Bab 15

491 5 0
                                    

Dengan langkah gontai Fitri keluar dari kamar mandi dan kembali berbaring di tempat tidur. Pandangannya menerawang, menyusuri langit-langit kamar. Ada ketakutan besar di dalam hati dan pikirannya. Fitri tak bisa menyangkal lagi, meski sekuat apapun dirinya coba mengabaikan. Kali ini akal sehatnya harus bekerja. Hal yang selama ini ditakutkannya sedang terjadi, meski belum pasti. Semua tanda-tanda keanehan pada tubuhnya belakangan ini menunjukkan bahwa dirinya mengidap prnyakit menular seksual. Entah jenis yang mana, sepertinya sudah waktunya dia pergi ke dokter dan menghadapi kenyataan.
Fitri mulai mencari tahu lewat ponselnya tentang gejala dan tanda-tanda yang di alaminya. Juga, Fitri mencari tahu tentang dokter-dokter yang bisa di percaya untuk mengobati penyakitknya. Dan lebih dari itu, Fitri harus menyiapkan mentalnya untuk menghadapi segala kemungkinan terburuk yang akan terjadi nanti.

Setelah mendapatkan cukup referensi yang dibutuhkan, Fitri akhirnya memutuskan untuk tidur lebih awal sebelum besok dirinya mungkin akan mendatangi salah satu dokter guna memastikan penyakitnya.

Keesokan harinya, Fitri terbangun dan kembali merasakan nyeri di kemaluannya saat buang air kecil. Pagi itu juga Fitri segera bersiap dan bergegas pergi ke tempat praktek dokter spesialis kulit dan kelamin yang cukup terkenal.

Di depan dokter itu Fitri akhirnya menceritakan semua keluhan yang dirasakannya selama ini.

"Sudah berapa lama anda merasakan keluhan ini?"

"Mungkin sejak sebulan yang lalu Dok, tapi baru akhir-akhir ini gejalanya sangat terasa..."

"Kemungkinan anda mengidap gonorhea, tapi tetap harus dilakukan beberapa pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikannya..."

Meski sudah menduga, mendengar vonis itu tetap membuat Fitri merasa drop.

"Anda tenang saja, penyakit ini masih bisa diobati asal anda tertib minum obat dan melakukan kontrol rutin...juga anda harus menghindari resiko tertular kembali dan menularkan penyakit ini, dengan berhenti untuk sementara waktu dari aktifitas s*ksual..."

"Baik Dok, saya mengerti..."

"Dan satu lagi, saya juga menyarankan Anda melakukan tes HIV, sebab orang yang tertular PMS juga beresiko terinveksi HIV...."

Mendengar ucapan dokter membuat dunia Fitri kembali terasa runtuh. Tertular penyakit kotor saja sudah membuat pikirannya kemana-kemana. Apalagi kalau sampai dirinya terinveksi HIV.

Seolah mengerti akan raut khawatir di wajah pasiennya, dokter kemuadian kembali bicara.

"Jangan takut dan jangan berfikir macam-macam Nyonya, fokus saja pada pengobatan dan berfikirlah yang baik-baik...semakin cepat kita mendeteksi penyakit ini akan semakin baik agar kita bisa segera melakukan langkah yang tepat, dan satu lagi, sebaiknya pasangan anda juga melalukan pemeriksaan yang sama, sebab jika tidak, kemungkinan Anda juga bisa tertular kembali....maaf, apa anda mendapatkan ini dari suami atau dari tempat lain?"

"Saya tidak punya suami Dok..."

"Baiklah saya mengerti, "

Dokter itu sepertinya sudah terbiasa menghadapi pasien seperti Fitri, jadi tidak akan banyak bertanya lagi. Dokter itu terlihat sibuk menulis sesuatu sambil berfikir.

"Saya beri rujukan untuk melakukan beberapa tes yang di perlukan, setelah itu Anda harus secepatnya kembali kesini untuk dilakukan penanganan selanjutnya..."

"Baik Dok, terimakasih banyak..."
Dengan langkah gontai Fitri menyeret kakinya ke tempat yang disarankan Dokter. Disana Fitri akan melakukan serangkaian test untuk memastikan penyakit yang diidapnya.

Fitri benar-benar sudah tak punya semangat lagi. Bayangan bahwa dirinya mengidap HIV terus menghantui benaknya.

"Ya Allah, apa dosaku sampai aku harus mengalami semua ini?"
Dalam keputus asaan itu, lirih Fitri bertanya pada Tuhan tentang jalan hidup berliku yang harus dilewatinya. Mengapa, mengapa, dan mengapa?
Pertanyaan itu sudah kerap menghantui benaknya.

Sang Pelacur (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang