Bab 37

196 3 0
                                    

Setelah pertengkarannya dengan Dava malam itu, Fitri belum bertemu Dava lagi. Sebenarnya Dava sudah berkali-kali menghubunginya untuk meminta maaf. Namun Fitri memilih mengabaikan semua panggilan telepon dan tidak membalas pesan dari Dava. Fitri sebenarnya sudah tidak marah. Saat itupun Fitri hanya terbawa emosi sesaat. Pada kenyataannya Fitri mengerti bahwa Dava tidak bermaksud menyakitinya dengan kata-katanya, meski kata-kata itu benar adanya. Dava hanya berusaha melindungi dirinya di hadapan kekuarganya. Namun, bukan itu yang Fitri inginkan. Dan sekarang Fitri sengaja membuat jarak agar Dava bisa memikirkan kembali hubungan mereka yang tidak memiliki masa depan. Fitri sedikit lega saat Dava akhirnya berhenti menghubunginya, mungkin Dava juga merasa lelah dan mulai berfikir untuk menyerah. Namun ternyata Fitri salah. Sebab Dava hanya memberi waktu untuk mereka saling menenangkan diri. Seminggu setelah insiden itu, tanpa pemberitahuan apapun akhirnya Dava datang ke rumah kos Fitri.

"Kenapa tidak bilang kalau mau datang?", Tanya Fitri saat mereka berdua sudah duduk di teras.

"Aku takut kamu malah pergi kalau aku bilang mau datang..."
Dalam hati Fitri membenarkan tebakan Dava.

"Ada perlu apa datang kemari?"

"Tentu saja karena aku merindukan pacarku yang cantik ini!"
Dava mencoba menggoda untuk mencairkan suasana. Namun Fitri hanya diam tanpa menanggapinya.

"Aku minta maaf, jika kata-kataku kemarin menyakiti hatimu, sungguh aku tidak bermaksud begitu...",
Dava berfikir kalau Fitri masih marah dan sakit hati.

"Tidak apa-apa, tidak masalah, aku sudah melupakannya..."

"Bagaimana kabar Mamamu? Apa beliau baik-baik saja?"

"Tidak apa-apa, Mama hanya shock dan sekarang sudah baik-baik saja..."

"Baguslah kalau begitu..."

"Ayo kita pergi keluar, aku kangen sekali..."
Fitri terdiam sebentar, mencoba mencari kalimat yang tepat untuk mengatakannya.

"Aku tidak ingin pergi, Maaf, lebih baik kita akhiri saja hubungan ini..."
Dava terlihat terkejut dengan apa yang dikatakan Fitri, namun beberapa saat Dava mencoba menguasai diri dan tersenyum.

"Ayolah jangan seperti itu, kita sudah sampai disini, aku tidak ingin menyerah begitu saja...."

"Jangan begitu, keluargamu jauh lebih penting, kamu baru saja kembali ke rumah, aku tidak ingin hubunganmu dan keluarga jadi tidak baik karena kehadiranku..."

"Ayo kita coba sekali lagi, datanglah ke rumahku, biarkan aku nanti yang bicara...kalaupun mereka tetap tidak setuju, aku akan tetap menikahimu, laki-laki tidak perlu wali untuk menikah bukan?"

"Aku tidak mau!"

"Aku pulang sekarang, minggu depan aku akan menjemputmu dan membawamu ke rumah orang tuaku!"

Dava memilih pura-pura tidak memperdulikan Fitri dan berlalu begitu saja dari sana, membuat Fitri tidak punya pilihan untuk membantah.
Fitripun hanya bisa menghembuskan nafas kesal tanpa bisa berbuat apa-apa.
Di hari yang dijanjikan, Dava benar-benar datang. Kali ini Fitri memilih dandanan kasual dengan make up tipis yang memperlihatkan dirinya apa adanya. Meski begitu Fitri tetap terlihat cantik. Fitri tak lagi berharap apa-apa tentang pertemuan ini. Hanya sekedar menuruti permintaan Dava agar pacarnya itu tidak penasaran. Jadi tidak ada persiapan khusus yang dilakukan Fitri selain menyiapkan mental baja untuk menghadapi berbagai kemungkinan.
Kali ini tidak ada sambutan apapun yang diterimanya. Sebab Dava memang tidak memberitahu keluarganya bahwa mereka akan datang. Dava hanya memastikan bahwa orang tuanya berada dirumah malam itu.

Papa dan Mama Dava terlihat terkejut melihat kedatangan Fitri, namun mereka hanya diam. Tidak ramah juga tidak marah.

"Selamat malam Ma...Pa...aku datang bersama Fitri..."
Mereka hanya diam, namun tetap menyambut saat Dava dan Fitri bergantian menyalami, meskipun Mama Dava memilih memalingkan wajahnya.

"Selamat malam Om...Tante..."
Fitri memberanikan diri untuk menyapa.

"Mohon maaf, kami tidak menjudge pekerjaan atau kehidupan pribadimu, namun saya harap kamu mengerti sulit bagi kami jika harus menerimamu sebagai menantu...."

Papa Dava bicara lebih dulu, bahkan sebelum Dava mengutarakan maksudnya.

"Pa...bukankah dulu aku juga seperti itu?"

"Karena itu Mama ingin menantu baik-baik yang bisa membawamu kembali ke jalan yang benar, bukannya malah perempuan yang nantinya akan membawamu dalam masalah!"
Mama Dava bicara dengan menahan emosi.

"Ma! Aku sudah benar-benar bertaubat, apa Mama tidak percaya? Dan Fitri tidak seperti yang Mama bilang, aku akan tetap menikahinya meski Mama tidak merestui!"

"Dasar anak durhaka!"
Mama Dava berteriak dan bersamaan dengan itu tubuhnya luruh dan terjatuh dengan ditahan lengan Papa Dava.

"Mama!"

Sang Pelacur (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang