Bab 86

137 6 0
                                    


"Segera bereskan semuanya, setelah itu ganti bajumu! Ayo kita pergi makan di luar!"

"Apa?", tanya Fitri dengan raut bingungnya.

"Ganti bajumu dan kita akan pergi makan di luar, apa kau tidak bisa dengar?"

Bukannya Fitri tidak mendengar apa yang diucapkan Fachri, hanya saja hal semacam itu terdengar cukup mustahil baginya.

"A..aku, biar aku makan dirumah saja Mas...", ucap Fitri dengan canggung.

"Hey, aku ingin mengajakmu makan diluar, apa kau berani membantahku?"

"Bukan begitu Mas...hmm, baiklah aku ganti baju dulu...", Ucap Fitri akhirnya.

Setelah Fitri menghilang di balik pintu kamar, Fachri tersenyum penuh kemenangan.

'Kenapa dia lucu sekali?', gumam Fachri sambil mengingat wajah lugu Fitri.

Ini adalah untuk pertama kalinya mereka pergi keluar berdua saja sejak hari pernikahan. Meskipun telah banyak waktu mereka lalui bersama, namun perasaan canggung dan debaran di dada masih amat terasa.
Bagaikan kencan pertama, Fachri sampai bingung bagaimana membuka percakapan saat Fitri hanya diam sambil berjalan di sampingnya. Mereka memang berjalan bersisian, namun ada jarak sekitar tiga puluh centi, dan tangan mereka pun tidak saling bersentuhan. Namun saat dari arah berlawanan, ada sepasang kekasih yang juga melintas di jalan yang sama, dengan sengaja Fachri merapatkan tubuhnya ke arah Fitri hingga lengan mereka menempel.

Hanya begitu saja, namun cukup untuk menimbulkan sensasi bagaikan tersengat arus listrik. Padahal dirinya adalah seorang pria dewasa, namun rasanya benar-benar seperti anak muda yang tengah kasmaran. Tapi apa? Kasmaran? Bahkan dirinya tidak benar-benar yakin akan perasaannya.
Fachri mengajak Fitri ke sebuah restoran romantis yang banyak di datangi pasangan muda. Restoran yang mengusung konsep semi outdoor itu banyak dihiasi taman dengan pendar lampu kekuningan yang menambah kesan romantis. Pencahayaan yang tidak begitu terang justru membuat suasana semakin manis dan intim. Pantas saja banyak pasangan yang betah menghabiskan waktu disana.
Karena belum melakukan reservasi, Fachri hanya bisa pasrah saat pelayan menawarinya tempat di satu sudut taman yang agak tersembunyi karena itulah satu-satunya tempat yang tersisa.

"Pesanlah apapun yang kamu suka!"
Mata Fitri berbinar saat membaca deretan menu yang sudah lama tidak di santapnya. Dulu, saat masih bekerja sebagai wanita malam, Fitri sesekali pergi untuk makan di luar seperti ini. Sekedar untuk menghibur diri atau mengusir bosan sebab pekerjaannya yang memuakkan.

Namun sejak menikah, Fitri lebih suka memasak dan makan dirumah. Sebab melihat Fachri lahab menyantap masakannya adalah kebahagiannya tersendiri untuknya.
Fitri pun akhirnya memilih pasta panggang dan ice lemonade yang segar. Fachri memilih memesan menu yang sama karena tak ingin pusing memilih menu yang banyak itu.
Beberapa saat suasana hening karena mereka sibuk dengan ponsel masing-masing.

Tidak lama kemudian pesanan datang dan merekapun sibuk dengan makanan di piring masing-masing.
Suasana benar-benar hening, hanya terdengar sayup-sayup suara musik yang di putar pihak resto.

"Apa kau suka makanannya?"

"Ya, aku suka...", Fitri mengangguk dan tersenyum, lalu kembali hening.

Mereka menyelesaikan makan malamnya tanpa banyak bicara.
Setelah selesai Fachri pun segera mengajak Fitri pulang, sebab berada berdua di luar rumah membuatnya merasa sangat canggung dan salah tingkah.

Mereka kembali berjalan bersisian keluar dari arena restoran yang cukup luas itu.

"Fachri!",
Sebuah suara wanita mengejutkannya.
Fachri menoleh dan melihat Manda tengah berjalan ke arahnya.
Reflek, Fachri pun segera meraih tangan Fitri dan mengenggamnya dengan erat.

Sang Pelacur (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang