Bab 6

1.3K 7 0
                                    

Bagi Fitri, Ayahnya adalah sosok lelaki yang sempurna. Cinta pertama yang selalu dikaguminya. Di waktu kecilnya, Fitri amat dekat dengan Ayahnya. Ayahnya lah yang mengajarinya naik sepeda. Ayahnya lah yang selalu selalu membelikan bakso dan menyuapinya saat Fitri sakit. Bahkan saat Fitri tertidur sambil menonton televisi di ruang tengah, ayahnya selalu menggendongnya masuk ke dalam kamar dan menyelimutinya.

Kenangan-kenangan itu masih terekam jelas dalam memori Fitri. Menjadi kenangan terindah yang selalu diingatnya, bahkan di saat hidup terasa begitu berat dan tak ada harapan.

Namun ada satu peristiwa yang paling berkesan tentang Ayahnya. Dulu, pernah ada waktu dimana Fitri sangat membenci Ayahnya. Merasa bahwa sang Ayah sangat kolot dan tidak mau memahaminya. Berfikir bahwa Ayahnya adalah Ayah paling kaku sedunia dan merasa bahwa dirinya terlalu di kekang.

Itu adalah saat awal dimana Fitri memasuki usia remaja, dimana dunia seakan penuh bunga-bunga dan benih cinta mulai tumbuh di hatinya. Fitri merasa menjadi gadis paling beruntung di dunia, saat Arsyad, seorang lelaki teman sekolahnya sekaligus anak lelaki paling tampan dan populer di sekolah, mendekatinya. Arsyad selalu memperlakukannya dengan begitu manis. Menunggunya di depan kelas sepulang sekolah, memetik bunga di jalan untuknya, hingga memberinya coklat. Semua perlakuan manis Arsyad itu di ketahui oleh banyak teman-teman wanitanya dan hal itu membuat mereka semua iri kepada Fitri. Tentu saja Fitri merasa bangga sekaligus bersyukur bisa mendapatkan perhatian dari Arsyad. Dan selain itu, bunga-bunga pun turut bermekaran di hati Fitri, perasaan kagum dan suka perlahan tumbuh tanpa bisa di cegah. Untuk sang pujaan hati yang terlihat begitu sempurna tanpa cela.

Hingga suatu hari, Arsyad pun berkunjung ke rumah Fitri, bermaksud menjemputnya untuk pergi bersama menonton pagelaran seni yang tengah diselenggarakan di pusat kota. Hati Fitri senang tak terkira, sebab itu adalah pertama kalinya ada anak lelaki yang mengajaknya pergi keluar rumah pada malam hari. Fitri pun membayangkan betapa indahnya acara kencan pertamanya nanti. Namun sayang, bayangan indah itu seketika sirna, saat sang Ayah dengan terang-terangan menolak kedatangan Arsyad untuk menjemputnya.

"Untuk apa Fitri harus pergi keluar bersama kamu? Kalau Fitri ingin menyaksikan pertunjukkan itu, saya masih bisa mengantarkannya. Sebaiknya kamu pergi sendiri saja..atau pulanglah kerumah dan belajarlah yang rajin...belum pantas anak bau kencur sepertimu mengajak anak gadis orang keluar malam-malam.."

Arsyad tentu merasa kecewa dengan penolakan itu. Tapi mau tak mau dia harus berbalik pulang, sebab pantang baginya melawan orang tua.
Dari dalam kamar, Fitri yang diam-diam mendengar percakapan itupun juga merasa kecewa. Kencan pertama yang sudah dinanti-nantikannya hancur seketika.

"Fitri...fitri...ayo keluar nak, ayo pergi sama Ayah saja....untuk apa pergi sama anak tanggung sok-sok an itu, dia pasti tidak bisa menjagamu!"
Ayah berteriak sambil mengetuk pintu kamar Fitri. Sementara di dalam kamar Fitri sedang terisak karena sedihnya.

"Ayah jahat! Kenapa Ayah usir teman Fitri? Fitri nggak mau pergi sama Ayah! Fitri bukan anak kecil lagi yang kemana-mana harus diantar Ayah!", Fitri berteriak dari dalam kamar.

Ayahnya pun merasa kecewa. Tapi apa boleh buat. Anak gadisnya sudah tumbuh menjadi remaja cantik. Kehadirannya tak lagi menarik seperti dulu, kalah dengan pesona anak bau kencur yang mungkin baru dikenal putrinya beberapa bulan saja. Tapi bagaimanapun juga Ayahnya bertekad akan terus menjaga putri kesayangannya itu dengan sepenuh hatinya, meski itu berarti dirinya harus dibenci dan dianggap jahat.

Sejak saat itulah Fitri mulai membenci Ayahnya. Menurutnya Ayahnya terlalu ikut campur urusan pribadinya dan mengekangnya. Ayahnya tidak bisa memahaminya dan terlalu banyak melarangnya.

Apalagi setelah kejadian itu, hubungannya dengan Arsyad memburuk. Arsyad jadi bersikap acuh kepadanya. Tak lagi mendekatinya dan tak lagi perduli. Meskipun Fitri sudah meminta maaf tapi itu tidak mengembalikan sikap Arsyad yang manis seperti sebelumnya. Dan hal itu membuat Fitri merasa semakin kesal pada Ayahnya.

"Buat apa aku pacaran sama anak papi kayak kamu, nggak asyik...ajak keluar aja nggak boleh, mana bisa diajakin hepi-hepi..."
Begitu seloroh Arsyad dengan cueknya, sebelum kemudian berlalu meninggalkan Fitri.

Hanya selang beberapa hari setelah percakapan terakhir mereka, Fitri lalu melihat Arsyad berjalan bersama seorang gadis di koridor sekolah. Tangan Arsyad memegang pinggang gadis itu, sementara gadis itu pun bergelendot di lengan Arsyad.

Fitri merasakan hatinya hancur melihat pemandangan itu. Seolah dunia berhenti berputar dan segala kebahagian yang mewarnai hari-harinya musnah dalam sekejap. Dan karena hal itulah Fitri merasa semakin membenci Ayahnya. Sebab karena ulah Ayahnya lah kisah cinta pertamanya harus kandas sebelum bersemi. Berakhir dengan begitu tragis, meninggalkannya seorang diri bagai seorang pecundang. Sejak itu pula hari-harinya di sekolah menjadi suram. Fitri benci berada di sekolah karena harus melihat sang pujaan hati bermesraan dengan gadis lain. Sementara itu, Fitri juga benci berada di rumah, sebab harus bertemu sang Ayah yang menyebabkan kisah cintanya jadi berantakan.
Fitri hanya bicara pada Ayahnya sekedarnya saja dan lebih banyak menghindar. Meski begitu, Ayahnya tak pernah marah dan selalu memaklumi sikapnya yang kekanak-kanakkan pada waktu itu. Ayahnya tetap selalu tersenyum dan menyapanya dengan ramah. Selalu mengingatkan Fitri untuk makan dan tak pernah lupa menjemput Fitri saat pulang sekolah.
Sampai kemudian, lima bulan berselang sebuah berita menggemparkan seluruh siswa di sekolah Fitri. Arsyad dan Dessy kedapatan berbuat mesum di gudang sekolah. Video mereka beredar luas dan mencemarkan nama baik sekolah, hingga akhirnya pihak sekolah memutuskan untuk mengeluarkan keduanya.
Arsyad pindah ke sekolah lain setelah orang tuanya membayarkan uang dengan jumlah yang tak sedikit. Dari kabar burung yang beredar, Dessy dinyatakan hamil dan tak melanjutkan sekolah. Meski belum jelas kebenarannya, mendengar hal itu membuat Fitri merasa miris dengan nasib Dessy. Dan untuk pertama kalinya, Fitri merasa bersyukur bisa lepas dari jerat Arsyad waktu itu. Mungkin kalau saja waktu itu Ayahnya tidak mencegah, Fitrilah yang kini menjadi korban, bernasib sama seperti Dessy.

Menyadari kenyataan itu, begitu sampai dirumah Fitri langsung mencari Ayahnya dan mencium tangannya. Tanpa terasa air matanya meluncur tanpa bisa dicegah.

"Ada apa anak Ayah sampai nangis begini? Apa ada yang jahatin kamu di sekolah?"

Fitri menggeleng dan memeluk Ayahnya dengan erat. Entah mengapa rasanya sangat sulit mengungkapkan perasaannya.

"Sudah...sudah...tenangkan dulu diri kamu...baru setelah itu cerita sama Ayah..."
Fitri meminum air putih yang disodorkan Ayahnya, lalu duduk di samping Ayahnya sambil menyandarkan kepalanya di pundak sang Ayah. Entah kenapa Fitri sedang ingin bermanja.

"Kok tumben anak Ayah nempel-nempel begini? Biasanya cemberut  terus kalau sama Ayah?"

"Fitri kesel, karena Ayah selalu ngelarang Fitri ini itu, bahkan buat dekat sama cowok yang aku suka aja nggak boleh. Kemarin ada berita heboh di sekolah, video Arsyad sama Desy lagi mesum tersebar, habis itu mereka dikeluarin dari sekolah dan kabarnya Desy lagi hamil...ih ngeri banget ya Yah pergaulan anak muda zaman sekarang? Untung saja waktu itu Ayah larang aku...kalau nggak entah gimana nasibku sekarang..."
Fitri akhirnya bercerita panjang lebar. Menceritakan bagaimana akhirnya dirinya menyadari bahwa apa yang dilalukan Ayahnya adalah demi kebaikannya.

"Ya begitulah manusia nak, terkadang apa yang kita sukai belum tentu baik, dan apa yang tidak kita sukai belum tentu buruk. Maka jangan selalu menuruti kesenangan kita, mintalah petunjuk pada Allah dan berfikirlah dengan akal sehat, insyaallah kamu akan selamat...jadi sekarang udah nggak sebel sama Ayah lagi kan? sini Ayah peluk?"
Fitri pun menghambur ke pelukan Ayahnya. Pelukan cinta pertama yang akan selalu ada dan melindunginya. Fitri merasa aman dan nyaman.

Tapi siapa yang menyangka, bahwa kehidupan akan begitu cepat berubah. Meninggalkan dirinya yang masih terombang-ambing dalam dunia yang fana. Sekarang semua tinggal kenangan. Tidak ada lagi kehangatan keluarga kecil yang selalu melindunginya seperti dulu.

Tidak ada sang Ayah yang akan selalu menjaganya. Yang ada hanya dirinya sendiri yang harus berjuang dengan kerasnya hidup. Dan kehormatan yang dulu pernah susah payah dijaganya kini telah tergadai hanya untuk menyambung hidup.

Sang Pelacur (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang