Bab 19

366 4 0
                                    

"Dokter Andre?"

Fitri menyapa dengan raut terkejutnya.
Bagaimana tidak, selama ini hampir tidak ada tamu yang berkunjung ke kamar kontrakan kecilnya. Bisa dibilang Fitri hampir tak mempunyai teman. Saudara jauh sudah putus komunikasi dan para koleganya di dunia malam pun tak pernah ia beri tahu tentang tempat tinggalnya. Paling hanya tetangga sekitar saja yang mencarinya jika ada perlu.

Tapi sekarang, di depan matanya, seorang Dokter Tampan datang mengunjunginya di kamar kontrakkan.

"Apa kabar Fitri?",
Sapa Dokter Andre kemudian sambil tersenyum.

"Baik Dok...", Jawab Fitri, berusaha bersikap formal.

"Saya pikir hubungan kita cukup dekat dan baik selama ini, tapi ternyata setelah kamu merasa tidak membutuhkan saya lagi, kamu mengabaikan saya seolah saya adalah orang asing yang datang mengusik hidupmu..."
Fitri tidak menyangka jawaban Dokter Andre akan mengintimidasinya.

"Maaf Dok, bukan maksud saya...."

"Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan, saya datang kesini bukan untuk membuatmu merasa tersudut, saya hanya ingin mengenal kamu lebih dekat dan membuktikan bahwa apa yang selama ini saya katakan tidaklah main-main...:"

Sejujurnya, Fitri masih bingung bagaimana harus berhadapan dengan Dokter Andre diluar hubungan mereka sebagai Dokter dan pasien. Fitri merasa seperti mimpi kedatangan tamu terhormat seperti Dokter Andre. Meski begitu perasaannya tetap saja datar.

"Oh ya, silahkan masuk dulu Dok, maaf tempatnya hanya kecil begini..."

"Ah ya, terimakasih, tidak perlu sungkan, seperti apapun tempatnya yang penting ada kamu, saya sudah senang..."
Dokter Andre mulai mengeluarkan sedikit rayuannya.

Suasana canggung amat dirasakan Fitri di dalam kamarnya sendiri. Meski dirinya telah terbiasa berada berduaan bersama para pelanggannya, tapi kali ini Fitri benar-benar merasa mati kutu.

Karena itu, Fitri nemilih pergi ke bagian belakang kamarnya untuk menyiapkan minuman dan mencari hidangan ala kadarnya.
Sementara itu Dokter Andre asyik memandangi Fitri dan mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan.
Setelah selesai, Fitri lalu mengantarkan minuman kepada Dokter Andre.

"Silahkan diminum Dok, maaf hanya seadanya..."

"Ya...ya..terimakasih banyak..."
Dokter Andre meminum teh yang di sajikan Fitri, lalu mengambil keripik di dalam toples.

"Jadi bagaimana kabarmu? Apa saja aktivitasmu setelah sembuh?"

"Saya hanya beraktivas seperti biasa...", Jawab Fitri dengan rikuh.

"Maaf, apa kamu sudah kembali bekerja seperti sebelumnya?"
Dokter Andre tahu bahwa pertanyaan kurang sopan, tapi dia benar-benar ingin tahu.

"Belum, saya belum kembali bekerja..."

"Baguslah kalau begitu..."
Beberapa saat hanya hening. Keduanya sama-sama rikuh dan bingung untuk melanjutkan percakapan.

"Ah ya bagaimana kalau kita pergi keluar saja, tidak pantas rasanya saya terlalu lama di kamar seorang gadis..."

"Baiklah Dok..."
Fitri pun meminta izin untuk berganti baju, sementara Dokter Andre menunggu di luar. Setelah itu Fitri mengikuti langkah Dokter Andre berjalan menuju mobilnya.

"Maaf, bagaimana anda bisa tahu tempat tinggal saya?", Tanya Fitri saat mereka dalam perjalanan.

"Tentu saja itu mudah bagi saya..."
Sepertinya Fitri melontarkan pertanyaan yang salah.
Sepanjang sisa perjalanan itu mereka hanya saling diam, hingga sampai di sebuah restoran fine dining yang di tuju.

Fitri terpengarah, sebab selama hidupnya belum pernah dirinya mengunjungi tempat semacam itu. Apalagi diajak oleh seorang lelaki. Fitri memang sering masuk ke hotel bintang lima, tapi itupun hanya sekedar masuk ke kamar untuk melayani pelanggannya.

"Ayo masuk, kenapa hanya diam?"
Fitri tersadar dan mengikuti langkah Dokter Andre masuk ke dalam.
Mereka duduk di sebuah meja dan seorang pelayan datang untuk menanyakan pesanan. Melihat Fitri yang canggung, Dokter Andre akhirnya berinisiatif memesankan makanan dan minuman terbaik di restoran itu.

"Apa ini tidak berlebihan Dok?"

"Apanya yang berlebihan, ini kencan pertama kita dan saya hanya ingin memberikan yang terbaik, apa itu salah?"

"Maaf, tapi saya belum setuju untuk menjalin hubungan..."

"Apa kamu punya kekasih? Atau ada orang lain yang kamu suka?"
Fitri menggeleng dengan yakin, sebab Fitri tak ingin Dokter Andre salah paham.

"Saya hanya merasa tidak pantas untuk Anda..."
Fitri tidak ingim Dokter Andre menganggapnya sombong dan tidak tahu diri. Bagaimanapun juga Dokter Andre adalah orang yang telah membantunya untuk sembuh dan Fitri menghargai hubungan baik yang terjalin.

"Jangan bicara begitu, mari kita jalani pelan-pelan, sampai nanti kamu yakin...saya siap menikahimu, tapi sampai waktu itu saya punya satu permintaan, jangan kembali pada pekerjaan harammu itu..."

Sang Pelacur (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang