Bagian 17🕊️

44 7 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Suasana kantin yang ramai tak mengusik keasikan sekelompok cowok yang sedang bercanda. Mereka adalah anak kamar delapan ditambah dengan Chenle. Mereka berenam asik mengobrol, em sebenarnya ada yang hanya menyimak. Siapa lagi kalau bukan Jeno, dia masih sedikit canggung dengan Chenle.

"Santai aja kali, Jen. Lo kayak sama siapa aja. Gue buka anak presiden kali, lagian yang anak pemilik kampus 'kan lo. Kok jadi lo yang canggung gitu," ucap Chenle terkekeh.

Sedangkan Jeno hanya merespon dengan senyuman tipis. Bagaimana tidak canggung, dia tak pernah berbaur seperti ini. Dulu dia hanya sendirian, tak ada teman sama sekali. Makanya dia binggung untuk memulai percakapan.

"Maklumin aja, Le. Si Jeno 'kan baru keluar dari goa, makanya susah bergaul," ledek Raja. Mereka semua tertawa, kecuali Jeno yang memutar bola matanya malas.

"Ngomong-ngomong gue jadi inget waktu lo ditonjok si Jeno, Ja. Eh sekarang udah jadi bestie aja," ujar Echan.

"Haha, gue juga. Baru sekali tonjok udah tumbang. Lagian sok-sokan sih, badan mini gitu mau lawan Jeno yang super duper besar," timpal Bang Mark.

Raja yang diledek pun menatap mereka sinis. "Dih, jangan mentang-mentang badan gue mungil gini lo bisa remehin ya. Gue waktu itu tumbang karena si Jeno enggak pake aba-aba mukulnya."

"Ah masa?" ledek Echan dengan wajah tengilnya.

Raja tersulut. "Lo--"

"Stop! Elah malah gelud lo berdua," lerai Nana.

"Si Echan tuh, buat emosi gue mulu."

"Tapi gue setuju sama Raja. Walau badannya kecil, tenaga dia juga enggak main-main. Udah pernah rasain soalnya," celetuk Jeno tiba-tiba.

Sontak Echan, Bang Mark dan Chenle menatapnya tak percaya. "Yang bener lo?"

Jeno mengangguk. "Kalau enggak percaya, tanya aja si Nana. Dia juga saksinya."

Nana yang ditatap dengan tatapan menuntut penjelasan pun menghela napas. "Iya, si Raja pernah nonjok si Jeno di taman belakang kampus."

Raja menatap mereka yang meledeknya tadi dengan tatapan sombong. "Tuh dengerin, tuh!"

"Cih, sombong," kata Echan.

"Wah, nih bocah emang minta di gebuk ya!" Raja sudah mengambil ancang-ancang mengangkat kursi, sedangkan Echan bersembunyi dibelakang Nana.

Baru saja Raja ingin melancarkan aksinya, tiba-tiba seseorang datang yang membuat aksi Raja ia urungkan.

"Em, permisi. Gue boleh ikut duduk disini enggak? Bangku yang lain udah penuh," lontar orang itu.

Mereka berenam menoleh. "Lho? Lusi bukan?" tanya Raja.

"Eh, ada kalian berdua ternyata," ucap orang itu yang ternyata Lusi.

Mai[son] ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang