Bab 98

142 6 0
                                    

Pagi itu, Fachri merasa canggung saat tanpa sengaja bertemu Fitri di warung. Dirinya memang sengaja datang pagi-pagi untuk mengerjakan beberapa hal yang sempat tertunda. Tidak disangka Fitri lebih dulu berada di sana sepagi itu. Sedangkan para pegawai yang lain belum datang karena memang belum masuk jam kerja.

"Kamu pagi-pagi sudah disini Fit?"

Fachri mencoba membuka percakapan untuk menutupi kecanggungannya.

"Ya, aku hanya ingin mengecek beberapa hal sebelum para pegawai datang, Mas sendiri kenapa pagi sekali kesini?"

"Ah, ada sedikit pekerjaan yang belum selesai kemarin...."

Fachri segera bersembunyi di balik layar komputer untuk menghindari keberadaan Fitri.

Namun kemudian Fitri justru mengikutinya.

"Mas, aku ingin bicara sebentar, apa Mas punya waktu?"

"Ya tentu saja katakan saja..."

"Tapi, sebaiknya kita bicara dirumah saja Mas..."

Fachri bingung sekaligus penasaran dengan apa yang akan disampaikan Fitri.

"Baiklah, ayo kita pulang ke rumah sekarang..."

Fitri pun berjalan terlebih dahulu dan Fachri mengikutinya di belakang.

"Jadi, apa yang mau kau katakan?"

"Mas, aku sudah siap jika Mas ingin menceraikanku..."

"Apa? Siapa yang mau menceraikanmu?",
Fachri yang terkejut langsung bicara dengan nada tunggi.

"Waktu itu Mas sempat bilang ingin kita bercerai, tapi aku minta waktu dan kurasa sekaranglah waktu yang tepat, aku sudah siap jika Mas ingin kita bercerai Mas!"

"Tidak, aku tidak akan pernah menceraikanmu!"

"Tapi untuk apa Mas menahanku? Bukankah Mas sudah bertemu dengan calon istri yang pantas untuk bersanding dengan Mas? Tenang saja, aku hanya akan pergi membawa diri dan sedikit uang tabungan, Mas bisa meneruskan usaha itu dan mengelolanya, sepertinya warung itu akan lebih maju di tangan Mas..."

"Hey, apa kamu pikir aku berniat merampas bisnis itu darimu? Aku hanya ingin membantu, sama sekali tidak berniat mengambilnya darimu!"
Tanpa sadar Fachri bicara dengan begitu keras hingga Fitri terkejut.

"Ma...maaf Mas, bukan begitu maksudku, aku hanya.."

Fachri yang merasa tersinggung, melangkah pergi dengan terburu-buru hingga tanpa sengaja menabrak Fitri yang masih berdiri di tempatnya.

Dan entah bagaimana, hanya dengan hentakan ringan itu Fitri bisa jatuh pingsan.

"Kenapa dia jadi lemah sekali begini?", pikir Fachri di tengah kepanikannya.
Fachri mengangkat tubuh Fitri dan menidurkannya di sofa.

Fachri menunggu beberapa saat, menaikkan sedikit kaki Fitri sambil mengoleskan minyak kayu putih ke dekat hidungnya.

Untunglah selang beberapa saat Fitri segera sadar. Namun Fachri tetap merasa khawatir dengan kondisi Fitri belakangan yang jadi mudah pingsan.

"Ganti bajumu, kita pergi ke dokter sekarang, siapa tahu anemiamu kambuh lagi..."

"Tidak perlu Mas, aku baik-baik saja..."

"Kalau baik-baik saja mana mungkin sampai pingsan? Ayo cepat, jangan membantah..."

"Nanti biar aku ke dokter sendiri saja.. "

"Jangan keras kepala! cepat bersiap, aku ambil kunci mobil dulu..."

Fitri masih ingin protes, tapi nampaknya Fachri tidak akan memperdulikannya.
Begitu keluar dari kamarnya, Fachri langsung menggandeng tangan Fitri keluar.

Meski Fitri belum mengganti pakaiannya dan hanya memakai baju rumah ala kadarnya, nampaknya Fachri tidak menyadarinya karena terlalu panik.

Fitri akhirnya hanya bisa pasrah mengikuti Fachri. Dalam perjalanan itu Fitri terus merasa khawatir, bagaimana kalau nanti Fachri sampai tahu keadaannya yang sebenarnya?

Fachri memilih rumah sakit yang sama dengan yang mereka datangi sebelumnya
Selain jaraknya paling dekat, Fachri berfikir disana pasti sudah ada riwayat pemeriksaan Fitri sebelumnya sehingga akan lebih cepat ditangani. Dan kebetulan sekali dokter yang tengah praktek juga sama dengan dokter yang menangani Fitri di IGD tempo hari.

"Tekanan darahnya lumayan rendah, meskipun sudah sehat sebaiknya anda tetap menjaga asupan makanan dan beristirahat dengan cukup, apalagi dengan kondisi anda yang hamil muda, masih rawan dan harus dijaga, setelah ini sebaiknya anda priksa ke dokter kandungan untuk memastikan kondisi janin di dalam...", Jelas dokter itu panjang lebar yang membuat Fitri langsung salah tingkah dan Fachri terkejut.

"Apa? Hamil?"

"Ya, istri anda sedang hamil, apa anda tidak tahu?"
Fachri berusaha menyembunyikan keterkejutannya dan tersenyum.

"Terimakasih banyak dok, setelah ini kami akan pergi ke dokter kandungan..."

"Ya, kebetulan di rumah sakit ini ada jadwal praktek Dokter Shinta, spesialis kandungan sekitar satu jam lagi, kalau anda mau saya bisa mendaftarkannya sekalian..."

"Baiklah dok, terimakasih banyak..."

Fachri menggandeng tangan Fitri keluar dari ruang periksa menuju ruang tunggu rumah sakit.

Sang Pelacur (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang