Bab 50

180 6 0
                                    

Fitri masih terdiam di kamar hotelnya, seorang diri menatap pemandangan kota dari balik kaca besar yang ada di depannya. Rasanya masih seperti mimpi. Dalam sekejap statusnya sudah berubah menjadi seorang istri.
Seluruh prosesi acara pernikahan telah selesai. Tadi siang, selelah resepsi selesai dan semua tamu meninggalkan tempat acara, Fachri mengajaknya menikmati hidangan bersama keluarga besarnya, mengisi perutnya yang sudah keroncongan setelah seharian harus berdiri menyalami para tamu.
Semua makanan lezat terhidang untuknya dan Fachri yang sedang menjadi raja dan ratu sehari. Namun Fitri merasa tak nyaman  sebab di sampingnya Fachri tengah mengobrol asyik dengan sanak keluarganya yang sepertinya jarang berjumpa. Sementara Fitri hanya diam sambil sesekali memamerkan senyuman manis.

"Jadi, apa pekerjaan istrimu yang cantik ini?"

"Dia dulunya seorang pegawai bank, tapi aku menyuruhnya berhenti karena akan menikah denganku..."

"Wah benar-benar istri yang berbakti, jarang-jarang dizaman sekarang wanita mau mengorbankan karirnya untuk mengabdi pada suami...", celetuk Tante Fachri yang lain.

Sementara Fitri hanya bisa meringis dengan salah tingkah melihat semua sandiwara yang sedang dimainkan didepannya.

"Oh ya, tadi kalian menikah dengan wali hakim ya, jadi orang tuamu juga sudah meninggal sama seperti Fachri?"

"Ya Tante, kedua orang tua saya dan juga adik saya meninggal dalam sebuah kecelakaan, hanya saya saja yang selamat...", kali ini Fitri memberanikan diri menjawab.

"Wah, kasihan sekali, kamu pasti anak yang kuat..."

"Tentu saja Tante, Fitri adalah wanita yang kuat dan sangat mandiri, karena itulah aku memilihnya...."

"Kau memang pintar memilih istri, kalian ternyata senasib, sama-sama sudah tidak punya orang tua, Tante harap kalian bisa saling menjaga, saling membimbing, saling mengingatkan dalam kebaikan. Tante doakan kalian menjadi keluarga sakinah, mawaddah, warahmah dan dikaruniai keturunan yang sholeh dan sholihah..."

"Amin...terimakasih Tante..."
Fitri merasa terharu mendengar nasehat dan doa tulus dari keluarga Fachri. Meski begitu dalam hatinya menciut, bagaimana kakau nanti mereka kecewa saat tahu yang sebenarnya?

Usai beramah tamah, Fachri akhirnya berpamitan pada keluarganya.
"Permisi Tante, kami mau ke kamar dulu...", pamit Fachri pada keluarganya.

"Ya silahkan, kalian harus beristirahat, pasti lelah kan seharian berdiri di pelaminan? Tapi jangan lupa nanti malam buatkan kami cucu yang lucu!"

"Hush, jangan begitu jeng, saru!",
timpal saudara yang lainnya.

Fachri dan Fitri menyalami mereka satu persatu sebelum beranjak pergi ke kamar hotel.

Fachri menggandeng tangan Fitri, memastikan gadis itu mengikuti langkahnya.

Fitri hanya bisa menurut. Diam-diam Fitri memperhatikan wajah tampan suaminya yang terlihat dingin.
Sampai di kamar Fitri sudah tidak tahan mengungapkan isi hatinya.

"Kenapa kamu mau menikahiku?", Tanya Fitri saat keduanya sudah berada di dalam kamar.

"Apa maksudmu? Kenapa bertanya seperti itu?"

"Seharusnya kamu memilih perempuan yang bisa kau banggakan untuk kau nikahi, bukan malah membohongi keluargamu seperti ini..."

"Jangan mengaturku!", Fachri berbicara dengan keras. Dan itu membuat Fitri mundur karena takut.
Menyadari ekspresi istrinya, Fachri kemudian mendekat dan menyentuh bahu Fitri.

"Jangan khawatir, kita hanya akan hidup berdua nantinya, mereka hanya keluarga jauh dan tidak akan menganggu kita..."
Fitri hanya mengangguk. Dia menyesal karena sudah lancang bertanya.

"Gantilah pakaianmu dan bersihkan dirimu, aku ada urusan sebentar, nanti aku akan kembali..."
Fachri beranjak dan menutup pintu kamar, meninggalkan istrinya seorang diri.
'

Sang Pelacur (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang