Bab 8

747 3 0
                                    

Hari sudah beranjak sore. Fitri dan Rizky pun sudah sangat puas bermaian seharian.

"Ayo kita pulang nak, semoga lain kali ada kesempatan untuk berlibur seperti ini lagi..."

"Iya Yah, mudah-mudahan bisa kesini lagi, atau ketempat lain yang lebih bagus..."
Jawab Fitri dengan antusias.

"Dan semoga Bu Darmi nggak kapok minjemin mobil lagi, hehe..."
Tambah Rizky dengan jenaka.

"Hush, jangan begitu. Sudah beruntung dipinjami, jangan berharap lebih...nanti sampai dirumah jangan lupa anterin oleh-olehnya buat mereka..."

"Ya Bu, cuma bercanda ini..."
Perjalanan pulang pun dimulai. Meski tubuh terasa lelah, tapi hati mereka penuh dengan rasa syukur dan kebahagiaan.

Sepanjang perjalanan pun Fitri dan Rizky terus berceloteh. Sementara Ibu tertidur di samping Ayah yang sedang fokus menyetir.

Semua berjalan dan sempurna, sampai tiba-tiba dari arah depan muncul sebuah truk besar dan menghantam mobil yang mereka tumpangi.

Kecelakaan pun tak terhindarkan. Dalam sekejap kebahagian itu berubah menjadi bencana.
Entah apa yang terjadi setelah itu, tiba-tiba pandangan Fitri menjadi gelap karena tak sadarkan diri.

Fitri membuka matanya perlahan dan melihat ruangan di sekelilingnya di dominasi warna serba putih. Kesadarannya berangsur pulih bersamaan dengan itu Fitri merasakan rasa sakit di sekujur tubuhnya. Jarum infus yang terpasang di tangannya membuat Fitri menyadari bahwa dirinya sedang berada di rumah sakit. Tapi, tidak ada seorang pun yang berada di sisinya. Dalam sekejap hati Fitri di sergap rasa khawatir. Dimanakah Ayah, Ibu, dan adiknya? Bayangan detik-detik sebelum kecelakaan terjadi pun kembali terlintas di benaknya. Bagaimana kah nasib keluarganya? Apakah mereka selamat.
Kemudian pintu ruang perawatan di buka dan masuklah seorang wanita paruh baya. Fitri mengenalinya sebagai Bu Darmi, tetangga yang telah berbaik hati meminjamkan mobilnya untuk mereka tamasya sekeluarga.

"Akhirnya kamu sidah bangun Fit? Syukurlah..."

"Ya Bu, Bu Darmi kenapa disini? Mana Ayah dan Ibu?"

"Tentu saja saya menjengukmu anak manis, Ibu dan Ayahmu baik, semoga kamu lekas pulih nak..."

"Bagaimana dengan mobilnya Bu? Apakah kerusakannya parah? Maafkan kami ya Bu..."

"Tidak apa-apa, tidak perlu di pikirkan, yang penting kamu cepat sehat, ah Ibu tidak menyangka akan seperti ini jadinya..."
Tidak berselang lama, seseorang kembali masuk ke dalam ruang perawatan Fitri.

Fitri mengenalinya sebagai Tante Rodiah, adik kandung Ibunya.
"Tante kesini?"
Tanya Fitri dengan antusias.

"Tentu saja sayang, tante mengkhawatirkanmu, syukurlah kamu sudah sadar. Kamu harus semangat dan makan yang baik supaya lekas sehat..."

Fitri mengangguk mengiyakan. Tapi entah mengapa Fitri tetap penasaram tentang keberadaan keluarganya. Setiap bertanya, Bu Darmi dan Tante Rodiah tak pernah menjawab dengan jelas.

"Kamu tenang saja, jangan banyak pikiran dan fokus pada pemulihanmu, setelah itu pasti kamu akan bertemu orang tua dan adikmu..."
Hanya jawaban itu yang di dapatkan Fitri. Dan hal itu pun justru membuat hatinya bertanya-tanya. Mungkinkah orang tua dan adiknya juga sedang dalam perawatan seperti dirinya. Jika benar begitu apa kondisi mereka lebih parah dari dirinya.

Dalam ketidaktahuannya Fitri hanya bisa terus berdoa, semoga saja keluarganya baik-baik saja dan akan segera pulih sama seperti dirinya.

Akhirnya tiba juga waktu yang ditunggu. Saat Fitri sudah membaik dan diizinkan untuk keluar dari rumah sakit. Tante Rodiah pun memenuhi janjinya untuk membawa Fitri bertemu keluarga. Dan Fitri pun sama sekali tidak menyangka, bahwa dirinya justru diajak ke pemakaman. Ya di sanalah Ayah, Ibu, dan adiknya berada. Meninggalkan dirinya yang harus berjuang hidup sebatang kara.

Sang Pelacur (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang