Bagian 15🕊

45 8 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Raja!" Raja yang baru keluar dari ruangannya berbalik. Melihat siapa yang memanggilnya, Raja memasang wajah datarnya.

"Kenapa?" tanya Raja.

Jeno, oknum yang memanggilnya menarik napas terlebih dahulu. "Gue mau bicara sama lo, di taman belakang."

"Buat apa? Gue rasa enggak ada yang perlu dibicarakan," ucap Raja.

"Ada, gue mohon kali ini aja." melihat Jeno yang sepertinya memang ingin mengatakan sesuatu, Raja mengalah.

"Oke."

Jeno dan Raja berjalan beriringan menuju taman belakang kampus. Diperjalanan tak ada percakapan sama sekali, hanya keheningan yang ada diantara keduanya. Namun, tanpa mereka sadari, sejak tadi ada yang mengikuti keduanya diam-diam.

"Lo mau ngomong apa? Langsung to the point aja," ujar Raja setelah sampai di taman belakang. Keadaan di taman yang sepi menjadi tempat yang cocok untuk membicarakan hal penting.

"Gue mau pindah," ucap Jeno.

Raja tak bergeming, ia membiarkan Jeno untuk melanjutkan ucapannya.

"Gue mau pindah asrama jadi lo enggak usah takut lagi gue rebut Nana dari lo. Maaf udah buat pertemanan kalian hancur, gue--"

Bugh!

"Maksud lo ngomong gitu apa, sialan!" mendengar ucapan Jeno, Raja tersulut emosi dan tanpa babibu langsung membogem mentah Jeno.

Jeno bangkit lalu menatap tak mengerti kearah Raja. "Lo yang apa-apaan mukul gue? Bukannya itu berita bagus buat lo? Lo sehar--"

"Enggak! Gue enggak suka! Puas lo!" Jeno terdiam.

"Asal lo tahu! Lo itu manusia yang paling enggak tahu diri! Nana udah dengan suka rela mau temenan sama lo, dan lo? Lo malah mau ninggalin dia?!"

"Tapi lo--"

"Apa? Lo mau bilang kalau gue enggak suka sama kedekatan kalian? Ya, gue emang enggak suka sama kedekatan kalian. Tapi gue lebih enggak suka sama orang yang enggak tahu diri kayak lo. Setelah dengan senang hatinya Nana nerima lo untuk jadi temannya dan lo dengan enggak tahu dirinya malah mau ninggalin teman lo satu-satunya? Ck, enggak habis pikir gue sama lo," hardik Raja menatap tajam Jeno yang hanya terdiam.

"Cukup gue, Jen. Cukup gue aja yang ninggalin dia. Lo jangan, gue mohon jangan tinggalin Nana. Terserah lo mau berpikiran gue orangnya plin-plan, terserah. Gue hanya mohon ke lo, jangan tinggalin Nana. Apa perlu gue bersujud depan lo biar lo enggak pindah?" nada bicara Raja mulai merendah.

Jeno sontak menggeleng, kali ini Jeno yang menatap tajam Raja. "Jangan macam-macam, Ja! Gue mau pindah karena gue enggak mau bawa kesialan dihidup lo dan Nana! Cukup karena gue bokap dan nyokap gue cerai! Cukup karena gue Kakak gue meninggal! Gue udah muak melihat orang-orang didekat gue selalu kena sial karena gue! Gue muak!"

Mai[son] ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang