RUANG Sunyi!
[ Sebuah tempat dimana kita termenung dan berpikir kritis tentang banyak hal ]
Written by Wullandary95
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Malam telah berganti menjadi siang, yang mana sisi bumi lainnya telah berputar menghadap sang mentariㅡCahaya terangnya kini menyorot sisi bumi dengan sangat panasnya.
Angin yang sejukpun kini ikut menerpa disetiap dedaunan, rantingnya sedikit demi sedikit bergeser hingga membentur permukaan dedaunan yang sudah kering, daun yang sudah berubah warna menjadi kecokelatan itu terpaksa harus jatuh kedalam aliran air kolam.
Menyaksikan dedauan yang terus berjatuhan itu membuat si manis menatap penuh sendu kearah daun-daun yang berguguran dihadapannya. "Oh tidak! anginnya begitu kencang" Gumamnya kecil yang bahkan tidak bisa didengar oleh telinganya sendiri ketika bibirnya berucap.
Si manis yang dimaksud adalah Nuren Evaghint, Pria manis yang sudah sejak tadi memilih untuk mengasingkan dirinya ditepian kolam ikan yang berada dibelakang rumah milik kakek char.
Menikmati alam yang asri disetiap menjelang siang adalah hobi nuren baru-baru ini, apalagi suara percikan air yang bergelombang karena disebabkan oleh ikan-ikan didalam sana membuat jiwa dan hatinya menjadi tenang; Ah, sepertinya nuren memang butuh ketenangan untuk otaknya yang mana terus saja mengingat kejadian-kejadian memalukan yang dirinya lakukan bersama sang kekasih tadi malam.
Bahkan, kini wajah nuren masih bersemu merah saat otaknya tak sengaja mengingat adegan semalam, "Sungguh memalukan" Ucapnya tiba-tiba, seraya menangkup wajahnya sendiri menggunakan kedua telapak tangannya.
"Kau harus bisa mengabaikan rasa malumu, Nuren"
Suara dari seseorang yang sengaja nuren ingin hindari kini tiba-tiba terdengar ditelinganya, bahkan isi kalimatnya saja membuat nuren ingin menghilang dari muka bumi ini; Sungguh! ini sangat memalukan bagi siapapun, terutama dirinyaㅡBatinnya, perasaannya terus mengeluh akan kehadiran sosok pria yang membuat dirinya seperti orang gila dipagi-pagi buta.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZEENUNEW: Ruang Sunyi
Fiksi PenggemarTuhan, terkadang aku ingin bertanya. Mengapa takdirku bisa sekejam ini? Tetesan air mata ini bukanlah jalan yang ingin aku lalui didunia yang kejam ini. Namun, kaulah yang merangkai takdirku menjadi seperti ini, kehidupan yang penuh dengan kesedihan...