Bab 11

574 8 0
                                    

Sejak hari itu, kehidupan Fitri bagaikan di neraka. Fitri di bawa dari rumah Tante Rodiah ke rumah seorang lelaki berstatus suami yang sama sekali tidak di kenalnya. Tabungan Fitri sudah sangat menipis setelah digunakan untuk biaya berobat tantenya. Mungkin hanya akan cukup untuk makan sebulan. Jadi Fitri tak punya pilihan lain selain mengikuti suaminya. Meski hal itu berarti dirinya harus meninggalkan sekolah. Yah, suaminya yang bernama Pak Syamsul tidak mengizinkannya bersekolah. Dirinya harus tinggal di sebuah rumah besar bersama dua istri syamsul yang lain.
Dan yang paling membuat Fitri tertekan, adalah saat sang suami meminta hak-nya. Sungguh Fitri tak pernah membayangkan dirinya harus menyerahkan diri pada lelaki tua tanpa sedikitpun cinta di hatinya. Yang Fitri rasakan adalah rasa jijik dan benci setengah mati. Sesekali Fitri bertanya-tanya, mengapa jalan hidupnya harus begini? Apa dosa yang dilakukannya hingga harus kehilangan kehangatan keluarga dan akhirnya terjebak dalam takdir yang begitu menjijikkan?

Fitri menjalani hari-hari bagaikan robot tanpa jiwa. Air mata dan kesedihannya telah habis, yang tersisa hanyalah jiwa yang kosong dan telah putus asa. Di rumah besar itu suaminya tak perduli padanya. Hanya bermanis-manis saat ingin mengajaknya ke ranjang. Sementara dua istri Syamsul yang lain kerap memusuhinya karena merasa cemburu. Entah, apa yang harus dicemburui dari hidupnya yang menyedihkan. Mereka kerap menyuruh-nyuruh Fitri dan memperlakukannya seperti pembantu. Tapi tentu saja, Fitri tidak akan menurut. Fitri hanya menganggap suara-suara itu bagaikan angin lalu dan hal itu membuat mereka semakin kesal.
Setelah beberapa waktu tinggal disana Fitri kemudian tahu, bahwa perangai suaminya tak jauh berbeda dengan Om Hasan. Syamsul suka mabuk dan berjudi. Bedanya, Syamsul masih memiliki banyak harta dari peninggalan orang tuanya. Karena itulah syamsul bisa punya tiga orang istri.
Selama satu bulan lebih Fitri menjalani kehidupan barunya sebagai isteri ketiga. Fitri merasa tidak ada kebahagian dan tidak ada harapan. Kehidupannya di sana hanya sekedar membuang waktu dalam kesia-siaan. Fitri kemudian berfikir untuk mencari jalan keluar. Uangnya masih cukup meski tak seberapa. Mungkin selanjutnya dirinya bisa bekerja apa saja untuk menyambung hidup.
Begitu ada kesempatan, Fitri segera keluar dari rumah dengan membawa barang-barangnya yang tak banyak. Fitri berencana untuk pergi keluar kota agar suaminya tak mudah menemukannya.
Tapi sayang, saat baru saja sampai ke terminal, orang-orang suruhan suaminya datang dan menyeretnya pulang. Konon katanya Mbak Yuni, istri pertama Syamsul melihatnya kabur dan langsung melapor pada suaminya. Entah kenapa Mbak Yuni harus melapor, bukankah seharusnya dia justru senang kalau Fitri pergi dari rumah? Entahlah. Lagi-lagi Fitri hanya bisa pasrah.
Begitu sampai di rumah, Syamsul langsung menyeret Fitri masuk ke dalam kamar. Di dalam kamar Syamsul menyetubuhi Fitri berulang kali tanpa ampun dalam keadaan marah.

"Bukankah aku memperlakukanmu dengan baik selama ini? Apa yang membuatmu ingin pergi dariku?"
Tanya syamsul sambil menatap tajam pada istri ketiganya itu.
Fitri hanya diam dengan wajah pucat karena kelelahan.

"Apa kamu benar-benar ingin pergi dariku?", Tanya Syamsul lagi.
Kali ini Fitri mengangguk.

"Baiklah kalau itu maumu, aku ceraikan kamu sekarang juga, mulai detik ini kamu bukan lagi istriku..."

"Tinggalah di kamarmu malam ini, besok aku mengurus kepergianmu dengan lebih pantas dan ingat, jangan sekali-kali mencoba untuk kabur!"
Fitri hanya mengangguk dengan bahu gemetar.

Apakah ini mimpi? Jadi semudah ini Syamsul melepaskannya? Jika tahu akan semudah ini tentu dirinya akan meminta diceraikan baik-baik.
Malam itu Fitri akhirnya tertidur lelap karena kelelahan setelah berbagai drama yang dialaminya hari itu. Fitri tertidur dengan tersenenyum, sebab esok dirinya akan segera bebas dari suami br*ngsekmya itu.

Pagi-pagi sekali, Fitri sudah bangun. Fitri segera mandi dan bersiap untuk pergi, tapi kali ini Fitri hanya akan berpamitan dengan baik-baik.

"Tunggulah sebentar, nanti akan ada orang yang menjemputmu...", begitu kata Syamsul.

"Tidak perlu, aku bisa pergi sendiri, terimakasih banyak...", tolak Fitri dengan halus.

"Ah itu orangnya sudah datang, tunggu sebentar disini..."
Syamsul sama sekali tidak menghiraukan Fitri dan menemui orang itu. Mereka terlihat mengobrol beberapa saat, sebelum seorang perempuan paruh baya menghampiri Fitri.

"Ayo, manis ikutlah denganku, aku akan mengantarmu..."

"Mengantar kemana Bu?"

"Aku punya rumah di kota, kamu bisa tinggal di sana untuk sementara waktu..."

Dalam kebingungannya, Fitri dipaksa untuk mengikuti wanita paruh baya itu.

Namun siapa yang menyangka, perempuan paruh baya itu adalah muchikari yang akan menjajakan Fitri kepada lelaki hidung belang.

"Dia membelimu dengan harga mahal dari Om-mu, jadi mana mungkin dia akan melepaskanmu begitu saja! Sekarang kamu harus membayar semua perbuatanmu dengan bekerja padaku"

Begitulah awal mula Fitri terpaksa menekuni pekerjaan barunya sebagai seorang pelac*r dan hal itu masih berlanjut hingga sekarang.

Sang Pelacur (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang