanakan," ucapnya lalu ikut membaringkan badannya disamping Bang Mark.

"Pala lo kotak, bentar lagi adek lo nyusul lo jadi mahasiswa, masih aja dibilang kecil," lontar Bang Mark, tangannya beralih kembali membuka room chat yang ternyata sangat ramai di grup kost Bapak Andre.

Sebagai seorang anak sulung, tentunya Raja paham. Bagaimana adiknya yang meski sudah beranjak besar, selalu terlihat kecil dimatanya, masih sering menganggap jika adiknya itu anak kecil yang kemana-mana ingin ikut dengan Raja, pergi bermain dengan teman saja, Raja membawa adiknya.

"Woy udah pada lihat chat di grup? Kita disuruh ke rumah Pak Andre buat bikin acara tujuh belasan!"

Echan datang dari arah luar, diikuti Nana dan Jeno yang baru saja masuk, masing-masing tangan mereka memegang makanan bernamakan crondog, makanan yang sedang viral dikalangan anak anak muda.

"Sekarang? Enggak besok aja, 'kan ini dah malem," kata Raja, namun anak itu ikut bangkit ketika Bang Mark juga bangun dari posisinya.

"Besok 'kan puncak nya kasep. Hayu ahh, pasti seru rame gitu, semua anak kost pergi kesana, masa kita enggak?"

Usai kalimat itu terlontar oleh Echan, Bang Mark ngacir lebih dulu, terlihat begitu bersemangat, tidak lupa menarik tangan Echan juga Jeno. Meninggalkan Nana seperti biasa, berdua dengan Raja sekarang.

Luka Raja sudah terlihat kering, bahkan plester yang tertempel di pelipisnya sudah dicabut, dan kini hanya memperlihatkan luka goresan kecil itu yang sudah agak mengering, gips nya juga sudah dilepas, hanya kakinya masih terpasang tenscoprece. Dua tiga hari lagi, baru bisa diambil.

Mai[son] ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang