Bab 71

158 4 0
                                    

Fachri kembali ke rumah saat hari telah gelap dan tubuhnya terasa begitu lelah. Seharian Fachri bekerja dengan begitu giat, berharap dengan begitu bisa melupakan pikiran-pikiran 'gila'nya, juga melupakan masalah yang kerap menghampirinya belakangan ini.

Untunglah hari itu Manda tidak berulah lagi, sehingga pikirannya bisa tenang dan fokus pada pekerjaan.
Sesampainya di rumah barulah Fachri merasakan tubuhnya pegal-pegal dan perutnya terasa lapar. Beruntung di meja makan sudah terhidang berbagai masakan yang memanjakan lidah yang pastilah itu adalah buatan Fitri.
Tanpa mengganti pakaiannya, Fachri langsung menyantap semua makanan itu dengan lahapnya.

Malam itu Fitri sama sekali tidak nampak batang hidungnya. Entah sudah tidur atau pergi kemana, entahlah. Fachri bersyukur akan ketidakhadiran Fitri, sebab jika melihatnya pasti konsentrasinya akan buyar dan urung lagi menyantap makanan.

Setelah perutnya kenyang, Fachri langsung masuk ke kamar, mandi dan tidur. Mungkin karena terlalu lelah, malam ini akhirnya Fachri bisa tidur dengan pulasnya.

Hari demi hari berlalu, Fachri kembali menyibukkan diri dengan pekerjaan untuk melupakan segala masalah dan perasaan yang semakin hari semakin terasa aneh.

Entah bagaimana bayangan wajah Fitri kerap muncul memenuhi benaknya. Apalagi jika disertai ingatan adegan saat mereka berc*nta. Hal itu benar-benar membuat Fachri hampir gila. Untunglah belakangan ini Fitri hampir tak pernah muncul di hadapannya. Sebab jika melihatnya secara langsung bisa di pastikan khayalannya akan lebih berbahaya. Hanya masakannya saja yang setiap malam hadir di meja makan saat dirinya pulang kerja.

Pada awalnya Fachri memang merasa lebih senang tidak harus bertemu dengan Fitri hingga dirinya bisa sedikit mengendalikan fantasi liarnya. Namun semakin lama tidak melihat Fitri, ternyata juga membuat Fachri menjadi gelisah. Fachri juga tidak mengerti dengan pikiran dan keinginannya sendiri. Terkadang Fachri merasa sekedar ingin bertemu atau melihat Fitri, namun di sisi lain Fachri juga takut untuk bertemu, takut kalau khalayan liarnya tumbuh kembali.
Namun kemudian, rasa penasaran atau barangkali rindu mengambil alih logikanya.

Seolah tidak tahan lagi dengan ketidakhadiran Fitri dalam hari-harinya, akhirnya Fachri berinisiatif untuk mencarinya.
Fachri bahkan sampai rela pulang lebih awal hari itu.

Pukul empat sore Fachri sudah sampai di rumah. Hal yang sangat jarang dilakukan Fachri, untuk izin pulang lebih awal jika tanpa alasan mendesak.
Sepulang bekerka Fachri langsung mandi dan berganti dengan pakaian rumah yang bersih dan wangi.
Setelah itu Fachri langsung keluar dari kamarnya.

Mulanya Fachri hanya duduk-duduk di depan televisi, sambil menunggu siapa tahu Fitri akan keluar dari kamar dan lewat di sekitarnya. Namun hampir setengah jam menunggu, belum ada tanda-tanda Fitri akan keluar dari kamarnya.

Fachri yang sudah kehilangan kesabarannya akhirnya memberanikan diri mengetuk pintu kamar Fitri.
Namun ternyata tak ada jawaban.
Fachri pun nekad membuka pintu kamar Fitri yang ternyata memang tidak terkunci. Namun Fachri harus menelan kecewa saat mendapati Fitri tidak berada di didalam.

Setelah berfikir sejenak, Fachri tahu kemana harus mencari Fitri.
Dengan langkah terburu-buru Fachri melangkah keluar rumah.
Di halaman bagian samping rumahnya, terlihat orang-orang berkerumun.
Sepertinya usaha Fitri berkembang begitu cepat sampai ramai sekali. Fachri tidak pernah menyadari sebab selalu pulang larut dan kedai Fitri sudah tutup.

Fachri tidak perduli dengan kerumunan pembeli yang tengah mengantri.
Begitu melihat sosok Fitri yang tengah sibuk di bagian belakang warung, Fachri langsung merangsek masuk dan menghampiri istrinya.

"Maaf, aku ada urusan penting dengan istriku, kalian bisa menghandle pembeli kan?", Ucap Fachri pada dua pegawai Fitri.

Tanpa menunggu jawaban Fachri langsung menarik tangan Fitri dan keluar dari kerumunan.

Sang Pelacur (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang