Bagian 16 🕊

50 8 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Perkiraan cuaca hari ini mendung 19C. Pukul lima pagi tadi, hujan sudah mengguyur walau tidak deras, namun cukup membuat tanah basah dan aroma petrichor tercium setelahnya.

Meninggalkan jejak berupa air, dan membawa suhu menjadi lebih dingin dari biasanya, terhitung oleh jari sudah ada keempat kalinya hujan mengguyur kota Yogyakarta. Pagi ini, Nana dan Raja mengambil kuliah pagi, mereka tidak bisa berangkat bersama dengan Bang Mark yang membawa mobil.

Untuk itu, dua pemuda yang bertaut satu tahun, menunggu bus untuk mengantarkan mereka pada kampus tercinta.

"Ja, lo tahu mahasiswa dari universitas mana yang bakal masuk ke kampus kita sebagai pertukaran pelajar?" tanya Nana menolehkan pandangan, sementara dua tangannya dimasukkan pada saku jaket.

Raja mengangkat bahu, tanda tidak tahu. Raja tidak terlalu tertarik tentang pertukaran pelajar, baginya itu sama saja seperti kuliah pada umumnya, hanya saja mereka akan ditempatkan pada satu kelas dengan murid yang bukan berasal dari kampus yang sama.

"Kenyang btw kita dikasih makanan banyak banget sama Pak Andre, apalagi kita tukang icip-icip yakan," celetuk Raja yang mengundang tawa dari Nana.

Hari itu dibahas kembali. Kemarin mereka menghabiskan waktu sampai malam di rumah Pak Andre, pulangnya masing-masing anak dikasih satu plastik yang isinya berbagai macam makanan. Di dapur lantai dua penuh masakan yang dibawa mereka dari rumah pak hajat untuk dipanaskan, Nana sampai muak sekali mencium aromanya yang sudah bosan dari kemarin.

Langkah kaki Nana dan Raja dibawa masuk, saat bus berwarna kuning itu berhenti di halte yang mereka tempati. Meliarkan pandangan ke segala penjuru, ada dua kursi yang masih kosong, didekat jendela dan di samping ... oh tunggu, Nana dan Raja baru melihat mahasiswi yang sepertinya bukan dari universitas yang sama seperti mereka.

Mungkinkah itu yang dimaksud Na--

"Kedip Na, kedip!" bisik Raja seraya meraup wajah Nana yang masih menatap perempuan disebelahnya.

"Cakep Ja," balas Nana tak kalah pelan. Raja dan Nana kompak terkekeh sambil menutup mulut.

Perkiraan cuaca dari ponsel Nana tidak pernah melesat, sekarang bukan lagi mendung, tetapi hujan gerimis yang membuat Nana dan Raja kompak menutup kepalanya oleh tas kecil, meski berakhir sia-sia. Pakaian mereka tetap basah sedikit.

"Bagi gua aja lah Ja, gua mau itu buku yang lo beli waktu itu," kata Nana sambil berjalan menuju loby  kampus.

"Heh enggak ada ya. Itu gua susah susah nyari yang ada tanda tangan penulisnya, enak aja. Kalau baca sih boleh," balas Raja membuat Nana mengerucutkan bibir kesal.

"Taruhan deh taruhan, kalau lo menang, gua sukarela ikhlasin buku itu, kalau lo kalah bagi gua baca dan pinjam selama 1 bulan. Gimana, gimana?"

Raja merotasikan matanya malas. "hah sebenernya gua enggak mau, tapi karena lo yang waktu itu ikut anter gua, oke lah. Garuda atau melati?" tanya Raja sambil mengeluarkan koin 500 perak.

Mai[son] ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang